APPA ON TV!

18.3K 1.5K 86
                                    

"Eomma! Eomma! Ayo, lihat televisi, Eomma!"

Aku sedang sibuk di dapur saat Taya menghampiriku sambil berteriak seolah ada sesuatu yang amat penting yang harus aku lihat di televisi. Kalau sudah begini, cuma satu kemungkinan, tokoh pada kartun yang sedang Taya dan Jeongsan tonton melakukan hal aneh, tetapi bagi mereka, menakjubkan.

"Ayo, Eomma! Cepat!" Taya menarik-narik avron yang kugunakan.

Aish! Anak ini.

"Iya, iya! Tunggu sebentar!"

Lekas kubilas kedua tanganku, lalu melepas avron, meletakkannya begitu saja pada sandaran kursi meja makan. Taya menarik tanganku agar aku lebih bergegas. "Cepat! Eomma! Cepat!"

"Ada apa, sih? Memangnya Dora dan Boots melakukan apa lagi?"

"Bukan Dora dan Boots, Eomma! Tapi, Appa ada televisi!"

HA? JUNGKOOK ADA DI TELEVISI?

Aku tiba di ruang keluarga dan kutemukan Jeongsan berdiri sambil memegang tepi lemari televisi dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya memukul-mukul televisi. "Ppapapapapa," katanya, seperti ingin berkata, "Appa! Appa!"

Dan, ya, di sana kulihat priaku berada di dalam kotak elektronik itu . Di bawahnya tertulis, 'Jeon Jungkook, Kepala Divisi Humas Bighit Group.'

Ah, ya. Aku hampir lupa kalau sekarang Jungkook adalah Kepala Divisi Humas. Sepertinya, seseorang di rumah ini akan sering muncul di televisi.

"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena produk terbaru dari perusahaan kami terpaksa harus ditunda peluncurannya. Ada masalah kecil berkaitan dengan produk yang harus diperbaiki demi kenyamanan konsumen saat produk sudah siap digunakan."

Priaku sedang menjelaskan penundaan peluncuran salah satu produk baru perusahaan yang sebenarnya direncanakan akan diluncurkan bertepatan dengan acara ulang tahun perusahaan.

"Appa hebat, ya, Eomma! Bisa masuk televisi," tutur Taya.

"Ya, Appa-mu memang orang yang hebat."

***

"Appa! Appa! Appa pulang, ye~~!!!"

Tengah menikmati pudding seorang diri di dapur sambil mengintip sebuah akun social mediaku, ketika kudengar gadisku berteriak. Ah, ayahnya anak-anak sudah pulang. Aku baru hendak menghampiri mereka, saat Jungkook bertandang ke dapur bersama Taya yang ia gendong dengan tangan kanan dan Jeongsan yang ia gendong dengan tangan kiri.

"Eomma! Eomma! Tadi Appa ada di TV, kan, Eomma?" tanya Taya antusias. "Taya sama Eomma dan adik Jeongsan tadi melihat Appa di TV lho, Appa."

"Ppapapbubapapapa." Jeongsan pun turut berkomentar dengan bahasa bayinya.

"Iya, Iya. Appa kalian ada di televisi," aku menyahut dari balik pintu kulkas, sedang mengambilkan sepotong pudding untuk suami yang baru pulang bekerja.

"Wah! Wah! Kalian sepertinya senang sekali melihat Appa di televisi," ujar Jungkook. "Bagaimana, Appa tampan, kan?"

Kuputar kedua bola mataku. Heol. Kenapa pertanyaan itu muncul lagi, sih? Memangnya dia mau berapa kali mendengar pengakuan dari anak gadisnya kalau dia itu tampan, ck!

"Iya, Appa Taya, kan, selalu tampan," balas Taya dan kutemukan Jungkook senyum (sok) malu-malu.

"Ah, Taya bisa saja memuji Appa." Ada semburat kemerahan yang menyeruak di kedua pipinya.

Dih! Memang itu yang ingin kau dengar, kan?

"Tapi, tapi, Appa kok bisa masuk di dalam televisi? Appa, kan, besar?!" lanjut anak gadisku. "Pasti Appa jadi kecil dengan sihir, kan?"

Duh, Taya!

"Bukan, Sayang," ujarku, mengambil Jeongsan dari pelukan Appa-nya setelah kuletakkan sepiring pudding dan air putih pada sisi meja yang berhadapan dengan tempatku duduk saat ini.

"Terus? Bagaimana Appa bisa masuk ke dalam televisi? Lalu, sekarang Appa keluar lagi dari televisi?"

Jeon Tayaaaaaaa~

Duh! Anakku ini terlalu kritis atau terlalu polos, sih?

"Sudah! Sudah!" potong Jungkook. "Taya, Appa bisa masuk dalam televisi karena benda yang bernama kamera."

"Wuooh, jadi kamera bisa membuat orang besar menjadi ukuran kecil?"

"Bukan begitu," Jungkook gemas sendiri. "Nanti Appa perlihatkan apa yang namanya kamera," ujar Jungkook. "Ah, omong-omong, Appa ingin memperlihatkan satu hal lagi."

Jungkook meraih tas laptop yang sejak tadi tersampir di bahu kirinya, mengeluarkan sebuah majalah dari sana—majalah perusahaan, kemudian diberikannya benda itu padaku. "Buka halaman sembilan," perintah Jungkook.

Segerak kubalik halaman demi halaman majalah yang kini berada di atas meja. Mencari halaman sembilan yang dikatakan Jungkook.

"Ppappapapa."

Ya, kali ini Jeongsan yang berada di pangkuanku, menemukan foto ayahnya yang dicetak nyaris memenuhi setengah halaman.

'JEON JUNGKOOK, KEPALA DIVISI HUMAS YANG BARU.'

Itu judulnya.

"Sepertinya kau akan sering muncul di televisi dan majalah perusahaan," komentarku, menggoda pria yang saat ini duduk berhadapan denganku, menikmati pudingnya. Sementara itu, Taya telah kembali ke ruang tengah.

"Begitulah," tuturnya. "Lagi pula, kurasa jabatan kepala divisi humas sangat cocok untukku. Sayang sekali kalau wajahku yang tampan ini tidak dikenali banyak publik."

"Kau bilang apa?" tanyaku, sejurus kemudian melemmparkan tatapan sengit.

"Ti-tidak. Aku tidak bilang apa-apa." Jungkook langsung menundukkan kepalanya. "Eum, pudding buatanmu enak sekali."

"Awas kau kalau macam-macam!"

"Tidak. Aku tidak macam-macam. Aku—"

"BREEEETTT!!!"

Tahu-tahu ucapanku terhenti di ujung lidah sebab suara sobek yang cukup keras itu. Dan, begitu aku lihat—o-mo-na! Gambar Jungkook yang nyaris memenuhi satu halaman majalah, sekarang robek menjadi dua bagian.

Aku lupa, aku sedang memangku anak bayi yang sedang nakal-nakalnya.

"JEON JEONGSAN! KENAPA KAU MEROBEK GAMBAR APPA?"

Tapi, si tersangka kasus-penyobekan-foto-Appa cuma bisa berkata, "Ppapapabubupapa."

Anggap saja Jeongsan mengatakan, "Aku lebih tampan daripada Appa."

-THE END-

JEON FAMILY STORIES SEASON 1 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang