[Male pov]
"Ah." Ia tiba2 berbicara.
"Kembaran yuk!"Kembaran? Dalam hal apa?
"Baju," Katanya lagi.
Tunggu. Aku berbicara dalam hati kan?
"Ha?" Baju?
"Kembaran baju." Ia menunjukan sebuah majalah.
Ada foto Sepasang kekasih memakai baju yg sama di sana."Aku terlalu tua untuk itu..."
Hal2 seperti kembaran itu untuk remaja... mungkin umur 20 an juga masih bisa seperti dia. tapi aku 20 akhir."Yah... pilih yang agak tua? Model dan lain2nya maksudnya..."
"Tidak. Kenapa kau tak coba itu dengan temanmu?"
Temannya pasti mau."... aku tak punya teman dekat... ahaha... jadi rasanya aneh kalau aku tiba2 minta hal itu."
"Ah...oke."
Apa dari dulu ia begitu? Atau karena statusnya yang berubah sekarang?"Ah. Yang ini tak terlalu norak kan?"
Dia menunjukan lagi pasangan lain, dengan kemeja yang sama, merah-hitam."...tidak... aku tak mau. Kalau dalam hal gelas atau semacamnya yang tak terlalu kelihatan aku masih mau. Gantungan kunci gitu."
Mendengar jawabanku, matanya kembali lagi ke hpnya.
"...hah... ok."
...apa harusnya aku iyakan saja? Tapi ini menyangkut harga diriku!
"Ah. Aku harus balik dulu. Masih ada yang harus ku kerjakan utk besok."
"Hm? Ah. Iya," kujawab singkat.
××××××××××××××××××
"Ed. Aku perlu pendapatmu."
"Whoa. Tumben."
"...kalau dia mengajakku untuk... samaan dalam berpakaian, apa harus kuterima?"
"Dia? Oh. Pacarmu itu?"
Aku mengangguk.
"Kalau kau mau."
"Kalau tidak?"
"Ya, jangan. Tapi perhatikan juga perasaannya."
"...aku rasa dia sangat ingin. Tapi ini memalukan! Kau tau kan, kalau kita pergi kemana2 media kemungkinan besar pasti tau! Mukaku rasanya ingin ku kubur!"
"(Insert name). Kau memang masih muda ternyata dalam mental, walaupun kau hampir 30."
"Ed. Itu menyakitkan."
"Justru sebagai kakakmu aku blak2an. Kadang kau harus mengubur dirimu sendiri untuk menghindari masalah."
"Masalah?"
"Bagaimana jawabannya saat kau bilang 'tidak'?"
"Singkat?"
"Bom waktu," kata Ed sambil menepuk kedua lututnya.
"......"
Ternyata benar. Aku harusnya iya2 saja."Istriku bilang tadi, pacarmu itu curhat, pasangan yang ia lihat kembaran itu, bahagia. Karena itu ia ingin mencobanya."
"...masalah apapun akan segera diketahui kalau begini caranya, hah?"
"Ahahaha! Betul! Kau juga akan langsung tau, kalau kami ada masalah, aku dan istriku. Karena dia pasti curhat ke pacarmu."
"Hah... baiklah. Aku balik dulu."
"Oioi. Kau kesini hanya untuk itu?" Tanya Ed sambil mengayun- ayunkan teko teh.
"Aku masih harus pergi untuk menghadiri acara pembukaan toko baru itu."
"Ohh. Yang pembagunannya di bantu bapak?"
"Ya."
××××××××××××××××××
"Oi!" Teriakku sambil mengetok pintunya.
"Oi!"
Ah. Akhirnya. Pintunya dibuka.
"Ada apa?"
Nadanya biasa saja, mukanya biasa saja. Apa dia sudah melupakan yang kemarin itu? Apa aku harusnya tak usah melakukan hal ini?
Tanganku menyerahkan sebuah plastik.
"Kau buka nanti di kamar, pakai itu. Temui aku jam 7 di ruang tamu."
Selesai mengatakan itu, aku langsung pergi.
×××××××××××××××××
Sudah jam 7. Kemana dia?
Tanpa suara, sepasang tangan memegang lenganku.
Tentu saja, kulihat siapa yang melakukan itu.
"(Your name)!?"
"Ta-da! Hehehehe~! Akhirnya kau mau juga~ kita kemana?"
"Ada festival di (nama tempat :v)."
"Bukannnya media akan ada di sana? tak apakah kau berpakaian seperti ini?" Tanyanya.
"Ke tempat manapun paling ada media. Sama saja."
"Kau yakin?"
Aku menggangukkan kepalaku.
×××××××××××××××××
Reporter: "oh! Itu dia! Pangeran (Insert name)! Tunggu... dia membawa pasangannya juga! Tampaknya pangeran (insert name) mengajak (your name) untuk date! Mereka kembaran!"
"Reporter itu antusias sekali ya...? Aku bisa mendengar perkataannya dari sini..." katanya dengan mukanya yang merah.
"Pft. Ya. Betul. Ah. Aku harus ke sana dulu, rutinitas," kataku sambil melihat ke arah para petinggi yang hadir juga ke sini.
"Kau mau ikut atau tidak?" Lanjutku.
"Ter...serah? Mungkin aku akan disini. Mereka mungkin akan mengerenyit kalau melihat kita samaan seperti ini."
"Kalau gitu, kau ikut."
"...!?"
.
.
.Dan. Benar. Seperti katanya, mereka mengerenyit melihat kami berdua. Sudahlah.
![](https://img.wattpad.com/cover/62612504-288-k68184.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Connected By The Red String Of Fate.
Short Story"Kalau aku bisa melihatnya, aku sudah mencarimu sampai ke ujung bumi. Tapi ternyata kau dekat. Sangat dekat." Kita tak akan pernah bisa bersama, Kalau tak ada tali ini. Beda umur, Beda status. Ah. Tapi akhirnya satu. Perlahan-lahan semua faktor itu...