Seorang perempuan dengan kedua tangan penuh tentengan yang barus selesai memindai id card-nya di alat utnuk absensi terlihat berlari tergesa-gesa melewati lobi untuk menuju ke lift yang terlihat hampir penuh,
"Tunggu," dan untungnya ia masuk tepat waktu sebelum pintunya tertutup sempurna.
"Kau terlihat sangat buru-buru Dri, ada apa?" tanya salah seorang pegawai perempuan yang ia tahu bernama Kelly,
"Aku harus membawa breakfast ini untuk boss-mu itu,"
"Hahaha lalu kenapa muka mu cemberut?" tanya Kelly sambil tertawa kecil.
"Bayangkan, dia baru memberitahuku untuk mengambil pesanannya saat aku sudah ditengah perjalanan. Dan aku harus pergi ke Midtown East hanya untuk mengambil breakfast-nya ini." Jawab Adrienne sambil menunjukkan kantong ber-logo salah satu café.
"Lalu sepatu yang ditanganmu?" dengan raut wajah geli Kelly menunjuk sepatu Adrienne yang sekarang berada di genggaman tangan kirinya.
"Aku tidak mau mengambil resiko terjatuh dan kaki ku terkilir, makanya ku buka saja sepatu ini," katanya sambil menunjukkan Immaculada karya Manolo Blahnik milik Adrienne.
"Itukan seri terbaru mereka?! Dan ini harganya saat ini masih sekitar 1000 dolar! Sial aku tidak tahu bahwa gaji untuk sekretaris Tuan Javier sangat besar! Jika aku tahu lebih baik saat masuk aku melamar saja menjadi sekretaris-nya." Kata Kelly sambil memandangi sepatu miliknya dengan penuh kekaguman.
"Hahaha aku menabung makanya aku bisa membelinya, bukan seperti kau yang melihat keluaran terbaru langsung sangat bernafsu," sontak terdengar suara tertawa para pegawai lainnya didalam lift. Kelly ikut tertawa,
"Baiklah sampai ketemu lagi Dri," Kelly lalu keluar saat lift yang membawanya berhenti di lantainya.
"Ah jika nanti kau sudah tidak memakainya aku siap menampungnya," teriak Kelly sebelum pintu itu tertutup lagi, "hahaha akan ku ingat, Nyonya Sepatu," teriak Adrienne sambil meneriakkan julukan Kelly di kantor itu, siapa yang tidak mengenalnya, si pemburu sepatu nomor satu.
Bunyi dentingan lift menandakan bahwa Adrienne telah sampai ditujuannya. Dengan cepat ia keluar lalu menuju mejanya. Memakai sepatu yang tadi dibawanya dan merapikan pakaian kerjanya. Ia lalu mulai melangkah masuk sambil membawa makanan milik Javier.
Saat tangannya sudah terangkat untuk mengetuk pintu tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam membuatnya kaget.
"Ah rupanya kau sudah datang, nona. Tuan Javier sudah menunggu anda, silahkan masuk. Saya permisi tuan." ah itu Luke rupanya.
Ia merasa kikuk saat masuk ke ruangan itu. Javier sedang duduk dengan gagah dibelakang meja kebesarannya.
"Selamat pagi, Tuan. Ini pesanan anda."
Merasa tidak akan mendapat tanggapan, Adrienne mengundukan diri dan melangkah keluar. Namun panggilan Javier menahannya ditempat,
"Tunggu Dri," panggil Javier yang sudah berdiri dan bersandar di bagian depan mejanya.
Adrienne membalikkan badannya, "ada apa tuan?"
"Ck sudah ku bilang jika kita berdua saja panggil namaku," decak Javier kesal.
"Kapan?" tanya Adrienne bingung, setahunya panggilan itu berlaku jika diluar kantor saja.
"Ah sudahlah. Lalu bagaimana? Apa kau masih memikirkan tawaranku?" tanya Javier lagi.
"Tawaran yang mana?" pura-pura Adrienne, sungguh ia sangat ingin menghindari topik ini.
"Ah tuan maksudku Javier aku rasa sebaiknya kau mengajak orang lain saja, bukannya aku sudah bilang tidak mau." Selesai mengatakan hal itu ia langsung melangkah keluar namun sayangnya pinggangnya ditahan dari belakang dan tiba-tiba saja ia sudah berada didalam pelukan Javier,
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Mine
RomanceAdrienne awalnya hanya ingin hidup bebas dari penjagaan orang tuanya, merasakan kehidupan tanpa bayang-bayang nama besar mereka. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melamar dan diterima di salah satu perusahaan besar dan ternama, bahkan menjadi sekr...