[11] - Revealed

863 108 11
                                    

Sevit University benar-benar bergerak cepat mengusut kasus para mahasiswa sastra inggris kemarin.

Pagi ini seluruh penghuni kampus itu sudah berbisik-bisik membicarakan pelakunya yang sudah menyebar luas di grup masing-masing fakultas.

"Pantes aja nilainya bagus ternyata kelakuannya kaya gini," ucap salah satu mahasiswi melihat ponsel di genggamannya yang memuat berita tentang kasus kejadian sehari lalu.

"Dasarnya udah jahat sih ya," celetuk cewek berambut sebahu saat melihat apa yang temannya beritahukan.

"Gak heran deh gue. Kelakuan udah minus ditambah kasus kaya gini, makin kelihatan jeleknya."

Desas-desus cibiran terdengar indra pendengaran Prilly yang sedang melewati sebuah lorong kampus untuk mengikuti jam pelajaran pagi ini.

Prilly bingung sendiri saat banyak pasang mata menatapnya tak suka, tapi dia bersikap bodo amat dan melanjutkan langkahnya.

"Jadi orang tuh jangan belagu," cetus cewek berbadan tinggi sambil memutar bola matanya jengah setelah menatapnya.

Prilly makin gak ngerti sama semua ini. Telinganya kembali mendengarkan bisikan-bisikan tentang kasus yang terjadi di jam pelajaran Miss Vanya. Seketika tubuh Prilly kaku.

Apa semuanya sudah terungkap? Secepat ini?

Banyak tanda tanya yang berkelebat di otaknya. Prilly langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana jeansnya.

Matanya terbelalak sempurna melihat berita yang menghebohkan kampus pagi ini. Demi Tuhan Prilly merasa sangat malu sekarang, Prilly takut.

Kenapa dirinya tidak mengetahui ini? Kenapa malah orang lain yang mengetahuinya lebih dulu.

Menyadari dirinyalah yang menjadi bahan cibiran di sana ... Prilly berlari meninggalkan lorong itu dan membatalkan niatnya untuk mengikuti jam pelajaran pertama hari ini.

Sungguh, Prilly ingin menenggelamkan dirinya saja sampai di dasar samudera. Prilly benar-benar menyesal sekarang, yang dia butuhkan saat ini adalah sandaran.

Namun, siapa yang mau menjadi sandaran orang jahat sepertinya yang selalu menggunakan segala macam cara untuk mencapai keinginannya.

×××

Dengan langkah tergesa Ibu Prilly menuju ruangan Rektor Sevit University setelah diberitahu bahwa anaknya melakukan tindakan yang tidak seharusnya.

"Ibu sudah tahu kan apa yang Prilly lakukan?" tanya Rektor kepada wanita di depannya.

"Jelaskan kronologinya," pinta Ibu Prilly menatap Dekan yang duduk di samping Rektor.

Dekan itu menunjukan sebuah tayangan CCTV yang terputar di laptopnya kepada Ibu Prilly.

Di rekaman itu, terlihat Prilly yang sibuk dengan laptop teman satu ke laptop teman lainnya dengan wajah sedikit tegang dan ketara ada ketatakutan di sana.

"Dia sepertinya merusak laptop teman-temannya, semua ini Prilly yang menyabotase," jelas Dekan kepada Ibu Prilly.

"Saya tahu, tapi anda seharusnya bisa memahami dia. Sebagai salah satu mahasiswi yang berprestasi nilai itu sangat penting baginya," bantah Ibu Prilly.

"Tetap tidak bisa begitu, Bu. Prilly sudah melanggar peraturan di kampus ini," ucap Rektor dengan tegas.

"Saya minta toleransi anda. Saya siap membayar berapapun asal Prilly jangan sampai di DO dari kampus," pinta Ibu Prilly sedikit angkuh.

"Prilly tidak akan di DO, tapi dia mendapat skors selama dua minggu Bu," jawab Dekan seraya menatap Ibu Prilly.

"Yang benar saja! Bagaimana anak saya mengejar nilai dan SKSnya jika begitu caranya." Ibu Prilly menatap kedua orang di depannya tajam. Keangkuhannya benar-benar tidak bisa disingkirkan sejenak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang