Flower

2.9K 93 0
                                    

Jam beker di samping tempat tidur menunjukkan pukul 02.00 pagi. Aku melihat ke arah samping. Suami ku terlihat begitu lelah. Aku mencoba membangunkannya. Karena kami terbiasa melaksanakan shalat tahajud bersama. Aku mencoba mengelus dadanya perlahan dan membisikkan di telinga kanan nya.

"Mas,ini sudah pukul 02.00. Ayo bangun dan mengambil wudhu."

"Mmm...iya sayang." Ia masih memejamkan mata nya dan menarik ku ke dalam pelukannya.

"Mas kok malah meluk. Ayo kita bangun dan shalat tahajud."

"Sebentar saja Mas ingin memelukmu. Mas kangen." Aku hanya tersenyum mendengarnya. Suami ku ini memang paling bisa melelehkan hatiku.

Selama lima menit kami berpelukan seperti ini. Akhirnya Mas Dirga pun bangun. "Makasih sayang,sudah membangunkan Mas dan memberikan pelukan. Sekarang kita ambil wudhu." Mas Dirga pun bangkit dari tempat tidur dan disusul oleh ku.

Setelah selesai shalat,Mas Dirga bukan kembali tidur tetapi ia justru ke ruang kerja nya. Aku menghampirinya dan duduk di sofa. Ia sedang berkutat dengan setumpuk berkas di meja kerja.

"Mas,tidurlah kembali."

"Iya sayang,bentar saja. Semalam Haris memberitahu bahwa Mas harus segera menandatangani dan memahami berkas-berkas ini."

Aku hanya menghela napas. Lihatlah pria ku ini,ia terlalu keras dalam bekerja. Baru saja ia pulang dari ranah perang dan tidur 4 jam. Matanya begitu lelah.

"Mas tidur,matamu itu lelah. Janganlah di porsir seperti itu." Aku mengucapkan nya dengan kesal. Mas Dirga hanya diam dan masih berkutat dengan berkas-berkasnya.

"Kalau kamu sakit bagaimana? Janganlah memaksakan tubuhmu. Mas harus istirahat. Kalau Mas sakit bagaimana Mas bisa memimpin prajurit Mas? Bagaimana bisa memimpin perusahaan?." Aku menarik napas dalam. Mas Dirga menatapku.

"Sayang,sebentar saja. Mas selesaikan ini dulu."

"Terserah Mas saja." Aku pun bangkit dari sofa dan menuju ke kamar.

Aku menaiki tempat tidur dan menarik selimut. Mas Dirga memasuki kamar. Aku pura-pura memejamkan mata. Ia duduk di sebelahku.

"Sayang,maafin Mas. Mas harusnya mendengarkamu. Mas tahu maksud mu baik. Terima kasih sudah mengingatkan Mas." Ia mengelus kepalaku.

Aku hanya diam. Aku sedih mendengar suara nya. Begitu tulus.

Ia mengecup dahi ku dan puncak kepalaku berkali-kali. Aku meneteskan air mata.

"Maafin aku ya Mas." Akhirnya aku mengeluarkan suara.

"Tidak. Mas yang salah,kamu benar sudah mengingatkan Mas." Aku pun bangkit dan memeluknya. Erat dan hangat. Aku menatap mata nya yang lelah. Aku mengelus wajah nya. Kasihan sekali pria ku ini. Aku mengecup kedua mata nya. Mas Dirga menatapku dan melakukan hal yang sama. Namun ia juga mengecup hidung ku,lalu bibirku. Cukup lama kami menempelkan bibir satu sama lain. Hangat dan dalam. Aku benar-benar merindukannya.

Pukul 05.00 aku bangun. Aku tersenyum karena Mas Dirga benar-benar tidur. Aku membangunkannya untuk shalat subuh berdua.

Setelah shalat aku turun ke bawah untuk meyiapkan sarapan. Hari ini aku membuat roti panggang dan sup jagung jamur. Mas Dirga pun turun dengan seragam militernya. Suami ku begitu tampan dan gagah.

Ia pun duduk di kursi meja makan.

"Mas mau roti bakar dulu atau sup dulu?"

"Sup dulu,sepertinya enak."

"Baiklah." Aku pun mengambilkan sup nya. Handphone Mas Dirga berdering dan ia pun mengangangkatnya.

"Hallo,assalamu'alaikum. Oh iya ris,sudah kutandangani sebagian. Untuk pembukaan proyek baru bagaimana?." Terkadang aku kesal dengan Haris,dia adalah orang kepercayaan suami ku. Karena biasanya mereka kalau bicara lama sekali dan akhirnya Mas Dirga lupa makan.

"Oh iyaiya,bagus kalau gitu. Kamu awasi saja terus,kita harus berhati-hati." Aku memberi isyarat untuknya makan. Namun Mas Dirga mengisyaratkan nanti. Akhirnya aku menyuapinya,kalau tidak begini ia pasti lupa makan.

"Seperti sedang makan suaramu itu Dirga?" Haris berbicara dari seberang telepon.

"Iya,istriku sedang menyuapiku karena takut aku tidak sarapan lagi." Haris tertawa.

"Istrimu memang sangat perhatian dan detail sekali. Yasudah salam buat istrimu." Haris pun menyudahi teleponnya.

"Mas kenapa tertawa?"

"Tidak. Oh iya kamu dapat salam dari Haris. Katanya kamu istri yang perhatian pada suamimu ini."

Aku hanya tersenyum mendengarnya.

"Mas ada sesuatu untuk kamu. Tunggu ya." Mas Dirga keluar rumah dan tak berapa lama kembali masuk rumah. Kedua tangannya disembunyikan di belakang.

"Ini bunga mawar merah untuk kamu. Kamu suka kan?"

Aku tersenyum dan mengambil bunganya. Harum sekali. Aku pun memeluk suamiku.

"Dari mana bunga ini Mas? Ini kan masih pagi?"

"Ia Mas memesannya kemarin dan meminta untuk mengantarkan pagi ini. Meskipun membayar dua kali lipat tak masalah."

"Aku jadi terharu. Makasih Mas. Aku bahagia."

"Iya sayang. Mas bahagia kalau kamu bahagia. Ya sudah sekarang Mas berangkat ya. Give me a morning kiss."

Aku pun langsung mendongakkan kepalaku dan mengecup bibirnya singkat. Aku tersenyum menatapnya.

"Hanya segini? Mas ini kangen banget loh." Mas Dirga pun mendekatkan wajahnya dan mengecup bibirku begitu lama. Penuh penekanan dan kerinduan.

"Mas berangkat ya. Makasih sayang." Ia pun mengecup puncak kepalaku dan aku mencium tangannya serta mengantarkannya sampai depan rumah. Mas Dirga pun segera masuk ke dalam mobil dan berangkat.

"Merah. Merekah. Mawar. Aku seperti ditawan. Pagi dengan keharuman. Hati dengan kecerian. Terima kasih untuk setangkai,dua tangkai,tiga tangkai bahkan lebih."  - Nisya Azahra

Captain or DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang