Satu

4.2K 208 165
                                    


1. Perkenalan

Anak perempuan berumur 15 tahun itu duduk dengan headset di kedua telinganya. Ia sudah bangun dari setengah jam yang lalu. Perempuan itu menoleh, melihat jam yang melingkar menghiasi tangannya, jam sudah menunjukan angka 09.32 WIB. Senyumannya terulas begitu saja ketika kakinya mulai melangkah untuk menuruni pesawat.

"I miss you, Indonesia."

Ditariknya koper itu menyusuri pintu kedatangan, kemudian ia mencari sesosok lelaki yang akan menjemputnya. Ia memutar kepala ke kanan dan ke kiri, hingga akhirnya mata itu terhenti ketika seseorang melambaikan tangan ke arahnya.

Perempuan itu tersenyum, menunjukan deretan giginya yang putih.

"Haikal!" teriaknya, ia langsung berlari dan menghambur pelukan kepada lelaki berkaus biru tua yang ia sebut dengan nama Haikal itu.

"Gila, gue kangen banget sama lo!"

Perempuan itu mengeratkan tangannya yang berada di punggung Haikal sembari memekik tertahan, membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh bingung. Haikal menggaruk tengkuknya sejenak, sebelum akhirnya memilih untuk melepaskan tangan-tangan kecil itu dari tubuhnya.

"Lo kurus banget sih sekarang? Di Spore nggak makan berapa tahun lo?" Haikal mengacak-acak rambut perempuan yang masih berumur 6 tahun di bawahnya.

"Enak aja, gue makannya teratur ya. Nggak liat nih, pipi gue udah macam perut babi?"

Haikal tertawa mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan itu, ia lalu beralih mengambil koper dari tangan orang yang berdiri tepat di depannya.

"Ya udah yuk balik. Gue masih ada kuliah lagi jam 12."

Perempuan itu menegakkan tubuhnya lalu mengangkat tangan kanan ke ujung dahi untuk berdiri dengan posisi hormat, "siap, Tuan!"

"Dasar," Haikal terkekeh ringan, kemudian menunjukkan lengan kanannya yang kosong untuk diamit oleh perempuan di sisinya.

Mereka pun berjalan ke arah mobil dan langsung beranjak dari bandara menuju rumah.

***

Pribadi Utama SHS 09.32 WIB

Laki-laki dengan penampilan yang berantakan, masuk ke dalam kelas dengan tas yang masih tersampir di bahu kirinya, dan sudah pasti tanpa permisi pula.

"Kamu lagi!" teriak sang guru matematika yang sebelumnya tengah menulis rumus di papan tulis, namun setelah melihat salah satu muridnya memasuki ruangan tanpa izin --atau setidaknya salam-- terlebih dahulu, maka kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan di tengah jalan.

"E-eehh, ada Ibu. Maaf ya, Bu, saya nggak liat tadi." Jawab laki-laki itu santai, sambil meletakkan tasnya di atas meja.

"Kamu ini ya! Udah masuk telat, nggak pake permisi pula sama saya!" Guru itu berkacak pinggang, seolah menunjukkan martabatnya. "Mau jadi jagoan kamu?!"

"Engga kok, Bu. Saya bener-bener nggak liat Ibu tadi pas masuk," laki-laki berpostur tubuh yang menjulang tinggi itu menggaruk tengkuk yang tak gatal. "Soalnya Ibu nggak cocok diliatin, cocoknya disayang," dan kalimat itu diakhiri dengan tawa seisi kelas.

"Assalamualaikum, Bu Kartini." Kini anak laki-laki itu tersenyum menang saat melihat guru matematikanya tidak dapat berkata lagi.

"Nael Nael," si guru hanya bisa geleng-geleng saja melihat kelakuan murid ajaib yang satu ini.

Thanael Ariko Edrian. Anak kelas 10 yang dari pertama masuk ke sekolah ini sudah membuat masalah dengan keterlambatannya yang kepalang keterlaluan. Bahkan tak sekali dua kali ia membolos bersama teman-temannya. Ia juga suka mengajak temannya untuk melakukan hal-hal lain yang di luar dugaan. Sampai semua guru pun bingung harus memperlakukan Nael seperti apa.

Sister's Boyfriend ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang