Sudah satu minggu berlalu dari hari ulang tahunku. Tak satu kata permintaan maaf pun keluar dari mulutnya.
Dia tak seperti mempunyai masalah bahkan rasa bersalah apapun. Tidak cukupkah baginya semua pengorbananku. Dia seolah-olah menaruh tembok besar di hatinya untukku.
Sea...ya Sea, baginya Sea adalah segalanya. Sea begitu mudah berada disisinya, bahkan untuk acara kantor pun yang selalu dia ajak adalah Sea. Sea hampir setiap hari bisa datang ke kantornya. Aku....aku ini siapa? Baginya aku wanita perampas kebahagian sahabatnya sendiri.
Dia juga mengenalkan sea kepada rekan bisnisnya. Aku istrinya tapi Sea lah yang berperan layaknya sang istri.
Sudah beberapa hari ini aku menghabiskan waktu di taman kota. Melihat beberapa keluarga menghabiskan waktu mereka disini. Melihat kecerian anak- anak yang bermain di ayunan.
Anak....heh... Bagaimana bisa mempunyai anak dia tak menyentuhku walau seujung kukupun.
Seberapa dingin perlakuan azka kepadaku aku tak pernah dendam bahkan memberitahukan kepada keluargaku. Aku sebatang kara hidup di dunia ini. Ayah dan kakak begitu membenciku. Walau ayah dan kak Adri telah mengucapkan salam di hari ulang tahunku. Bukan berarti dia memaafkanku. Itu mungkin paksaan dari bunda.
Kemana aku akan bersandar mengeluarkan keluh kesah ini. Rasa sesak di dada ini dengan siapa bisa dihilangkan.
Aku butuh ayah....untuk sekian kalinya aku harus menangis. Aku butuh bunda dan kakak. Aku ingin pulang...aku ingin kembali ke rumah bunda tapi aku takut.
Aku menangis begitu kencang, tak peduli dengan orang sekitar yang memperhatikanku. Aku tak sanggup untuk menahannya lagi , aku ingin berteriak membuang semua rasa sakit dan sesak ini.
Sampai pada akhirnya penglihatanku kabur lau semuanya begitu gelap...
🍁🍁🍁🍁🍁
Yang kurasakan ketika membuka mata adalah kepalaku begitu pusing.
" jangan bergerak dulu nyonya" kata suster menidurkanku kembali.
" suster sa..saya"
" anda di rumah sakit, beberapa orang yang mengantarkan anda kesini. Anda pingsan di taman" kata suster menjawab rasa penasaran ku.
" anda kekurangan gizi nyonya, kapan terakir anda makan?"
Aku menggeleng, aku tak ingat kapan terakhir aku makan.
" kami sedang menghubungi dokter untuk segera memeriksa anda. Berhubung hari ini minggu jadi semua dokter libur. Sebelum dokter datang apakah kami bisa menolong anda untuk menghubungi keluarga anda, suami mungkin"
Aku menatap nanar suster yang mungkin umurnya setara bi ayu.
Suami.....suami.... azka tidak akan memperdulikan ku walau hari ini aku mati.
" saya tidak punya suami, sus" jawabku lemah.
" oh..maaf..kalau kontak keluarga anda?"
" Keluarga.....tidak aku tak ingin mengganggu bunda ataupun ayah"
" saya cuman tinggal disini sendiri, sus. Keluarga saya jauh tinggal di kampung. Saya tidak ingin mengganggu mereka"
Suster itu menatap lama kearahku mencoba mencari sebuah kejujuran.
" siapa yang akan menjaga anda disini?"
" saya sudah terbiasa sendiri"
Ya....itu memang benar bukan. Apapun yang kulakukan dan kurasakan akan kutelan dan kuselesaikan sendiri.
"Kapan dokter akan datang?"
" saya cek dulu ke ruangannya"
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Sudah 3 hari aku di rawat di rumah sakit. Tak satupun sms atau telfon dari Azka. Padahal aku berusaha agar batery hp ku tidak mati. Aku rela meminjam charger suster yang ada disini.
" berharap....selalu berharap. Aku tak henti - hentinya berharap dan menyakini kelak dia akan mengkhawatirkan keadaanku. Aku seperti orang bodoh yang tidak mengerti apapun. Aku bahkan berusaha membutakan hati dan pikiranku untuk berprasangka buruk tentangnya"
Selama 3 hari ini aku tak henti-hentinya memandangi handphone bahkan pintu. Berharap Tuhan memberikan harapan yang selalu aku lontarkan dalam setiap doa ku yaitu azka datang menjemputku di rumah sakit.
Sekarang yang kulakukan di tengah malam ini ketika pasien lain mungkin sudah di alam mimpi. Aku hanya menatap keluar jendela, menghitung setiap tetesan hujan yang di turunkan sang pencipta.
Setiap tetesan hujan yang turun mewakili satu tetes air mataku. Aku berpikir kurang kejam apalagi Azka kepadaku. Tapi mengapa Tuhan tak mengizinkanku untuk membencinya. Aku ingin sekali menghukumnya dengan cara pergi meninggalkannya, namun apakah mungkin dia akan mencariku.
Rasa benci dan jijiknya dia melihatku, mengalahkan pengorbanan yang aku lakukan.
"Azkaaaa!! Aku sakit aku butuh kamu disampingku.. Aku butuh perhatianmu" aku berteriak di dalam hati.
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Meredam tangisanku di malam ini yang tak akan pernah....ya tak akan pernah dia ketahui sampai kapanpun.
"Tuhan beri aku rasa untuk membencinya agar aku sanggup untuk pergi jauh darinya"
"Azkaaaaaaaaa" teriak ku pada akhirnya.
Aku tak peduli dengan pasien yang dapat mendengar tangisanku.
" kenapa kamu tega melakukan semua ini hiks....hiks....."
Karena teriakan dan raungku seorang suster datang menghampiriku.
" Andrea, kamu kenapa" sahut suster Dewi yang selama ini merawatku.
" aku tak mau seperti ini lagi sus, aku ingin mati saja" raungku kepada suster yang berusaha menghentikan tangisanku.
" coba lah untuk beristirahat"
" aku tak sanggup lagi....aku ingin menyerah" kataku tenang sebelum mata ini tertutup.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Sudah hari ke 5 aku disini, aku ingin pulang. Tapi suster dewi bilang dokter yang biasa menanganiku harus keluar kota.
" aku ingin pulang sus" sahutku ketika suster dewi mengecek keadaanku.
" tapi"
"Aku mohon, aku sudah baikan izin kan akan pulang"
" baiklah saya akan membicarakan dengan dokter pengganti"
Selagi suster dewi memanggil dokter pengganti. Aku menyiapkan barang yang perlu ku bawa.
" Andrea ini dokter nya" sahut suster dewi tepat di belakangku.
" dokter..say.......a" aku memutar tubuhku menghadap dokter yang berdiri di belakangku.
Aku kaget melihat dengan siapa aku berhadapan saat ini. Aku tak bisa menyembunyikan rasa kagetku.
Aku terduduk di atas tempat tidurku. Rasa takut dan cemas melihat tatapannya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give me your heart
RomanceBukankah setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai. Setiap orang pun berhak memperjuangkan cintanya. Sama yang seperti yang kulakukan, aku mencintaimu dan menginginkanmu. Aku sudah memperjuangkan cintaku untukmu. Pada akhirnya aku sanggup mem...