Eight : Bro And Sist

5 0 0
                                    

Disha telah sampai disebuah café  dengan konsep garden, sangat pas dengan dress Tosca yang dikenakan Disha, dress santai dengan panjang selutut dengan tas selempang bewarna coklat dan flatshoes coklat.

Disana,  di salah satu meja di cafe ini. Dia, dia duduk disana dengan wajah seperti yang biasa Disha lihat. Disha mengambil nafas dalam dalam kemudian memasang senyum terbaiknya.

"Hai kak. Udah lama ?" Tanya Disha sambil menarik kursi untuk dirinya dan duduk tepat di depan orang itu.

Orang itu hanya tersenyum sebagai  jawaban.
"Udah lama ya kita tidak seperti ini " ucap orang itu.

"Ya, begitulah. Gimana kabar kakak sama...dia? " Tanya Disha setelah berhasil mengontrol dirinya saat mendengar suara orang di hadapan nya.

"Baik, kami baik baik aja. Kamu gimana kabarnya ca?" Caca, panggilan yang dibuat olehnya hanya untuk dirinya. Disha menghela nafas nya lelah. Lelah dengan keadaan seperti ini.

"Udah lama caca nggak denger ada yang manggil caca dengan panggilan ini. " ucap Disha  menerawang ke masa lalunya.

"Kamu udah ada... " belum selesai kalimat dari orang itu Disha sudah memotongnya.

"Hampir kak. Kak Denis gak lagi ada masalah kan sama kak Dilla ? " tanya Disha pelan. Hatinya sakit menyebutkan nama orang yang dicintainya dengan nama kakak tirinya.

"Enggak ca. Kita baik baik aja. Bahkan malah terasa flat. gak seperti saat kamu di sisi ku ca" ucap Denis sendu.

"Walau gimanapun juga kakak akan tetap melaksanakan pertunangan itu kan ?" Disha sendiri tak yakin kalimat yang baru saja diucapkannya itu adalah sebuah pertanyaan atau pernyataan telak.

"Yah...  kamu mengenal kakak dengan baik ca" ucap Denis masih dengan wajahnya yang sendu.

"Ehm..jadi ada perlu apa kakak menelpon ku?" Tanya Disha to the point. Ia hanya tak ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan masa lalunya. Meskipun ingin, tetap saja tidak boleh bersama tunangan orang lain terlebih saudara sendiri meskipun hanya saudara tiri.

"Kamu tahu kan kamu sudah kelas 3,  Dilla juga sama. Artinya setelah kelulusan kalian nanti, pernikahanku akan berlangsung tepat 3 bulan setelah perpisahan. Aku ingin mengatakan bahwa mulai hari ini, cinta yang kumiliki untuk mu akan ku jadikan sebagai rasa cinta dari kakak untuk adiknya. Aku hanya ingin pernikahan nanti tidak ada dusta antara kami ca. Bagaimanapun nanti Dilla akan menjadi istriku. Aku hanya ingin menjaga perasaan nya." Ucapan panjang lebar dari Denis hanya dianggap angin lalu. Faktanya Disha tak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Denis.

Namun samar samar Disha masih bisa mendengar kata pernikahan dan istri. Hatinya mencelos mengingat dulu ia pernah mengkhayal akan menjadi istri dari calon kakak ipar nya.

"Kakak tenang aja. Lagipula saat ini caca udah punya tambatan hati kak" ucap Disha bisa dirasakan darahnya naik ke kepala hingga pipi chubby nya merona merah.

Denis terkekeh pelan,kemudian menjulurkan tangannya mengacak rambut Disha.
"Jadi adik kakak sekarang lagi jatuh cinta" goda Denis.  Pipi merah milik Disha kini semakin memerah karena godaan dari Denis.

"Kakak apaan sih?" Ucap Disha sambil memanyun kan bibir nya.

"Seperti ini lebih baik ya ca" ucap Denis. Disha tak mengerti akan ucapan Denis hanya mengerutkan keningnya.

"Jadi adik dan kakak. Lagipula kamu sudah mulai manggil aku kakak kan." Ucap Denis sambil tersenyum lembut.

"Yah mungkin kita memang ditakdirkan seperti ini kak " ucap Disha.

Terdengar dering dari benda tipis berwarna hitam milik Denis yang tergeletak di atas meja. Setelah melihatnya Denis terlihat seperti
Membaca sesuatu hingga bibirnya mengembang.

"Ca maaf,sepertinya aku harus pergi dulu.  Aku mau jemput Dilla." Ucap Denis. Sepertinya Denis merasa bersalah harus meninggalkan Disha sendirian.

Disha tersenyum sebelum berkata "kakak pergi aja sebagai ganti dari rasa bersalah kakak gimana kalo unlimited card kakak,  kakak pinjamin ke aku. Itung itung sebagai kompensasi karna kakak ninggalin aku" jawab Disha dengan senyum jahilnya.

Denis tampak berfikir sejenak sebelum menyerahkan kartu miliknya. "Untuk adik kesayangan dan satu satunya apa sih yang enggak buat kamu? " ucap Denis  sebelum berlalu meninggalkan Disha. "Bye caca" ucap Denis sambil tersenyum sekilas.

Setelah kepergian Denis, Disha tersenyum miris. Dalam hatinya ia berkata "Dilla bisa mendapat yang terbaik dari orang tua ku. Kenapa aku tidak?  Denis pun orang tua ku berikan untuknya."

Disha memanggil pelayan untuk membayar tagihan miliknya. Setelah pembayaran selesai,  Disha melajukan mobilnya ke salah satu mall di kota tempat tinggalnya.








Penasaran ya?  Siapa sih Denis itu ? Jadi Denis  itu.....

Nah udah tau kan siapa yang nelpon Disha.  Bukan Arka dong pastinya.

Seorang ahli psikologi mengatakan bahwa "semakin anda mencoba untuk melupakan, saraf otak akan semakin kuat mengingat hal yang ingin dilupakan. "

"Lebih baik membiarkannya begitu saja dari pada mencoba melupakan terlalu keras hingga sarafmu mati dan kamu tersiksa" -Ayana-

Love Ayana ♡

FLAMINGGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang