"Apa? Kau ingin ikut dengan kami? "
"Ayolah, Valvet. Lya akan pergi ke istana Lord Sword, bukankah tujuan kita sama? Kita bisa bersama-sama pergi dan menghadapi Lord Sword. "bujuk Evelyn.
"Aku bingung padamu, Evelyn. Kau bilang dia pergi setelah keluar dari hutan ilusi, dan sekarang kau bilang dia akan ikut dengan kita. Sebenarnya kau lebih percaya aku atau Lya, sih? "
Belum sempat Evelyn menjawab, Lya sudah berkata, "Aku hanya ingin membalas budi. Evelyn bilang adikmu diculik. Adikku juga diculik Lord Sword. Aku tau rasanya kehilangan seorang adik, karena itulah aku ingin membantumu, Valvet "
Valvet menyilangkan tangan didadanya dan memalingkan wajah. Dia tidak mudah dibujuk, tapi Evelyn mencoba bicara dengannya lagi.
"Val, aku tau aku egois. Tapi percayalah, Lya hanya ingin menolong. Walaupun dia berbeda dengan kita tapi dia tidak bermaksud buruk. Bukankah semakin banyak orang, maka suatu pekerjaan akan semakin ringan. "
Hati Valvet mulai luluh saat melihat mata biru Evelyn. Amarahnya berkurang dan dia menyerah.
"Baiklah dia boleh ikut"katanya tidak bersemangat.
Lya tersenyum mendengar itu. Evelyn langsung memeluk Valvet dari belakang. "Terima kasih, Valvet. Kau memang baik. "
"Sudah lepaskan aku. Ayo kita pergi sekarang "
Valvet melangkahkan kaki menuju desa penyihir. Lya menyentuh pundak Evelyn dan tersenyum. Evelyn tau arti dibaling senyuman itu.
Mereka mendahului Evelyn yang menatap punggung mereka. "Aku akan berusaha menghapuskan permusuhan dan dendam di dunia Fillix. Akanku korbankan segalanya untuk menciptakan perdamaian. Itu janjiku padamu, bunda. " batin Evelyn.
"Apa yang aku tunggu, Evelyn? Ayo cepat kita pergi! "kata Valvet yang sudah jauh didepan.
"Iya tunggu aku" Evelyn berlari kecil menuju dua temannya itu, dengan senyuman di bibirnya.
***
Sedangkan ditempat lain, raja Shorth sedang rapat dengan para menterinya. Saat menteri pertahanan mengemukakan pendapatnya, pintu terbuka dengan keras. Prajurit datang dengan tergesa-gesa dan membungkuk badannya"Yang Mulia, ada masalah" katanya dengan gemetar.
"Ada apa? Kanapa kau gemetar? "
"Prajurit di benteng utama semuanya terbunuh. "
Raja berdiri, "Apa? Siapa yang melakukannya? "
"Saya tidak tau, Yang Mulia, tapi... "
"Tapi apa? Lanjutan perkataanmu"
"Kami menemukan senjata aneh disana. Sepertinya yang menyerang mereka menggunakan senjata itu"
"Perlihatkan padaku" perintah Raja.
Prajurit lain datang dan membawa sebuah senapan panjang. Raja mendekat dan menyentuh senjata. Matanya membesar melihatnya. Ia tau milik siapa itu.
"Senjata aneh apa itu? Kita tidak menggunakan senjata itu" kata menteri pertahanan.
"Kau benar. Kita biasanya memakai kapak atau palu berduri, tapi tidak dengan senjata itu" jawab salah seorang menteri lainnya.
"Ini milik manusia" kata Raja dengan menahan amarahnya.
"Manusia ? Tapi, bukankah manusia tidak boleh datang, apalagi membunuh monster lain disini? "
Raja menjatuhkan senapan itu dan kembali ke singgasana -nya. "Itu berarti manusia telah melanggar janjinya sendiri. Aku tidak bisa membiarkan ini. Pergi dan beritahu pada raja Sparkling King semua ini. Dia harus minta maaf dan menyerahkan orang yang melakukan ini, dan jika dia menolak, kita akan berperang melawan mereka " perintah Raja Shorth.
Prajurit pergi menyampaikan pesan rajanya. Dibalik tirai Lord Sword terlihat dengan senyuman liciknya. Disampingnya ada Abadon yang terkena percikan darah.
" Kerja bagus, Abadon."
Abadon menundukkan kepalanya.
"Setelah ini, semua orang di Fillix akan berada digenggamanku. Dan semua rencanaku akan tercapai. "
Lord Sword menghilang seketika bersama Abadon. Raja Shorth merasa ada orang dibalik tirai tapi saat menoleh tidak melihat siapa -siapa disana. "Mungkin perasaanku saja"batin Raja.
***
Evelyn dan teman-temannya sudah berada didesa penyihir. Disana tidak seperti di Sparkling King. Desa penyihir ada didalam hutan. Mereka membangun rumah diatas pohon yang tinggi. Penyihir pun ada tanda di pipi sebelah kiri mereka. Selain itu semuanya sama. Ada pasar, sekolah, tempat bermain, bahkan perpustakaan pun ada disana. Mereka merasa terhipnotis karena tempat itu, apalagi Valvet. Dia berlari kesana kemari melihat disekitarnya. Mungkin dia lupa, sekarang ada dimana. Evelyn dan Lya hanya pasrah melihat teman kecilnya itu."Aduuuh... " kata Lya sambil menutup mata dengan tangannya dan menggelengkan kepala.
"Sepertinya dia sangat senang. "kata Evelyn melihat Valvet memakan buah dari sebuah toko.
"Kerudung jubahnya bisa saja terbuka dan dia bisa membuat kita berlari lagi"gerutu Lya
Evelyn tertawa kecil mendengar perkataan temannya itu.
"Kenapa kau tertawa? Itu benarkan. "
"Tenanglah Lya. Umurnya masih 15 tahun. Dia masih terlalu muda untuk mengerti keadaan "
"Saat umurku 15 tahun, aku sudah bisa membunuh 3 harimau besar, sendirian "
"Hei kalian coba makan ini!" kata Valvet dari jauh. Saat dia berjalan mendekati mereka dia tersandung dan kerudung jubahnya terjatuh, membuat wajahnya terlihat. Evelyn hanya bisa memegang pipinya karena kaget, dan Lya menutup mata dengan tangannya dan bergumam, "Sudah kubilang dia akan mengacau"
"Dia Manusia!"
"Apa yang kau lakukan disini dasar penghianat?" kata salah seorang penyihir.
"A.. aku... "kata Valvet terbata-bata.
"Kita bunuh saja dia. Demi dendam yang sudah lama"
Badan Valvet gemetar. Dia melihat Evelyn dan Lya bergantian, dengan raut muka yang berbeda.
Evelyn mengerti. Valvet pasti mau bilang, "Tolong aku... "
Lya pun mengerti. Dia pasti mau bilang, "Cepat tolong aku peri tidak berguna"Salah seorang penyihir mengangkat tangannya dan merapal mantra. Dari tangannya timbul sinar kuning, seperti petir. Valvet hanya bisa pasrah dan menutup matanya. Penyihir itu mengarahkan tangannya pada Valvet dan sinar itu pun...
___________
Sampai disini dulu ya. Semoga kalian terhibur.
Jika kalian suka, vote
Jika ada kritik atau saran, comentSampai ketemu di chapter selanjutnya. Bye... (♡˙︶˙♡)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Princess
FantasyAwalnya Evelyna Vance Sparkling hanya seorang putri dari kerajaan Sparkling King. Tapi hidupnya berubah yang dulunya seorang putri menjadi seorang pejuang. Dan itu semua karena Lord Sword. Dia sekarang berjuang untuk menyelamatkan kakaknya dari Lor...