Duapuluhenam

522 49 35
                                    


26. Menghilang

Dengan tas sekolah yang sudah tersampir di tubuhnya, Alona berjalan keluar dari kamar dan hendak turun ke lantai satu dari rumah ini. Namun saat kakinya baru saja ingin melangkah menuruni anak tangga, matanya melirik ke arah kamar Kakak perempuannya yang terbuka lebar.

Tumben. Karena biasanya, Soraya tidak akan membiarkan siapa pun untuk melihat isi kamarnya.

Yang membuat Alona semakin bingung adalah keberadaan Haikal di kamar itu. Ia terlihat sedang duduk di salah satu bangku yang sengaja digeser sampai ke samping tempat tidur Soraya. Sedangkan Soraya terlihat masih berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutup sekujur tubuh dan hanya menunjukan wajahnya saja.

Dengan langkah hati-hati, Alona pun mendekat ke kamar itu dan beralih memanggil nama Haikal, yang mana berhasil membuat Soraya ikut menoleh.

Haikal pun kembali melihat Soraya singkat dan mengucapkan suatu kalimat yang Alona tidak bisa dengar. Lalu lelaki itu berdiri dari posisinya dan mengusap kepala soraya singkat sebelum beranjak keluar dari kamar dan menutupnya kembali.

"Soso sakit?" pertanyaan itu lah yang muncul sebagai pembuka pembicaraan.

Haikal hanya mengangguk sembari menuruni anak tangga, yang diikuti Alona dari belakang untuk ke meja makan, sarapan.

Usai melangsungkan sarapan, Haikal berbincang singkat dengan Bi Mirna, yang dapat Alona tangkap kalau lelaki itu menyuruhnya untuk membawakan sarapan serta makan siang nanti ke dalam kamar Soraya. Setelahnya, ia mengantar Alona ke sekolah.

Kini Soraya hanya bisa menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih. Semenjak jatuh pingsan semalam, tubuh anak perempuan itu menjadi panas tinggi. Dan bahkan ia baru terbangun kembali saat alarm ponselnya berbunyi pada pukul lima pagi. Ah, ia jadi ingin melihat ponselnya.

Soraya pun mengambil ponselnya yang berada di atas nakas, membuka layar yang terkunci. Aplikasi chatting menjadi satu-satunya aplikasi yang ingin sekali ia buka saat ini, tapi dengan segera, ia menekan lagi tombol yang membuat layar ponselnya terkunci. Nggak, gue nggak boleh ngemis kabar, itu lah yang ada di otak Soraya sedari kemarin.

Pasalnya, saat anak perempuan itu tau bahwa kekasihnya mendapatkan skorsing karena menciptakan kegaduhan di jam istirahat kedua, pesannya belum juga dibalas oleh orang itu, dan Soraya menolak untuk berprasangka buruk.

Sampai akhirnya ia pergi ke toilet saat bel pulang sekolah sudah berdering sekitar dua jam sebelumnya. Anak perempuan itu baru saja selesai mencari buku-buku referensi untuk tugas kelompoknya pekan depan di perpustakaan sekolah, karena dirinya tidak jadi pergi ke toko buku pada hari itu. Dan tanpa disengaja, Soraya mendengar percakapan seseorang dengan orang lainnya melalui telepon di toilet. Suaranya sangat familiar di telinga Soraya dan nama yang disebutkan oleh orang itu pun ia kenal betul, sehingga ia memilih untuk tidak keluar dari bilik kamar mandi hingga mereka selesai berbincang.

"Halo, El?"

"Belom, gue belom pulang. Masih bantuin Bu Mita koreksi ujian."

"Sedikit lagi sih, mungkin setengah jam-an lah, kenapa emangnya?"

"Ha? Lo mau ke sini?"

Sister's Boyfriend ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang