Saying I Love You

2K 67 2
                                    

*11 bulan yang lalu

Satu bulan aku mengenal Dokter Amoza. Banyak hal yang membuat ku nyaman ketika kami semakin dekat. Namun fikiranku tertuju pada militer itu. Ketika bersama Dokter Amoza aku merasa memiliki sesuatu perlindungan,ia memperlakukanku begitu manis dan baik. Sampai akhirnya aku mendengar untuk pertama kali nya seorang lelaki menyatakan perasaan nya pada ku. Ya,itu Dokter Amoza. Aku bimbang sungguh. Tetapi,aku pun senang. Hanya saja ada sesuatu yang mengganjal hatiku yaitu militer itu. Padahal kami hanya bertemu sekali sebulan yang lalu karena membantuku untuk memapah seorang Ibu yang hendak melahirkan.

Disini aku bersama Dokter Amoza. Di sebuah taman Rumah Sakit. Dokter Amoza tersenyum padaku. Matanya berbinar memancarkan hangatnya kasih.

" Aku ingin bicara padamu." Ia terhenti dan mengambil napas. Wajahnya begitu serius.

"Aku bukan pemuda yang hanya pernah menjalin kasih dengan seorang gadis saja. Aku banyak menemui para gadis dan beberapa diantaranya kujadikan kekasih. Namun setelah aku kuliah kedokteran aku memutuskan sendiri karena kesibukanku. Dan sekarang setelah aku lulus dan bekerja aku jatuh hati pada seorang gadis. Itu kamu. Tidakkah kau mengerti,Nona Bidan?"

Aku kaget,aku tidak tahu harus bagaimana. Sungguh aku benar-benar canggung. Aku mencoba mengeluarkan suaraku.

"Aku...aku...tidak mengerti bagaimana?"

Dokter Amoza mengehela nafas,ia tersenyum dan mengelus puncak kepalaku.

"Mengapa kamu begitu polos sekali? Apakah kamu tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang pria?"

"Mmm...bukan begitu" jawabku seadanya dan gugup.

"Lantas mengapa kau tidak mengerti arti perhatianku padamu? Aku tertarik padamu. Aku mengejarmu."

"Aku hanya tidak tahu. Aku tidak mau terlalu menganggap bahwa setiap perhatian adalah rasa suka. Aku tidak ingin begitu percaya diri."

"Lihatlah,kau bicara seperti itu saja semakin membuatku tertarik padamu. Aku menyukaimu."

Aku tertunduk malu mendengar ucapan Dokter Amoza. Ia tertawa melihat ku yang tertunduk malu.

"Tatap mataku,jawablah aku." Aku mencoba mendongak dan menemukan mata nya. Mata nya berbinar. Tulus dan serius. Sungguh aku gugup sekali. Bagaimana ini?

"Aku...aku tidak tahu." Aahh...mengapa kata-kata itu yang keluar. Seharusnya aku jawab iya. Ah sudahlah.

Dokter Amoza tersenyum "Baiklah,aku tahu. Kau hanya butuh waktu saja. Aku selalu menunggumu. Always."

"Maafkan aku." Aku merasa bersalah,sungguh.

"Tidak apa,aku mengerti." Ia mengelus puncak kepalaku lagi. Ada sedikit kekecewaan di mata nya. Maafkan aku.

***

Akhirnya sudah jam pulang,aku lelah sekali. Ini sudah pukul 20.00 malam. Aku menunggu angkutan umum. Saat sedang duduk menunggu,aku melihat sekumpulan pemuda TNI. Malam-malam begini disuguhkan pemandangan lelaki berseragam yang gagah dan tampan. Aku jadi senyum-senyum sendiri. Namun hanya sebentar karena mereka sudah berlalu.

*POV Muhammad Dirgantara Armadi

Gadis itu lagi. Sepertinya ia sedang menunggu angkutan umum. Ia terlihat senyum-senyum sendiri melihat ke arah sekumpulan kawan-kawanku. Dia lucu,manis sekali. Jujur saja meskipun hanya sekali bertemu sebulan yang lalu itu sangat mengganggu fikiranku. Kecantikannya benar-benar magnet. Dan ini kedua kalinya aku bertemu dengannya. Rasanya aku seperti ingin mengungkapkan perasaan padanya. Mungkin ini terlalu cepat tapi bagiku tidak karena aku seorang militer. Waktu ku lebih banyak dihabiskan untuk perang. Oleh karena itu aku tidak ingin kehilangan kesempatan.

Kapten Dirga menghampiri bidan Nisya.

"Apakah boleh aku mengantarmu pulang?" Mendengar suara itu aku menengok ke arah sumber suara. Aku kaget,Mas Dirga? Aku gugup dan kaget.

"Mas Dirga ngapain disini?"

"Aku kebetulan habis olahraga bersama teman-temanku. Ini sudah jam 20:30 biar aku antar pulang saja."

"Tidak usah,merepotkan. Sebentar lagi juga datang angkutan umumnya."

"Sudah jangan membantah. Ini perintah. Kamu tega nganggurin tawaran Kapten ganteng ini?"

Aku hanya terkekeh mendengar penuturannya. Ia pun tertawa. Laki-laki dihadapanku ini percaya diri sekali. Tetapi ia memang tampan. Sungguh.

"Jadi,bagaimana?"

"Baiklah. Mmm...tunggu,Mas tadi bilang Kapten? Kapten apa?" Aku bertanya padanya.

"Oh ya,kau belum tahu. Aku seorang Kapten Pasukan Khusus."

Aku tak percaya bertemu seorang kapten pasukkan khusus. Seperti dalam drama saja. Tapi ini nyata.

"Pasukan Khusus? Itu artinya Mas Dirga selalu ditugaskan untuk perang? Penyelamatan sandra? Itu sangat bahaya."

"Ya begitulah,tetapi aku mencintai pekerjaanku. Ada rasa kebanggaan saat menyelamatkan seseorang dan negara."

Kami sudah memasuki mobil milik Mas Dirga. Dan masih melanjutkan pembicaraan.

"Mmm.. jadi seperti itu."

"Iya,aku merasa gagah dan berwibawa saat menggunakan seragam." Ia tersenyum. Memang benar yang diucapkannya,aku pun kagum dengan pria berseragam.

Akhirnya kami pun sampai. Aku pun turun begitu pun Mas Dirga dan mengucapkan terima kasih padanya.

"Nisya."

"Iya?"

"Aku ingin bicara."

Tiba-tiba aku deg-degan sekali,ini seperti siang tadi saat Dokter Amoza mengutarakan perasaannya padaku.

"Aku jatuh hati padamu. Aku tidak memaksamu untuk menerimaku. Aku tidak bisa selalu disampingmu karena aku seorang militer. Aku harus selalu siap untuk turun ke ranah perang. Nyawaku bisa saja sewaktu-waktu menghilang. Aku mungkin akan membuatmu khawatir setiap saat. Dan aku memiliki banyak pesaing yang siap membunuh ku kapan saja karena aku juga pemimpin perusahaan.Tapi,hati ku telah memilihmu. Maaf. Dan aku serius."

Aku kaget luar biasa mendengar penuturannya. Jantungku bergemuruh. Hatiku seperti dibawa melayang. Aku tidak tahu mengapa kali ini aku begitu bahagia. Sangat. Aku tersenyum. Ia pun tersenyum. Matanya memancarkan kehangatan dan cinta yang tulus. Beginikah seorang militer? To the point dan tanpa pendekatan. Bahkan ini baru kedua kalinya bertemu.

"Apa arti senyuman itu? Apakah kamu menerimaku?" Aku bingung harus jawab apa,aku mau sekaligus takut. Pekerjaannya begitu bahaya seperti yang ia katakan.

"Aku tidak tahu,kita jalani saja." Aku berusaha memberikan jawaban terbaik karena aku masih bimbang.

"Baiklah,aku yakin kamu juga memiliki perasaan padaku. Hanya saja kamu masih ragu."

Mengapa ucapannya pas sekali dengan yang ku rasakan? Sungguh mengejutkanku.

"Baiklah kalau begitu,aku permisi untuk kembali ke markas." Ia pun tersenyum begitu pun aku. Mobilnya pun melaju pergi. Benar-benar hari yang mengejutkanku.

"Senyummu adalah jawaban. Kamu gadis pertama yang membuatku tertarik untuk mengatakan perasaan dalam waktu sesingkat ini. Pada gadis-gadis lain aku tak begini." - Muhammad Dirgantara Armadi

"Apakah aku bermimpi? Tapi,ini nyata. Hidupku seperti Negeri Dongeng . Ini lucu tapi aku bahagia dan ini nyata. Ini semua mungkin karena Allah mengizinkannya." - Nisya Azahra

Captain or DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang