[Sinopsis] Descendants Of The Sun Episode 3 Part 2
Shi Jin melapor pada ketua Park mengenai kecelakaan yang terjadi di bukit tadi. Mereka mencurigai kalau pengemudi mobil dan rekannya adalah Black Market tapi mereka sudah menyerahkan satu orang yang selamat ke polisi lokal.
Ketua sudah menerima laporan itu. Dan Sepertinya mereka bukan pedagang seperti Black Market yang biasanya. Tak ada yang tahu seberapa kuatnya koneksi mereka. Ketua tahu, Shi Jin dan juga pasukannya sangatlah berani, Tapi, mereka juga sangat berani dan juga tak takut hukum.
Senjata yang diserahkan Shi Jin ke polisi lokal tadi sampai ke tangan Argus (David McInnis). Dan ternyata polisi tadi adalah sekutu Argus. Polisi mengatakan kalau Argus tak perlu berpura-pura menjadi anggota PBB untuk menyeberangi perbatasan lagi. Karena Mereka sudah tahu sekarang, Dan bahkan sudah mengirim tentara Korea untuk berpatroli di perbatasan.
Argus menodongnya dengan pistol, berkata kalau ia akan menggantinya (sambil menunjuk mobil yang ada di luar. Polisi lalu melepaskan borgol anak buah Argus.
"Yah... Kau tahu... Aku juga memiliki koneksi yang lebih tinggi. "Presiden Mati"?" ucap Argus.
Lalu Argus melemparkan dolar yang digulung. Polisi tadi buru-buru mengambil uang itu dan Argus menembaknya, polisi pun mati. Argus memberi selamat pada anak buah polisi tadi karena akan mendapat promosi.
Kembali ke kantor pusat. Ketua melanjutkan penjelasannya bahwa Mereka menyelundupkan senjata api dan Sebutan mereka adalah "Pedagang Kematian". Cara terbaik adalah untuk menjaga jarak. Shi Jin juga pasti tahu Tugas mereka di sini sudah hampir selesai. Saat mereka kembali ke Korea, ia dan Shi Jin akan mendapat promosi. Yang dimaksud ketua adalah agar mereka harus menghindari masalah.
Shi Jin mengerti dan ketua menyuruhnya menulis ulang laporannya. Lalu ketua memberi Shi Jin dokumen pemberitahuan transfer darurat. Dae Young akan dipindahkan. Ketua mengatakan kalau posisi Dae Young akan digantikan oleh orang lain.
Di markas, Dae Young mengetahui hal itu dari Sersan Choi.
Kilas balik..
Saat pelatihan tentara, awal-awal Dae Yeong menjadi tentara, saat itu pangkatnya masih Sersan. Letnan Umum Yoo datang bergabung dengan tentara baru yang sedang makan siang. Letnan Umum Yoo duduk di depan Dae Young. Topi mereka ditaruh bersandingan yang berbintang 3 milik Letnan Umum Yoo.
Mereka tinggal berdua. Letnan Umum Yoo sudah mendengar kalau Dae Young pacaran dengan puterinya. Dae Young membenarkan. Letnan Umum Yoo khawatir tentang masa depan anaknya. Jadi, ia harap Dae Young juga memikirkan tentang masa depan puterinya. Ia yakin, Dae Young mengerti apa maksudnya. Ini adalah cara paling bijaksana.
"Apa ini perintah?" Tanya Dae Young.
"Aku juga berharap bahwa permintaanku ini tak akan menjadi perintah. Tapi, tak apa jika kau menganggapnya sebagai perintah. Apakah kehormatan seragam kita akan terjaga, itu semua ada ditanganmu." jawab Letnan Umum Yoo.
Kilas balik selesai...
Dae Young mulai berkemas. Ia membaca kembali surat Myeong Joo.
"Sersan Mayor Dae Young, hadiahmu sudah mau datang. Aku selalu merindukanmu. Hormat."
Di mobil, Shi Jin bertanya apa Mo Yeon sudah mengirim uangnya. Sudah, Mo Yeon berterimakasih atas bantuan Shi Jin. Mo Yeon melihat kalau Shi Jin murung, ia bertanya kenapa?
"Rekanku telah diperintahkan kembali ke Korea." Jawab Shi Jin.
Mo Yeon tahu siapa itu, ia bertanya, apa Shi Jin sedih karena rekannya akan duluan pulang ataukah karena ia akan sendirian. Shi Jin hanya kesal dengan perintah tak adil ini. Mo Yeon membaliknya, bukannya Shi Jin harus mengikuti perintah?
"Tapi, perintah ini bukan diberikan oleh seorang Komandan tapi oleh seorang ayah."
"Melodrama yang dibintangi ayah Myeong Joo sepertinya masih proses screening. Aku jadi penasaran, Bagaimana Myeong Joo dan Sersan Mayor Seo bisa bertemu?"
Kilas balik...
Para tentara diperintahkan untuk berjalan sejauh 1 mil. Dan pada waktu itu Myeong Joo adalah ahli bedah dari tim medis.
Salah satu rekan Dae Young ada yang kelelahan. Dae Young membantunya membawakan tas rekannya itu. Myeong Joo melihatnya.
Lalu Myeong Joo mendekatinya. Myeong Joo tahu kalau Dae Young sudah ke sana tiga kali. Ia menyuruh Dae Young untuk melepaskan sepatunya, Semangat dan kepedulian Dae Young pada rekan memang hebat. Tapi, jika begini terus Dae Young akan mengalami cedera. Myeong Joo menyibak ransel yang menutupi nama Dae Young lalu menyebut nama Dae Young.
"Aku tak akan menyerah meskipun aku cedera nantinya." ujar Dae Young tegas, lalu ia pergi.
Myeong Joo menahan tangannya, "Aku harap kau semangat begini bukan hanya untuk mendapat izin liburan agar kau bisa menghalangi pernikahan mantanmu. Aku benar, 'kan?"
"Memang benar."
Kilas balik selesai...
Mo Yeon takjub mendengar cerita Shi Jin. Mereka sampai di pantai yang ditanyakan Mo Yeon tadi. Shi Jin menyuruhnya turun karena mereka tak mungkin bisa kesana kalau sudah sibuk nanti.
"Bukannya letaknya jauh?"
"Ya, karena tempatnya jauhlah. Aku ingin lebih lama bersamamu. Ikut aku."
Mo Yeon masih diam di tempat. Shi Jin melanjutkan ceritanya kalau Dae Young berhasil pergi ke pernikahan mantannya itu bersama Myeong Joo. Shi Jin menyuruh Mo Yeon mengikutinya jika ingin tahu lanjutan ceritanya.
"Mereka pergi bersama? Kenapa Myeong Joo pergi bersamanya? Apa yang terjadi?" Tanya Mo Yeon sambil mengikuti Shi Jin.
Kilas balik...
Dae Young mendapat cuti, ia sudah berpakaian rapi dan masuk ke mobil. Tiba-tiba Myeong Joo juga ikut masuk tapi di bangku belakang. Dae Young bertanya, ada urusan apa Myeong Joo masuk mobilnya.
"Selamat atas kesempatanmu untuk merusak pernikahan mantanmu itu. Nah, kebetulan aku sedang tak bertugas hari ini. Kau pasti merasa beruntung, 'kan?" jawab Myeong Joo.
"Aku bertanya, untuk apa kau ke sini? Apa pertanyaanku terlalu sulit? Letnan Yoon Myeong Joo."
"Apa jawabanku juga sulit dimengerti? Jika kau merusak pernikahannya, wanita itu malah akan senang telah memutuskanmu. Tapi, jika kau mengajakku, dia akan menyesal sepanjang malam. Itulah maksudku."
"Ide yang bagus."
"Tapi, dengan satu syarat. sekarang tolong miringkan cerminnya."
Myeong Joo mulai berganti baju dan Dae Young lurus menghadap kedepan.
Kilas balik selesai...
Mo Yeon sudah menduganya, Myeong Joo memang perusak hubungan orang lain. Mo Yeon bertanya lagi, apa syarat Myeong Joo. Shi Jin menjawab kalau saat itu ia mulai bermain.
Kilas balik..
Myeong Joo bercerita kalau pria yang disukai ayahnya adalah saingannya untuk naik pangkat. Dia adalah Yoo Shi Jin, senior Myeong Joo di Akademi Militer Korea. Dae Young mengatakan kalau Shi Jin sudah sampai disana sejak dua hari yang lalu.
"Dia cepat juga." Balas Myeong Joo, lalu pindah ke kursi depan.
Myeong Joo memperbolehkan Dae Young mengatakan pada Shi Jin kalau ia adalah pacar Dae Young. Dae Young menanyakan alasan Myeong Joo tak menyukai Shi Jin. Myeong Joo tak suka penampilan Shi Jin yang terlalu dandy (bergaya).
"Kau setuju?" tanya Myeong Joo.
"Setuju. Aku suka dengan alasanmu itu."
Lalu Myeong Joo bertanya soal gaunnya, apa Dae Young suka, karena ia suka gaun berwarna putih. Ia yakin Dae Young akan terpesona jika ia menguraikan rambutnya dan memakai hig heels, ia yakin akan lebih cantik dari pengantin wanita nanti. Lalu Myeong Joo memepas jepitan rambutnya.
"Bagaimana penampilanku?" tanya Myeong Joo.
"Jadi, konsepmu yang sekarang..."
"Kau bisa langsung tahu, 'kan?"
" ... adalah konsep hantu?"
"Konsepku adalah malaikat." balas Myeong Joo dengan mengepak-ngepakkan tangannya sebagai sayap.
Dae Young datar-datar saja lalu Myeong Joo mengajaknya langsung berangkat.
Kilas balik selesai..
"Jadi, pria yang disukai ayah Myeong Joo... adalah kau?"
"Ya."
Shi Jin menyuruh Mo Yeon menunggu sebentar. Ia meminta kunci perahu pada pemilik. Shi Jin naik keatas perahu lalu menyuruh Mo Yeon naik juga. Mo Yeon melanjutkan pertanyaannya,
"Jadi Myeong Joo, Sersan Mayor Seo dan kau berada dalam cinta segitiga?"
"Ya. Pegang tanganku."
"Sampai sekarang?"
"Ya."
"Jadi, apa yang kau pikirkan sekarang?" Mo Yeon belum mau naik ke perahu.
"Kenapa kau menanyakan itu? Apa kau tak menyukaiku?"
Lalu Shi Jin menarik Mo Yeon untuk naik ke atas kapal. Mo Yeon menjawab kalau ia hanya bertanya, ia tak peduli apa yang dipikirkan Shi Jin sekarang. Shi Jin menatap mata Mo Yeon lekat-lekat, ia bisa melihat kalau sepertinya Mo Yeon penasaran.
Dan Shi Jin membimbingnya untuk duduk. Ia menyalakan mesin perahu dan mereka melintasi lautan, pemandangannya bagus banget..
Dan mereka sampai di pantai. Disana ada kapal besar. Shi jin menawarkan tangannya sebagai pegangan saat Mo Yeon turun tapi Mo Yeon tak mengambilnya, ia bisa turun sendiri.
"Tempat ini pasti tak pernah dijamah. Tapi, kenapa kapal ini bisa ada di sini? Indah sekali." Ujar Mo Yeon.
"Kau bisa kembali ke sini lagi."
Shi Jin mengambil batu. Ia menjelaskan kalau menurut kepercayaan penduduk sekitar, orang akan bisa kembali ke pantai itu lagi jika membawa pulang batu dari pantai itu. Ia memberikan batu itu untuk Mo Yeon.
Mo Yeon tahu pasti Shi Jin berbohong karena jika itu benar, maka tak ada batu yang tersisa di pantai itu. Shi Jin menambahkan kalau orang yang kembali lagi ke pantai itu harus menaruh batu kembali ke tempatnya. Mo Yeon mengerti, kepercayaan yang Indah baginya dan kapal karam juga indah. Ia mau masuk ke dalam.
Shi Jin mengikuti Mo Yeon. Mo Yeon kembali bertanya, kenapa kapal itu bisa karam. Shi Jin menjawab kalau kapal itu kena sihir, sesuatu yang kena sihir akan berakhir menjadi sesuatu yang indah. Mo Yeon berbalik dan menatap Shi Jin.
"Apa kau pernah terkena sihir?"
"Iya. Kau akan tahu nanti."
Mereka terdiam sebentar. Shi Jin mengingat-ingat, ia belum mendengar jawaban Mo Yeon. ia menanyakan lagi,,
"Bagaimana kabarmu? Apa kau masih tetap seksi saat berada di ruang operasi?
"Sepertinya kau salah. Aku tak ke sini sepenuh hati untuk menjadi relawan medis. Seseorang yang lebih berkuasa telah mencoba menyerangku. Dia marah dan mengirimku ke sini. Dan aku tidak melakukan operasi lagi. Sepertinya, kemampuanku tak diakui dalam ruang operasi. Aku akan segera kembali, dan setelah itu, aku pasti akan mengambil kembali posisiku. Aku adalah wanita yang sibuk."
Mo Yeon mengenggam batu pemberian Shi Jin.
Dan saat malam pun disana kelihatan sangat Indah, bintang-bintang sangat jelas terlihat.
Dr. Sang Hyun bagian masak. Kali ini menunya nasi campur+telur ceplok, tapi segitu banyak orang telurnya cuma satu. Chi Hoon pemilih, ia tidak mau makan sepiring dengan yang lain, maklum, ia anak orang kaya. Chi Hoon menyendok bagiannya dan meletakkannya di piring dan mengambil telur satu-satunya. Dr. Sang Hyun merebutnya dan Chi Hoon kesal.
"Kenapa kau menggunakan sendokmu pada makananku begitu? Aku tak mau makan lagi, ah." Ucapnya lalu membanting sendok.
Chi Hoon keluar, ia curhat dengan isterinya. Tiba-tiba ada anak yang menyentuhnya dengan tangan kotor. Anak itu minta makan tapi dengan Bahasa Urk. Chi Hoon gak mengerti. Tiba-tiba anak itu pingsan dan Chi Hoon menggendongnya untuk mendapat perawatan tepat saat itu juga Mo Yeon dan Shi Jin kembali.
Mo Yeon memeriksa anak itu. Chi Hoon menduga kalau anak itu menderita gizi buruk. Mo Yeon mengatakan kalau itu bukan gejala pneumonia dan terlalu buruk untuk penderita gizi buruk. Ia menekan-nekan dada anak itu, anak itu meringis.
"Dia mengalami nyeri di antar hati dan perutnya." kata Mo Yeon.
"Apa mungkin dia keracunan timah hitam?" tanya Shi Jin.
"Gejala keracunan timah hitam tak muncul secepat ini." jawab Chi Hoon.
Mo Yeon teringat saat ia memotret anak-anak yang menjilati sesuatu. Lalu ia bertanya pada Chi Hoon apa anak itu menjilati sesuatu. Chi Hoon membenarkan anak itu menjilati tangannya. Mo Yeon mengerti sekarang.
"Kita perlu untuk melakukan detoksifikasi. Berikan dia IV dengan beberapa nutrisi dan vitamin C, serta EDTA." perintah Mo Yeon.
"Apa dia menderita keracunan timah hitam?" Tanya Chi Hoon.
"Dia menderita anemia karena kekurangan gizi. Tapi, saat racun itu memasuki tubuhnya, sel darah merahnya menyerap karena mengira racun itu adalah nutrisi. Dan karena itu racunnya menyebar dan gejalanya cepat muncul seperti ini.
"Kapten, kau memang luar biasa." Puji Chi Hoon lalu ia pergi mengambil obat-obatan.
Shi Jin menyuruh Mo Yeon memanggilnya jika anak itu bangun, karena ia bisa Bahasa Urk. Mo Yeon berterimakasih atas bantuan Shi Jin tapi kedepannya tim medis akan mengurus semuanya sendiri.
"Jika kau memang merasa tertolong, maka ucapkan terima kasih saja." potong Shi Jin.
"Apa maksudmu?"
"Kau bilang hidup itu berharga. Dan tak ada yang lebih berharga daripada kehidupan. Aku hanya merasa, kau sudah berubah sekarang. Bukan lagi orang yang kukenal dulu.
"Kasus anemia karena kekurangan gizi, dan keracunan timah hitam sangat jarang ditemukan di Korea. Dan kasus ini sudah seperti kasus penyakit flu di Korea sana." Mo Yeon mencoba membela diri.
"Akan lebih bagus jika dokter dengan pengalaman terbaik yang datang ke sini."
"Memang begitu. Tapi tak semua dokter di dunia ini sama seperti Albert Schweitzer."
"Iya, memang. Dan beberapa dokter hanya muncul di TV saja. Aku pergi dulu."
Mo Yeon hanya bisa menghela nafas.
Shi Jin kembali ke markas. Alarm peringatan berbunyi.
Dae Young melapor pada Shi Jin,," FPCON (Sistem Keadaan Siaga) level 2 telah diarahkan ke semua area tim medis."
Para tentara dengan senjata lengkap berjaga di sekitar medicube. Gi Beom memberi tahu kalau semua tim medis harus berkumpul.
Shi Jin mendapat laporan kalau seorang VIP dalam perjalanan menuju medicube. Dan ternyata mobil yang beriringan berjalan di bukit adalah mobil VIP dan ia menerima fax data diri VIP.
Sepertinya Seorang yang memakai jas di episode 1 adalah presiden korea selatan.
Seseorang bernarasi : Pasiennya adalah Mubarat, Ketua Liga Arab yang baru-baru ini melakukan kunjungan resmi di Timur Tengah. Dia adalah orang penting ketiga dalam keluarga kerajaan Abu Dhabi. Dia juga dikenal sebagai politisi terampil dan telah berhasil membuat perjanjian perdamaian antar agama dan negara. Dia adalah kandidat kuat untuk Hadiah Nobel Perdamaian, tapi banyak musuh yang mengincar dia.
Letnan Umum Yoo memerintahkan untuk menyiapakan mobil, ia akan ke Blue House (Istana Kepresidenan).
Para tim medis sudah berkumpul. Shi Jin memberikan catatan medis pasien VIP yang akan segera datang. Tapi semuanya disensor. Tim medis tidak bisa memperoleh informasi apa-apa.
Mo Yeon mengatakan kalau terlalu banyak data palsu dalam catatan medis VIP. Dokter Sang Hyun dan Chi Hoon heran, dokter siapa yang berani membuat catatan palsu.
"Aku dokter yang seperti itu. Pasien yang miskin akan membutuhkan dokter seperti Albert Schweitzer, dan bagi pasien VIP akan membutuhkan dokter yang khusus. Bagi seorang VIP, catatan medis sama saja dengen kelemahan mereka. Karena itulah catatan seorang Presiden bersifat rahasia." Jawab Mo Yeon.
VIP datang. Ketua Park memantau keadaan melalui Shi Jin.
"Bagaimana kondisinya?"
"Semuanya baik-baik saja. Mereka sedang memeriksanya." Jawab Shi Jin.
"Oke. Blue House sudah mengetahuinya, jadi pastikan kau melaporkan semuanya." Shi Jin mengerti.
"Tekanan darah 175, denyut nadinya 100... Dan tingkat matanya 70." kata Ja Ae.
"Tekanan darah tinggi, denyut nadi terlalu cepat dan juga tidak teratur. Sepertinya dia mengalami hipoglikemia." kata Chi Hoon.
"Catatan medis mengatakan dia menderita diabetes. Apa mungkin karena insulin?" tanya Dr. Sang Hyun.
"Apapun itu, kita harus berhati-hati dalam melangkah. Siapkan 50DW IV." perintah Mo Yeon.
Pengawal VIP memberikan resep dari dokter presiden. Mo Yeon menerimanya itu adalah Nitro-glycerine. Chi Hoon bertanya-tanya kenapa VIP membutuhkan obat vasorelaxation, Bukannya itu akan berdampak pada insulinnya?
"Sudah kubilang jangan percaya pada catatan kesehatannya. Melihat dari gejalanya ini. Dia tak menderita BP yang tinggi karena hipoglikemia. Dia menderita hipoglikemia karena kondisi hatinya." Lalu Mo Yeon menyuruh Ja Ae untuk menyuntikkan Nitro-glycerine ke infuse pasien.
Ja Ae melaksanakan seperti perintah tapi tekanan darah pasien langsung menurun. Mo Yeon menyentuh perut pasien, ia kaget,"Ada apa ini? Dia mengalami distensi abdomen."
Ketua Park bertanya lagi pada Shi Jin, bagaimana kondisi pasien. Shi jin bertanya pada Mo Yeon.
"Dia mengalami distensi abdomen dan tekanan darahnya menurun. Mungkinkah hemoperitoneum? Dia menderita hemoperitoneum (Pendarahan dalam rongga tubuh). Mereka menyembunyikan sesuatu. Kita harus membedahnya. Kami akan melakukan laparotomi. Siapkan ruang operasinya." Jawab Mo Yeon dan memerintahkan tim-nya untuk menyiapkan ruang operasi.
Pengawal VIP tak bisa mengijinkannya. Dokter presiden akan tiba dalam 1 jam.
"Apa maksudmu? Dia bisa meninggal dalam 1 jam. Jika aku tak mengoperasinya sekarang mungkin hanya 20 menit." Jelas Mo yeon.
Pengawal tetap ngeyel, ia tak bisa mengijinkan sembarang orang untuk mengoperasi pemimpin Arab. Mo Yeon kembali memaksa. Pengawal mengeluarkan pistol kearah Mo Yeon. Tim Alpha bersiap siaga. Shi Jin menahan Tim-nya. Ia pelan-pelan mengambil pistolnya.
Mo Yeon menyuruh Timnya mundur, ia mengerti, ia tak akan mencoba mengubah aturannya. Tapi begitu ia mengangangkat tangannya, VIP akan mati.
Shi Jin mendengarkan perintah Ketua Park," Dengar baik-baik. Hidupnya bukanlah hal yang penting sekarang. Tapi, siapa yang akan bertanggung jawab atas insiden ini. Biarkan orang Arab itu yang memutuskan semuanya. Jika Presiden meninggal, kita juga bisa melemparkan masalah ini pada dokter yang tak melakukan operasi. Kita, para pasukan tak akan bertanggung jawab atas insiden ini. Ini adalah perintah."
Shi Jin memberi kode pada Dae Young karena mereka berdua bisa mendengar perintah ketua Park dari headset masing-masing. Shi Jin bertanya pada Mo Yeon.
"Apa kau... bisa menyelamatkannya?"
"Apa? Aku tak akan bisa menjamin hal itu, Tapi, dia mengalami..."
"Aku tak peduli dengan diagnosismu itu. Jawab! apa kau bisa menyelamatkannya? Jawab aku sebagai dokter."
Ketua Park: "Apa yang kau lakukan?"
Shi Jin pada Mo Yeon: "Jawab aku!".
Mo Yeon : "Aku bisa menyelamatkannya."
Shi Jin : "Kalau begitu, selamatkan dia." (Sambil mematikan headsetnya.)
Dan mereka saling mengacungkan senjata masing-masing.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Drama Korea Descendants of The Sun
RomansaDrama Korea Descendants of The Sun : Judul : Descendants of The Sun Genre : Drama | Mellow | Romance Pemeran Utama : Song Joong-ki | Song Hye-kyo | Kim Ji-won | Jin Goo Sumber : by k-drama recap and big thanks for Google Editor by me Plot Drama Kore...