Kisah Masa Lalu

338 13 2
                                    

Haneul berdiri di depan kaca. Sudah beberapa menit dia memandang dirinya sendiri. Balutan gaun pernikahan ini begitu membuatnya terlihat mempesona. Haneul menyadari hal itu karena inilah yang sebenarnya dia impikan. Akan tetapi, Haneul sendiri pun masih ragu dengan keputusannya. Mungkinkah pria bernama Cho Kyuhyun itu benar-benar akan menikahinya setelah apa yang telah terjadi selama ini atau mungkin pria itu malah meninggalkannya di hari ini, hari pernikahannya sendiri. Haneul sendiri sebenarnya tidak berharap banyak dengan hal ini. Jikalau pria itu pergi meninggalkannya, Haneul pun tidak mungkin merasa kecewa. Alasan utama adalah karena Haneul atau pun Kyuhyun tidak saling mencintai. Namun, Haneul berharap pria itu akan menepati janjinya untuk datang di hari ini, mengucapkan janji, dan tersenyum. Haneul berharap hal inilah yang dapat membuat rasa bersalah pada ayahnya berkurang.

______

Waktu itu, Haneul baru saja keluar dari kantornya, berdiri di lobi untuk menunggu supirnya datang. Namun, ketika dia masuk ke dalam mobilnya, bukan paman Kim yang ada di balik kemudi, tetapi Kyuhyun yang tersenyum singkat dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Haneul duduk di kursi belakang dan membiarkan Kyuhyun benar-benar seperti supirnya. Lagipula, Kyuhyun tidak berkomentar saat itu. Sesungguhnya Haneul penasaran dan ingin bertanya, tetapi mulutnya malah tertutup rapat, digantikan oleh tangannya yang cekatan membuka tab lalu membaca majalah-majalah fashion kesukaan Haneul.

Mungkin Kyuhyun perlu bicara. Haneul selintas berpikir seperti itu.

Benar apa yang Haneul pikirkan sebelumnya, Kyuhyun mengajaknya ke sebuah restoran dan mengatakan ingin bicara sesuatu sebelum pria itu keluar dari mobil dan masuk terlebih dulu ke dalam restoran. Haneul hanya bisa menghela napas. Jika seperti ini, melihat sikap Kyuhyun yang sama cueknya dengan dirinya sendiri, Haneul takut nantinya dia akan tersakiti. Haneul merasa sudah membuat benteng yang begitu kuat dan begitu kokoh. Haneul hanya berharap bentengnya kuat. Harus kuat.

Haneul masuk ke dalam restoran dan mencari Kyuhyun. Setelahnya, dia berjalan menghampiri Kyuhyun dan duduk di depan pria itu. Kyuhyun mengangkat kepalanya, memindahkan perhatian pria itu dari ponsel yang dia genggam ke wajah Haneul. Pria itu tersenyum singkat, tetapi Haneul tidak membalasnya sama sekali. Haneul merasa di antara rasa gugup, kaget, senang ketika melihat senyuman itu dan selalu muka tak acuhnya yang terlihat di kala seperti ini.

"Kau bisa memilih apa pun makanan yang kau suka. Aku akan traktir," kata Kyuhyun sambil menyerahkan menu pada Haneul.

Haneul masih memperhatikan Kyuhyun yang kembali memusatkan perhatiannya pada ponsel. Mungkin pria itu sedang membalas email, membalas pesan atau mungkin hal penting lainnya mengingat pria itu sedang memimpin salah satu perusahaan ekspor impor terkenal di Korea Selatan. Haneul suka kata-kata Kyuhyun sebelumnya. Siapa pun yang mengenal Haneul pasti juga mengenal rentetan kekayaan yang telah perempuan itu miliki. Akan tetapi, pria itu berbicara seakan-akan Haneul adalah perempuan biasa. Gadis itu merasa senang jika diperlakukan sebagaimana perempuan pada umumnya. Setidaknya dia pernah merasa menjadi perempuan pada umumnya dulu.

"Haneul? kau melamun. Sudah memilih makanan yang akan kau pesan?"

Haneul mengerjapkan matanya kemudian membuka buku menu. Dari pelupuk matanya yang atas, Haneul bisa melihat wajah Kyuhyun yang sedang menimbang untuk memesan makanan. Pria itu membolak-balikkan buku menu. Ketika Haneul mendapati mata Kyuhyun yang tiba-tiba ke arahnya, Haneul langsung saja menundukkan kepala.

"Ada yang aneh denganku?" tanya Kyuhyun. Haneul mengumpat dalam hati. Sial, dia ketahuan.

"Oh, tidak. Aku hanya tidak mengerti mengapa kau mengajakku ke tempat ini. Maksudku, aku tidak punya waktu banyak untuk makan di luar rumah. Aku memiliki banyak—"

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang