Episode 8 Part 2

4.2K 120 0
                                    

[Sinopsis] Descendants Of The Sun Episode 8 Part 2

Min Jae sadar duluan, ia memanggil-manggil Shi Jin yang tak sadarkan diri diatas tubuhnya.
"Ahjusshi! Ahjusshi! Sadarlah! Apa kau mati?"
Lalu Min Jae memanggil-manggil orang lain, "Apa ada orang diluar sana?? Ada orang meninggal disini!!"
Shi Jin belum membuka matanya tapi suaranya sudah keluar,
"Aku bukan Ahjusshi."
"Ahjusshi, Kau baik-baik saja? Kupikir, kau tadi sudah meninggal."
"Sudah kubilang aku bukan Ahjusshi."
"Apa itu penting sekarang?"
"Ya, itu selalu penting."
Shi Jin memastikan kalau Min Jae tidak apa-apa, kemudian ia mengembalikan kantong infus Min Jae yang jatuh ke tempatnya semula.
"Sepertinya, bukan aku yang harus kau khawatirkan sekarang. Ahjusshi, pergelangan tanganmu berdarah."
"Sepertinya sih begitu."
Dan kaki Min Jae sudah terbebas sekarang. Tapi bagi Min Jae, tak ada gunanya karena pintu masuknya telah tertutup dan mereka sudah terperangkap di sana.
"Big Boss memanggil. Siapapun, jawab aku." Shi Jin mencoba menggunakan headsetnya tapi tak berfungsi.
Min Jae jadi merasa tidak beruntung sekarang. Ia menyuruh Shi Jin berhenti mencoba dan anggap saja kalau dirinya sudah mati sekarang.
"Jangan khawatir. Kau tak akan mati." balas Shi Jin.
Min Jae tak percaya karena headset Shi Jin bahkan tak berfungsi. Shi Jin berjanji kalau mereka akan keluar dari sini hidup-hidup.
"Hei, bocah. Bukannya pacarmu sedang menunggumu?"
"Aku tak punya pacar. Apa kau punya?"
"Panggilan radio yang tadi itu, kau mendengar suara dokter wanita, 'kan? Aku sangat menyukainya, tapi aku ditolak mungkin sebanyak 3 kali. Apa aku mati saja?".
"Astaga! Tapi, kau masih hidup? Jika itu aku, aku pasti mati karena malu."
"Tapi, aku tidak mau menyerah."
Myeong Joo mencoba menghubungi Shi Jin tapi tak bisa sampai mau gila rasanya.
"Dia akan baik-baik saja. Kita pasti bisa menyelamatkannya." Ujar Myeong Joo pada Mo Yeon.
Mo Yeon hanya mengangguk, ia terus menunduk. Myeong Joo penasaran, apa yang dilakukan Mo Yeon sedari tadi. Ternyata Mo Yeon sedang mengikat tali sepatunya.
"Bersiap untuk lari kapan saja. Karena aku tak bisa jatuh." Jawab Mo Yeon.
Mo Yeon teringat saat Shi Jin mengikatkan tali sepatunya.
"Aku mohon, berhati-hatilah." Pinta Shi Jin waktu itu.
"Kau juga, Kapten." Jawab Mo Yeon sekarang dengan mata berkaca-kaca.
Kembali ke Shi Jin,
"Tapi, wanita itu pasti sedang khawatir dan berpikir aku sudah mati. Dan berpikir, 'Jika tahu begini, aku terima saja dia kemarin'."
Min Jae bertanya, apa Shi Jin senang sekarang. Tidak karena yang khawatir saat ini adalah Shi Jin.
Lalu Shi Jin minta tangan Min Jae, ia mau menulis diagnosanya seperti waktu itu. Min Jae bertanya mau apa Shi Jin. Shi Jin menjawab kalau ini adalah obat
"Obat? Obat apa?"
"Hanya untuk berjaga-jaga jika hanya kau yang bisa selamat."
"Kau bicara apa, sih? Kita harus selamat bersama."
Min Jae mulai batuk-batuk, Shi Jin menyuruhnya untuk berhenti bicara. Ia melihat leher Min Jae dan tenggorokannya mulai membengkak. Lalu ia menyuruh Min Jae untuk diam saja.
"Karena itu... Tenggorakanku bengkak, ya? Lihat? Aku sudah sekarat."
"Kau tidak akan mati."
"Kau tak bisa lihat? Aku adalah pria yang sangat bisa dipercaya.
"Sepertinya sih, tidak."
"Mungkin karena matamu yang sakit. Tapi, aku percaya pada timku. Jadi, kau juga harus percaya pada mereka."
Kemudian Dae Young muncul dengan menyingkirkan reruntuhan yang menutupi jalan. Min Jae berteriak "Ahjusshi!"
"Di tugas mendatang, jika kau masih hidup, kau harus berteriak." Ujar Dae Young.
Dae Young melemparkan botol obat pada Shi Jin. Min Jae tertawa senang.
Akhirnya mereka bisa keluar, Chi Hoon pergi dari sana setelah melihat Min Jae keluar hidup-hidup. Mo Yeon sudah menunggu di luar. Mo Yeon bertanya, apa Min Jae "Kau baik-baik saja?" serta bertanya nama Min Jae. Tapi semuanya sudah tertulis di lengan Min Jae.
"Kang Min Jae, Golongan darah: A, tekanan darah 130/110 pergelangan kaki kiri dan bahu kanan patah. Jomblo."
Mo Yeon jadi teringat mengenai kecelakaan Gi Beom dulu.
"Siapa yang menulis ini?"
"Ahjusshi Tentara yang menyelematkanku. Syukurlah aku bisa keluar dan masih hidup. Dan aku bisa melihat dokter yang cantik sepertimu."
"Jadi, ini balasan setelah menyelamatkan bocah itu? Sudah kubilang aku bukan Ahjusshi." kata Shi Jin yang berjalan keluar dari bangunan.
Mo Yeon memerintahkan tantara untuk membawa Min Jae ke Medicube.
Shi Jin mendekat ke Mo Yeon, mereka berpandangan.
Shi Jin berkata kalau masih ada satu pasien lagi. Myeong Joo kaget, "Masih ada yang terluka?".
"Aku. Aku. Aku juga korbannya." jawab Shi Jin.
Lalu ia berbaring diatas tandu, kedua tentara mengangkatnya. Mo Yeon berkata pada Myeong Joo kalau ia yang akan menangani Min Jae.
Shi Jin menahan lengan Mo Yeon. Shi Jin mengkode Myeong Joo untuk menggantikan Mo Yeon, tapi Myeong Joo tak menangkap kode Shi Jin.
"Apa kau sudah lupa?" tanya Shi Jin ke Myeong Joo.
"Apa maksudmu?"
"Apa yang ada dibenakmu saat kau tahu Sersan Seo keluar tadi? Aku adalah orang memerintahkannya keluar.
"Karena itulah aku menjadi lebih ramah padamu, kau tak merasakannya? Hormat."
Shi Jin membalas hormat Myeong Joo dan mengkodenya untuk cepat-cepat kesana. Myeong Joo berkata pada Mo Yeon kalau ia yang akan menangani Min Jae dan menyuruh Mo Yeon untuk menangani Shi Jin saja. Lalu ia pergi ke medicube.
"Aku sungguh terluka, kok. Aku sedang kesakitan." Ungkap Shi Jin pada Mo Yeon.
"Memangnya siapa yang bilang tidak? Aku akan mengobatimu.Tapi.. Apa kau mau terus menggenggam tanganku?
Shi Jin pun melepaskan tangan Mo Yeon. Shi Jin heran, kenapa Mo Yeon bisa tenang sekali.
Lalu Dae Young keluar, seorang tentara menghampirinya, Dae Young mencopoti peralatan yang ia pakai dan menyerahkannya pada tentara itu.
Sersan Choi dan Sersan Im membawa si pembuat onar, Mr. Jin. Sampai disana Mr. Jin meronta minta dilepaskan dan akhirnya mereka melepaskan Mr. Jin.
"Semua orang baik-baik saja, hah? Lihat! Korbannya bisa selamat. Semuanya baik-baik saja, 'kan? Lalu, apa masalahnya. HA!!"
Dae Young yang sudah kesal tingkat Dewa sama Mr. Jin langsung menyerbu dan melayangkan tinjunya ke bibir Mr. Jin. Sersan Choi menghalanginya agar tak terjadi pukulan selanjutnya.
Shi Jin tertawa dan memberi jempol untuk tindakan Dae Young ini.
Shi Jin mendapat pengobatan dari Mo Yeon, tapi sedari tadi Mo Yeon diam saja. Shi Jin mencoba mengalihkan perhatian Mo Yeon kalau lukanya ini sangat perih karena perawatan Mo Yeon.
"Apa kau sengaja? Apa kau hanya jago membedah saja? Aduh, sakit."
tapi Mo Yeon tetap diam, Shi Jin tak percaya bahkan setelah selamat, ia tak dapat jawban juga. Mo Yeon selesai mengobati Shi Jin.
"Apa kau masih bisa melawak? Kau hampir saja mati."
"Aku kan tadi bilang, suntikanmu sakit."
"Aku sangat khawatir jika kau bisa saja meninggal."
Shi Jin percaya pada Mo Yeon makanya ia masuk ke sana. Karena Mo Yeon pasti tak akan membiarkanya mati.
"Kau selalu mempertaruhkan nyawamu seperti ini, bukan?".
"Aku adalah pria yang suka bekerja keras. Dan bagian dari pekerjaanku adalah 'Untuk tidak mati'."
Gi Beom datang memberitahu kalau Letnan Kolonel (Ketua Park) datang. Shi Jin sudah akan bangun menemui Letnan Kolonel Park. Mo Yeon melarangnya.
"Sebelum mendapatkan cairan Infus, kau tak boleh pergi. Jika kau ingin kondisimu kembali normal, berbaringlah."
"Beritahu Letnan Kolonel, jika dia ingin mengatakan sesuatu, maka datanglah ke sini." Perintah Mo Yeon pada Gi Beom.
"Kau memintaku memberitahu itu padanya?" Ulang Gi Beom tak percaya.
Karena mungkin memerintah atasan di dunia militer adalah larangan keras bahkan sampai harus ditahan.
tapi pada akhirnya Letnan Kolonel Park yang datang menemui Shi Jin. Shi Jin memberi hormat pada Letnan Kolonel Park.
"Kau terluka parah?" Tanya Letnan Kolonel Park.
"Tidak, Pak." Jawab Shi Jin.
"Ya, dia terluka parah." Jawab Mo Yeon.
Lalu Shi Jin mengubah jawabannya kalau ia terluka parah.
Letnan Kolonel Park memberitahu Shi Jin kalau Pesawat akan datang menjemput tim medis Haesung lusa. Ia meminta Shi Jin Bersiap untuk pergi ke bandara pada pukul 13.00 lusa.
"Ketua Tim Kang, tolong berikan aku daftar tim yang lengkap."
"Baik, Pak." Jawab Mo Yeon.
Mr. Jin mencari-cari Letnan Kolonel Park, dan lega setelah menemukannya ada di medicube. Ia memerintah Letnan Kolonel Park untuk ikut dengannya sebentar.
Mr .Jin menunjukkan luka akibat pukulan Dae Young.
"Kau, kau menerima gaji dari pembayaran pajakku, tapi aku malah mendapat pukulan seperti ini?" Bentak Mr. Jin pada Dae Young.
Mr Jin melanjutkan kalau ia melakukannya karena ia punya alasan. Alasan untuk hidup! Hah! Mr. Jin tak akan memaafkan mereka. Saat ia medapatkan catatan medisnya, ia akan melaporkan dan menuntut mereka. Ia akan melaporkan mereka semua, dan seragam mereka semua akan dicabut. Jadi, bersiaplah.
"Baiklah, kita bisa menyelasaikan lewat jalur hukum." balas Letnan Kolonel Park.
"Baiklah."
"Dan ingat, kau berada dalam area penyelamatan korban bencana, Dan hampir membunuh orang dengan excavator. Kita lihat, hukuman apa yang cocok untukmu. Dan aku akan memanggilmu dalam sidang militer atas percobaan pembunuhan, jadi semoga catatan medis bisa membantumu."
"Aku kan bukan tentara."
"Oh, benarkah?"
Lalu Letnan Kolonel Park beralih ke anak buahnya, Ia menegur mereka yang bisa membiarkan warga sipil ini masuk area penyelamatan.
"Cepat kemas peralatan kalian!
"Baik, Pak." Jawab Semuanya.
"Berlari 100 kali putaran. Kecuali pasien. Yoo Shi Jin, selesaikan suntikan Infus-mu."
"Baik, Pak." Jawab Shi Jin
"Tapi, setelah itu, lari sebanyak 200 putaran."
Shi Jin langsung berdiri dan mencopot selang infusnya, ia akan berlari bersama timnya sekarang.
Mereka berlari, Sersan Choi membawakan tas dan senjata Shi Jin.
Shi Jin tak mengerti, yang memukul Dae Young dan Sersan Choi, tapi kenapa ia ikutan dihukum. Dae Young menjawab kalau Mr. Jin pasti sudah habis ditangannya kalau saja tangannya tak sedang terluka.
"Timing yang aneh." Balas Shi Jin.
Myeong Joo yang melihat mereka dihukum berlari berkomentar:
"Hukuman kalian tidak sepadan dengan pukulan ringan itu. Kau harusnya memukulnya hingga dia tak bisa bicara lagi."
"Timing ini juga aneh sekali." balas Shi Jin.
Lalu mereka berdebat masalah hitungan berapa putaran. Sersan Choi mengatakan 7 dan Shi Jin mengatakan 27 tapi karena Shi Jin mengatakan 27 maka mereka pergi dengan apa yang dikatakan Shi Jin saja.
Shi Jin melihat Mo Yeon, ia berhenti berlari dengan alasan harus berkonsultasi dengan dokternya soalnya ia sedang sakit sekarang.
Shi Jin mendekati Mo Yeon.
"Kau melepas infusmu? Aku tak berbohong bahwa kau itu membutuhkan istirahat lebih."
"Kalau begitu, kau tak seharusnya di sini. Kaulah yang bisa menjadi alasanku untuk bisa beristirahat nanti."
Mo Yeon bertanya, apa salah Shi Jin hingga harus dihukum berlari begini. Shi Jin menjawab kalau ia tak melakukan sesuatu yang salah.
"Tapi, ini adalah perintah, 'kan?" tebak Mo Yeon.
Mo Yeon merasa kalau Pekerjaan Shi Jin sungguh terasa tidak adil dan tak fleksibel.
"Inilah yang namanya aturan." Jawab Shi Jin.
"Lupakan aturan itu, aku hanya berharap kau tetap hidup. Makanlah ini 30 menit setelah makan."
"Terima kasih... karena telah menyelamatkanku."
Mo Yeon akan memberikan pada Shi Jin daftar tim medis yang akan diberangkatkan, lalu ia melangkah pergi.
Shi Jin bertanya, "Apa daftar itu sudah diputuskan?".
"Belum karena Tim medis baru saja mau merapatkannya."
"Apa kau masuk dalam daftar juga? Apa kau juga akan pulang?"
"Ini adalah kesempatanku untuk meninggalkanmu." Jawab Mo Yeon.
Shi Jin melepaskan lengan Mo Yeon.
Mo Yeon memulai rapat dengan tim medis yang lain. Ia mengatakan kalau pesawat yang menjemput mereka akan segera tiba besok lusa. Mo Yeon memberi pilihan pada mereka, mau tinggal atau balik.
"Dan setelah pemberangkatan ini, aku tak tahu kapan jadwal selanjutnya. Kemarin, kita bertahan di sini karena tak punya pilihan. Tapi, hari ini, kita punya pilihan. Angkat tangan, jika kalian ingin tinggal."
Ja Ae memberikan kursinya untuk Pasien gegar otak no. 8 yang membutuhkan MRI, kemudian ia pergi untuk memeriksa pasien. Dr, Sang Hyun tak setuju dengan keputusan Ja Ae ini.
Min Ji memberikan tempat duduknya untuk pasien no. 10. Kemudian ia pergi untuk memeriksa pasien.
"Kenapa kalian semua seperti ini? Jika mereka begini, bagaimana dengan kita?" tanya Dr. Sang Hyun.
Seorang dokter minta maaf pada Mo Yeon karena ia ingin pulang.
"Ya, kita harus pulang. Kita bisa pulang." Jawab Dr. Sang Hyun.
Mo Yeon mengatakan kalau mereka tak perlu minta maaf dan tak perlu merasa tidak enak. Mereka sudah sangat membantu di sana.
"Jadi, yang mau pulang, angkat tangan kalian." Lanjut Mo Yeon.
Dan semua yang ada disana mengangkat tangan masing-masing cuma Dr. Sang Hyun yang tidak.
"Kau bisa mengangkat tanganmu, Sunbae."
"Kenapa kau memanggilku begitu? Aku tak akan pulang! Biarkan jiwaku saja yang menduduki kursiku itu."
Kemudian Dr. Sang Hyun pergi. Mo Yeon bertanya kepada yang lain, dimana Dr. Lee Chi Hoon.
Chi Hoon sedang mengintip Min Jae, tapi saat Min Jae mengetahui dirinya, ia pura-pura berjalan ke arah lain tapi Min Jae berhasil mencegatnya.
Min Jae memperhatkan lekat-lekat wajah Chi Hoon dan ia teringat kalau Chi Hoon adalah dokter yang meninggalkannya tadi.
"Hei, kau bilang kau dokter, 'kan? Tapi, sepertinya bukan. Apa dokter bisa meninggalkan pasiennya seperti yang kau lakukan tadi?"
Chi Hoon hanya menunduk dari tadi. Min Jae berjalan menjauhi Chi Hoon.
Mo Yeon menepuk punggung Chi Hoon, bertanya sedang apa? Kenapa tak ikut rapat? Chi Hoon hanya bisa minta maaf.
"Mereka bilang, kau lah yang menemukan pasien itu (menunjuk Min Jae). Kau memang hebat, Lee Chi Hoon." Ujar Mo Yeon.
Mo Yeon mengatakan kalau pemberangkatan mereka sudah diatur. Ada yang tinggal, dan ada yang pulang. Ia sudah memasukkan Chi Hoon dalam daftar, jadi Chi Hoon bisa pulang.
"Dr. Jang sudah mau melahirkan jadi, cepatlah pulang."
"Ya."
Lalu Mo Yeon melihat tangan Chi Hoon yang terluka tapi tak di apa-apakan, tak dibersihkan apalagi diobati.
Beneran, sedari tadi Chi Hoon kaya orang linglung.
Min Jae keliling untuk mencari manager Go, lalu ia bertanya pada salah satu pegawai yang dirawat. Tapi pegawai itu diam saja.
"Aku hampir saja mati. Kakek tua itu di mana, sih? Apa dia tak khawatir padaku?"
"Di sana." Jawab Pegawai itu sambil menunjuk ke daftar korban meninggal yang tertempel.
Min Jae menuju ke arah pintu yang tertempel kertas daftar korban meninggal. Min Jae melepas kertas tersebut,ia meihat nama manager Go disana, tangisnya pun pecah.
"Bukannya kita bisa selamat jika memakai helm pengaman? Karena itulah aku bisa selamat... Aku akhirnya menurut padamu... Kenapa kau meninggalkanku? Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa?!" Sesalnya.
Chi Hoon masih mengintip Min Jae, ia juga ikutan menangis tanpa suara tapi itu lebih menyakitkan untuk dilihat.
Min Jae memeluk helm keselamatan pemberian Manager Go.
"Kenapa kau meninggalkanku?" Teriaknya..

Drama Korea Descendants of The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang