THE PUNISHMENT

24.4K 1.5K 86
                                    

“HAHAHAHA.” Suara tawaku dan Taya terdengar memenuhi kamar.

“Appa dulu ceking, ya, Eomma?!” Taya berkomentar saat kami baru saja menertawakan satu foto Jungkook di masa muda.

Aku dan Taya berada di dalam kamar, kamarku dan Jungkook, sekitar satu jam setelah makan malam. Tengah memasukkan beberapa foto Taya dan Jungkook saat mengikuti lomba beberapa waktu lalu ke dalam album foto keluarga saat Taya menemuiku di dalam kamar. Jadilah, kami berdua melihat satu per satu foto di dalam album, menjadikan foto-foto Jungkook di masa lalu sebagai bahan ledekan.

Toh, orangnya sedang tidak berada di sekitar kami.

Sementara aku dan Taya di dalam kamar, Jungkook berada di teras bersama Jeongsan. Jeon kecil sedang rewel-rewelnya sebab giginya mulai tumbuh. Aku bersyukur, Jeon besar mau menolongku menghiburnya.

“Ih! Wajah Appa serius sekali di sini.”

Jari telunjuk dengan kuku yang terhias kuteks berwarna hot pink milik Taya menunjuk sebuah foto Jungkook dalam balutan seragam Taekwondo. Entah, apa Jungkook di masa lalu tidak tahu menunjukkan ekspresi bahagia saat mendapat sebuah piagam, sertifikat atau apalah yang sedang dipegangnya itu. Wajahnya tidak memperlihatkan ia tengah gembira.
“Rambut Appa panjang di sini.” Taya masih berkomentar.

Kalau membahas tentang Appa-nya, Taya memang jagonya.

“Dulu Appa cantik, ya, Eomma? Seperti anak perempuan,” tutur Taya setelah melihat foto Jungkook sedang duduk di atas bola plastik besar.

Segera kuletakkan jari telunjuk di mulutku, lalu berkata, “Jangan bilang Appa cantik, Taya. Appa tidak suka. Nanti dia dengar, gawat, lho!”

Rupanya, ucapanku barusan terdengar oleh Jungkook karena tahu-tahu ia beringsut menghampiri aku dan Taya sambil berkata, “Appa dengar apa yang Taya dan Eomma bilang barusan.”

Aku dan gadis kecilku saling berpandangan.

“Kita tidak bilang apa-apa, kan, Sayang?” tanyaku polos.

Dan, Taya mengangguk. Ah, dia memang putriku.

“Jeongsan-a, kau juga mendengar apa yang Eomma dan Taya Nuna katakan, kan?” Jungkook bertanya pada bayi dalam gendongannya.

“Mamabubunananumamanum.”

“Tuh, dengar!” ujar Jungkook. “Jeongsan bilang kalau dia juga mendengar kalau Eomma dan Taya mengatakan ‘Appa cantik dan Appa seperti perempuan’.”

Aku tertawa samar.

“Sok tahu,” tuturku, lantas beranjak dari atas tempat tidur, mengambil Jeongsan dari gendongan ayahnya. “Jeongsan lapar, bukan menyetujui ucapanmu.”

“Ya~! Jeongsan-a, benar kau bilang begitu?” Jeongsan tentu sudah tidak mengeluarkan bahasa bayi sebab aku tengah menyusuinya.

Mendengus kesal seraya menggaruk-garuk rambutnya yang kuyakin tidak gatal, lelaki itu kemudian mengalihkan perhatiannya pada Taya yang terkikik geli di atas tempat tidur, masih membuka-buka album foto yang kami tertawakan sebelumnya.
Duh, gadis kecil ini sepertinya mewarisi bakat-menistakan-Jungkook dariku.

“Ya! Ya! Ya! Jeon Taya, kau menertawakan Appa?”

“Hahahahaha … hahaha … ampun, Appa. Geli. Hahahah ….”

Sontak saja tawa gadis kecilku lepas begitu Jungkook naik ke atas tempat tidur dan menggelitik pinggang putrinya.

“Hahaha … hahaha …, Appa ampun. Ampun.” Suara itu terdengar memelas, tetapi terdengar puas tertawa di saat yang bersamaan.

JEON FAMILY STORIES SEASON 1 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang