[9] - Closer

805 115 3
                                    

Aku masih bingung bagaimana akhirnya kami bisa sedekat ini. Yang kuinginkan hanyalah, aku bisa menikmati momen-momen ini.
~Cheese In The Trap (2016)~

••❤••

"Li. Ali. Woy!" seru Rose menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Ali dan menatap cowok itu aneh.

"HEH KUTIL BISON!" akhirnya cewek itu berteriak tepat di telinga Ali saking jengkelnya, mungkin.

"Ha?" Ali mengusap-usap telinganya. Cowok itu seperti orang bingung saat ini.

"Kampret lo. Daritadi dipanggilin gak nyahut. Itu kuping belum dibersihin ya? Gue beliin cotton bud selusin juga lo," omel Rose cerewet.

"Mau dong kuping gue dibersihin sama lo." Ali sedikit menggoda sahabatnya, karena jika Rose cerewet kaya gini biasanya ini tanda bahwa cewek itu sedang dalam masa PMS-nya.

"Najis." Rose mengambil susu stroberi dari dalam tasnya dan menusukkan sedotan di sana. Dia menatap Ali sambil meminum susu di genggamannya itu.

Mereka terdiam untuk beberapa saat sibuk dengan pikiran masing-masing. Sebenarnya ada banyak tanda tanya menari di atas kepala Rose tentang Ali dan Prilly yang terlihat semakin dekat.

"Ros, menurut lo Prilly itu gimana?" tanya Ali tiba-tiba sambil menoleh ke samping kanannya dimana Rose sedang asyik memainkan sedotan di susu kotaknya.

Cewek itu langsung mendongak menatap Ali dengan pandangan menyelidik.

"Kenapa nih nanya-nanya Prilly segala? Suka lo sama dia?" balas Rose bertanya pada Ali.

"Engggg ... ya enggak sih. Cuma pengen tau aja gimana pandangan lo tentang dia."

"Menurut gue Prilly sebenernya baik sih, kayanya cuma keadaan yang maksa dia buat bersikap kurang baik di depan orang-orang. Lo tau sendiri lah ambisi Ibunya supaya Prilly jadi yang terbaik kaya apa," jelas Rose menyerukan pendapatnya tentang Prilly.

Tanpa sadar, Ali melengkungkan bibirnya ke atas. Dia tersenyum sekilas.

"Oh gitu. Ya udah main basket yuk?" ajak Ali menarik tali hoodie yang di pakai Rose hingga cewek itu dengan terpaksa mengikuti langkah Ali menuju lapangan.

"Li, berapa kali gue bilang sih gue gak bisa main basket. Ngeledek gue ya lo."

Ali malah tertawa mendengarkan ocehan sahabatnya yang setengah kesal itu.

"Makanya belajar main basket dong. Lo cukup nemenin gue aja kok Ros. Udah gak usah di bikin ribet deh."

Mereka memasuki lapangan yang kebetulan sedang tidak dipakai untuk kelas olahraga oleh fakultasnya.

"ROSE," sapa seseorang sedikit berteriak.

Cewek yang baru mau duduk di tribun itu mengalihkan pandangannya sedikit ke bawah. Ada June di sana, melambaikan tangan dan tersenyum manis menyapanya.

"Eh June," kata Rose membalas ucapan June sambil tersenyum. "Tumbenan lo di sini?"

"Lagi pengen aja," balasnya. "Lo mau main basket Li? Tanding yuk?" lanjut June bertanya pada Ali.

"Boleh. Cetak score terbanyak masukin bola basket ke ringnya sambil balik badan, gimana?" ujar Ali.

June manggut-manggut. "Oke!"

Rose menghitung score mereka sambil sesekali menolehkan perhatiannya pada layar handphone yang menghitung tiap detik waktu keduanya mencetak score.

×××

Ibu Prilly berjalan angkuh di koridor kampus dengan anak perempuannya yang mengikuti langkahnya di belakang.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang