Bab 3

9.9K 278 25
                                    

Aku rasa cerita ini dikit banget peminatnya. Yang vote dan coment pun sedikit. Aku jadi bingung mau lanjutin atau gak cerita ini. :'(

Jangan lupa vote dan coment ya biar aku semakin semangat buat nulis.

Typo bertebaran guys....
happy reading....

*****

Lena POV

"Jadi ini alasan Kak Remi tidak bisa menjemputku" ucapku setelah sampai dihadapan sepasang kekasih ini.

Aku benar-benar tidak percaya bagaimana bisa kak Remi membohongiku dan lebih memilih keluar dengan perempuan dengan pakaian kurang bahan seperti wanita ini dibandingkan menjemputku.

"A..apa yang sedang kamu lakukan disini little girl" ucap kak Remi sambil mengusap rambutku lembut.

Aku langsung menepis tangan kak Remi dari kepalaku. Aku bisa melihat raut wajahnya langsung berubah seperti merasa bersalah.

"Aku yang seharusnya bertanya begitu kak. Sedang apa kakak di sini?. Apa ini yang namanya sedang rapat. Aku baru tau jika orang rapat bisa terlihat sangat mesra seperti ini" ucapku dengan nada tajam.

"Oke kakak minta maaf karena telah membohongimu" aku bisa melihat ketulusan dari sorot matanya.

Tapi bagaimana pun aku sudah terlanjur merasa sakit hati atas kebohongan yang telah  kak Remi lakukan kepadaku.

"Mudah sekali kakak mengucapkan maaf. Kakak membiarkan aku menunggu selama 1 jam tanpa ada kabar dari kakak. Kakak tau aku sudah seperti orang bodoh menunggu orang yang tidak tau kapan akan datang. Tapi apa yang aku dapat kakak malah asik jalan-jalan dengan perempuan jalang yang mengenakan pakaian kekurangan bahan seperti dia" ucapku dengan emosi mengeluarkan semua amarah yang telah aku pendam saat melihat mereka memasuki restoran ini dengan sangat mesra.

Plak.

"Jaga ucapanmu Len. Kakak tidak pernah mengajarimu berbicara tidak sopan seperti itu" aku menatap kak Remi dengan sorotan penuh kekecewaan kak Remi menamparku. Padahal selama ini kakak Remi tidak pernah sekali pun menamparku. Tapi saat ini kak Remi menamparku di tempat umum. Aku tegaskan sekali lagi DI TEMPAT UMUM"

Hatiku sangat sakit saat kak Remi sampai menamparku hanya karena wanita jalang di depanku ini.

"Aku benci kakak. Aku tidak menyangka kakak tega menamparku hanya karena perempuan seperti dia" tanpa bisa aku tahan lagi air mataku sudah membasahi kedua pipiku.

"Maafkan kakak Len. Kakak tidak bermaksud untuk menyakitimu" kak Remi berusaha menggapaiku untuk mengusap air mataku, namun sebelum kak Remi sempat menyentuhku aku sudah mendorong tubuhnya menjauhiku. Bahkan kak Remi sampai mundur beberapa langkah karena tidak siap dengan serangan mendadakku itu.

"Aku benci kakak. Aku juga membencimu perempuan jalang" aku kembali mendorong tubuh Kak Remi dan aku menyiram perempuan itu dengan air yang aku ambil dari pelayan yang akan mengantarkan pesanan pelanggan dari restoran ini. Sebelum berlari keluar dari restoran tersebut.

"Selena tunggu" itu bukan suara kak Remi aku tau, sangat tau siapa pemilik suara ini.

Siapa lagi jika bukan Alex. Tanpa menghiraukan Alex yang masih meneriakkan namaku aku terus berlari menjauh dari restoran tersebut.

Hingga tanpa aku sadari aku sudah berada di luar mall tersebut.

Aku memelankan langkah kaki ku setelah memastikan jika kak Remi tidak mengikutiku.

Kalian lihat bahkan kak Remi tidak mengejarku. Hatiku semakin terasa sakit saat mendapatkan kenyataan ini.

Kak Remi lebih memilih perempuan itu dibandingkan diriku.

I Love You My Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang