Four : A Plan

10 0 0
                                    

Disha berjalan melewati koridor tanpa Dilla (mereka sekelas) hingga sampai di IPA 2. Disha segera memeluk Arka begitu melihat Arka sedang menghapus papan tulis. Banyak yang melihat mereka dan mulai berbisik bisik.

"kamu kenapa Sha ?" tanya Arka, wajahnya datar tapi nada bicaranya menyiratkan kekhawatiran.

Disha menggeleng pelan kemudian kembali terisak. Arka yang mengerti Disha belum bisa berbicara hanya memeluk Disha erat bertepatan saat itu Dilla masuk keruang kelas. Mata Dilla menatap adegan romantis itu dengan hati yang terasa seperti diremas. Disha melihat Dilla berdiri di pintu kelas sengaja mempererat pelukannya.

"Sha... kita ke uks yuk" ajak Arka. Disha, hanya kepada Dishalah Arka bicara sedikit lunak. Meski tak bisa dipungkiri jika Arka tetaplah Arka yang keren dan dingin.

Disha hanya mengangguk, tanpa mau melepaskan perlukannya pada Arka. Saat melewati Dilla, Disha memandang Dilla dengan tatapan yang sulit di artikan.... ehm..seperti sinis, jijik, muak campur aduk menjadi satu hingga sulit di artikan.

Disha duduk di bankar uks dengan tubuh yang bergetar hebat. Arka tidak tega melihat gadis dihadapannya saat ini seperti itu.

"Sha" panggil Arka setelah gadis itu agak tenang.

"Ka" baru saja mulai berbicara air mata Disha kembali menetes. Sebut saja Disha cengeng, hanya kepada Arka Disha bisa mengeluarkan seluruh emosinya, seluruh tangisnya, kesedihannya, penderitaannya. Hanya Arka yang tau semua yang dirasakan Disha.

"shhhh... kalau kamu belum bisa ngomong gak usah dipaksain" ucap Arka menenangkan. Tapi Disha menggeleng, ia harus menceritakannya.

"Ka, kenapa gak ada yang perduli ? kenapa ada bunda dan anaknya ? mama dan papa jadi jahat sama aku Ka. Kenapa ? Kenapa semua kaya mau ngambil kebahagiaan aku Ka ? Semuanya bakalan pergi" ucap Disha. Arka memang tidak tau siapa anaknya bunda. Jadi Arka pun gak tau kalau Disha dan Dilla kini saudara tiri.

"Sha, kamu masih punya aku. Aku gak bakalan pergi Sha." Ucap Arka. Disha tertegun. Perkataan Arka seperti sebuah janji untuknya. Mau tak mau Disha tersenyum mendengarnya.

"kalo aja kamu tau kenapa aku nangis kaya gini ka" gumam Disha. Gadis ini tidak sadar ia bergumam terlalu keras hingga Arka bisa mendengarnya. Arka tersenyum.

"kenapa ?" tanya Arka pelan takut menyadarkan Disha.

"kakak tiriku bilang dia suka kamu ka, dia mau ngambil kamu dari aku. Apa dia gak cukup ngancurin keluargaku. Menyiksa aku kaya gini sama aja nyuruh aku mati Ka." jawab Disha masih tidak sadar.

"siapa kakak kamu ?" tanya Arka, ia masih mengulum senyum gelinya. Disha selalu bisa membuatnya menjadi sosok yang lebih ramah dan sabar dalam menghadapi Disha. Arka jatuh dalam pesona Disha tanpa disadarinya.

"Dilla, Dilla Dharmawan" ucap Disha. "bahkan papa kasih nama belakang Dilla pake nama keluarga. Aku putri dari pernikahan sahnya aja gak make embel embel Dharmawan." lanjut Disha, air matanya menetes tanpa disadarinya. Ibu jari milik Arka mengusapnya membuat Disha terkejut.

"Arka !!" teriak Disha terkejut. "ka-kamu.. eh salah ! aku ngelamun ya ? lama ya ngelamun nya ?" tanya Disha dengan wajah merah menahan malu.

"gak tau" jawab Arka cuek. "tadi aku keluar sebentar, pas masuk taunya kamu udah nangis aja" ucap Arka. Ia tidak bisa jujur sudah mendengarkan Disha yang bergumam secara tidak sadar dengan volume yang hmmm...tidak bisa dibilang pelan.

Disha mengangguk, diam diam ia menghembuskan nafas lega syukurlah kalau tadi Arka gak disini batin Disha. Ia hanya tak ingin dikasihani oleh Arka.

"Sha, bentar lagi bel. Masuk yuk" Ajak Arka.

Disha hanya mengangguk saja kemudian mengikuti Arka yang sudah berjalan lebih dulu.

FLAMINGGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang