Bab 2

12.4K 253 18
                                    

Lena POV

"Sampai kapan kamu akan memelukku seperti itu hem" ucapan Remi segera menyadarkan aku dari lamunanku.

Aku melihat ke sekeliling dan ternyata motor Remi sudah tepat berada di depan kampusku.

Aku dengan segera turun dari motor Remi "bye kak, jangan lupa untuk menjemputku nanti jam 3 oke" setelah mengucapkan itu aku mencium pipi kakakku sekilas.

"Ingat jangan sampai lupa menjemputku" peringatku sekali lagi sebelum membalik tubuhku dan berjalan meninggalkan Remi yang masih mamperhatikan aku dari atas motornya sportnya itu.

Saat aku sudah berada cukup jauh dari Remi aku kembali membalikan tubuhku untuk melihat ke arahnya.

Dan ternyata Remi masih memperhatikan aku. Aku melambaikan tanganku sebagai pertanda jika dia sudah bisa pergi meninggalkan aku.

Aku melihatnya tersenyum sangat manis kepadaku sebelum dia menyalakan motor sportnya dan melajukanya menjauhi kampusku.

Aku berjalan dengan cepat melewati setiap lorong yang harus ku lalui jika ingin menuju kelasku. Hari ini aku harus brsiap-siap untuk menahan kantuk ku karena hari ini mata kuliah pertama yang mengajar Mr Leo.

Mr Leo adalah dosen yang paling membosankan. Bagaimana tidak membosankan jika setiap mengajar dia pasti akan membahas pengalaman-pengalaman tidak pentingnya itu.

Jika ceritanya berbeda-beda tentu itu tidak terlalu membosankan. Tapi ini di setiap pertemuanya dia akan selalu menceritakan hal yang sama. Membosankan bukan.

*****
"Huh ini benar-benar hari yang menyebalkan" ucapku tepat saat aku sudah duduk dengan sempurna di salah satu kursi yang ada di kantin.

"Apa yang membuat wajahmu menjadi seperti orang yang baru keluar dari kandang singa. Hahaha" ucap Rina.

Rina adalah sahabat terbaikku. Aku mengenalnya saat aku baru masuk di Sekolah Menengah Atas.

Rina adalah orang yang selalu bisa mengerti keadaanku.

Oh ya dan hanya Rina yang mengetahui perasaanku terhadap kakakku yang tampan itu. Siapa lagi kalau bukan Kak Remi

"Apa kakak mu yang tampan itu sudah menolak cintamu, hingga wajahmu tampak kacau seperti itu" ucap Rina sambil menaik turunkan kedua alisnya untuk menggodaku.

"Jangankan menolak Rin. Bahkan kamu tau jika aku masih belum bisa mengatakan perasaanku padanya. Bahkan itu tidak akan pernah terjadi" ucapku dengan lesu.

"Hey mengapa kamu menjadi patah semangat seperti ini sih. Setiap orang berhak memiliki perasaan itu Len. Begitu pun dengan dirimu" ucap Rina mencoba untuk menenangkan aku. Namun tentu saja itu tidak akan mempan.

"Tapi itu tidak mungkin terjadi kepadaku dan Kak Remi Rin. Kamu tau sendirikan Kak Remi itu kakak kandungku bagaimana bisa aku menyatakan perasaanku kepadanya Rin" aku menelungkupkan wajahku pada meja makan di hadapanku.

"Sampai kapan kamu akan menyembunyikan semua ini Len. Kamu sudah memendam perasaanmu ini sangat lama bukan" Aku mengangkat wajahku dan menatap wajah Rina yang menatapku dengan serius.

"Entah lah. Mungkin memang aku harus mengubur perasaanku ini. Aku rasa aku dan Kak Remi memang tidak ditakdirkan untuk bersama" aku kembali menelungkupkan wajahku.

Setelah usai makan aku dan Rina kembali kekelas.

Aku berjalan dengan lesu menuju kelas. Entah mengapa aku merasa malas untuk masuk kelas terakhir ini.

"Selena tunggu" saat mendengar seseorang meneriakan namaku dengan otomatis memutar tubuhku untuk mencari seseorang yang sudah dengan tidak sopanya meneriakan namaku itu.

I Love You My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang