Bulu mata lentik itu mulai bergerak ketika mata indah gadis yang sedang berbaring itu perlahan terbuka. Entah sudah berapa lama dirinya berbaring sejak tadi namun kini yang di rasakan abhwa dirinya sudah lebih baik dari sebelumnya. Perlahan dia bangun dan turun dari ranjang. Sebelum keluar dia merapikan ranjangnyadan juga pakaiannya yang untungnya tidak sampai kusut karena tidurnya tadi. Gadis itu menyusuri koridor mencari di mana teman-temannya berada sampai saat akan berbelok menuju sayap utara tanpa sengaja dia menabrak sesuatu yang begitu keras di depannya.
Bbruukkk...
'Astaga apa yang sudah ku tabrak tadi? Perasaan tidak ada dinding di situ saat aku lewat pertama kali.' Ujar gadis itu pdalam hati yang tak lain adalah Xian. Pantatnya tersa sakit karena menyentuh lantai yang keras.
"Mari ku bantu." Sebuah uluran tangan membuat xian mendongak untuk melihat siapa pemilik suara maskulin yang mengulurkan tangannya itu. Xian segera menerima uluran tangan tersebut meski sebenarnya dia sempat terkejut melihat siapa orang itu.
"Terimakasih." Ucap Xian tersenyum kepada pria tadi yang juga membalas senyumnya.
"Maafkan teman aku tadi tak sengaja menabrakmu." Ujar pria lain yang juga ada disitu.
"Apa kamu baik-baik saja? Tak ada yang terluka kan?" Sebuah suara yang lembut milik seorang gadis menyapa Xian dengan ekspresi khawatir.
"Bagaimana kalau periksa saja ke ruang kesehatan?" Tawar seorang pria yang lain lagi.
Dalam hati Xian merutuki kenapa juga dia harus bertemu dengan orang-orang ini. Memangnya dia barusan jatuh dari atas gedung ini hingga mereka semua khawatir dengan dirinya. Dan apa barusan ingin memeriksakan dirinya ke ruang kesehatan? Astaga bagaiamana bisa Xian masuk dua kali ke ruang kesehatan dalam satu hari ini di awal penerimaan nya di Pradise School.
"Tidak perlu kesana, aku baik – baik saja." Tolak Xian kepada mereka.
"Lihat bukan? Dia baik-baik saja jadi tak perlu megkhawatirkannya. Lain kali kalau jalan lihat ada oaring di depan atau tidak." Xian jengkel ketika mendengar apa yang di ucapkan pria yang jelas-jelas menabraknya. Bukannya minta maaf malah mengatai dirinnya, dasar tak punya hati.
"Justru kamu yang jalan lihat ada orang atau tidak jangan asaln menabrak saja. Dan lagi kamu yang menabrak ku kenapa malah kamu yang marah ke aku? Harusnya kamu minta maaf ke aku sekarang. Sudah salah tapi masih belagu."
"Apa kamu bilang tadi? Aku belagu?"
"Kamu sudah belagu, tak punya hati, tuli dan sekarang bodoh yah. Sudah jelas sekali tadi kamu dengar apa yang ku katakan tapi masih mau menanyakan nya lagi. Sepertinya otak kamu ada yang tidak beres, lebih baik segera saja periksakan ke bagian kesehatan sebelum bertambah parah."
"Beraninya kamu mengata-ngati keluarga kerajaan seperti itu. Apa kamu mau di hukum?" Teriak pria itu yang sudah sangat kesal dengan apa yang di katakana Xian. Namun lain halnya dengan Xian jika orang lain mungkin akan segera memohon ampun minta maaf malah dia dengan acuhnya tak perduli sama ancaman pria tersebut.
"Keluarga kerajaan? Hello,,, kita semua disini hanyalah seorang siswa tanpa embel-embel yang lain. Apa kamu lupa bahwa disini semua di sama ratakan tanpa memandang status apa pun? Aku tidak perduli mau kamu keluarga kerajaan atau apa pun itu tak ada hubungannya denganku. Dan lagi seharusnya sebagai keluarga kerajaan kamu tahu bagaimana caranya bersikap kepada rakyatmu. Mau jadi apa kerajaan ini jika anggota kerajaanya saja tidak tahu bersikap kepada rakyatnya."Ujar Xian pedas sambil menatap sinis tepat ke manik milik pria itu.
"Ven tak usah diperbesarkan seperti itu."
"Tapi Stev ini namanya penghinaan untuk ku."
"Yang tadi juga penghinaan untukku jadi anggap saja sekarang kita berdua sudah impas." Ujar Xian yang tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My little Cattaleya
FantasíaHanya orang biasa saja, itulah yang di katakan mereka tentang dirinya. Namun tak ada yang tahu siapa dia sesungguhnya, seiring berjalannya waktu satu per satu fakta yang sesungguhnya muncul ke permukaan. Dia adalah kesempurnaan. Cattaleya Rank #3Fan...