Yah, jadi bagian ini sedikit aneh dan kurang menurut saya. Mohon dimaklumi, readers sekalian.
Anyway, happy reading and don't forget to voment! *grin*
***Rhys melihat jam yang diletakan di atas nakas di samping tempat tidur sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Di sampingnya, Emma terlihat tertidur pulas dengan napas yang teratur.
Ini adalah malam ke dua mereka menginap di hotel dan tidak ada tanda-tanda Jay sampai detik ini juga. Rhys sangat berharap pria itu akan muncul dan ditangkap agar ia tidak perlu mengkhawatirakn keselamatan Emma terus menerus.
Rhys mengusap anak rambut Emma dan mengecup keningnya kemudian keluar dari balik selimut. Suara karpet meredam langkah kakinya yang berjalan keluar dari kamar.
Ia melihat Trent duduk di sofa memandang layar komputer portabel nya dengan earphone yang terpasang. Duduk bersamanya adalah Jeremy Hawkins, polisi dari kepolisiaan London.
Kedua pria itu menoleh padanya ketika menyadari keberadaannya. Tanpa kata-kata Trent memberikan sekaleng kopi dingin padanya.
"Kalian mendapatkan sesuatu?" Tanya Rhys sambil menyesap kopinya.
Mereka sudah memasang beberapa CCTV di sekeliling hotel dan di dalam. Beberapa orang sudah di tugaskan untuk terus memantau semua CCTV tersebut. Trent juga bekerjasama dengan kepolisian London untuk bersiap siaga di sebuah kamar yang berdekatan dengan kamar yang dipesan menggunakan nama Rhys dan Emma.
Trent mengangguk dan mengetuk layar komputernya. "Ini, ia sudah berada disana selama beberapa menit."
Rhys menarik kursi dan duduk, ikut melihat layar komputer Trent. Ia bisa melihat pria yang sama yang tertangkap CCTV gedung condominiumnya sedang berdiri 1 blok sebelum Central Hotel dengan kedua lengan dimasukkan kedalam saku jaketnya.
Pria itu, Jay Willis, terlihat sangat defensif dan sedang mengamati sekelilingnya dengan sepasang mata elang. Dengan jaket hitamnya , ia berusaha untuk berbaur dengan kegelapan malam.
"Ia cukup cerdik untuk mencurigai ini sebagai jebakan, namun ia bukan professional." Jeremy bersuara.
"Jadi, kita hanya menunggu?"
Jeremy mengangguk. "Sesuai rencana awal, kau akan menjadi umpan. Kurasa, sudah saatnya kau menunggu di kamar yang satu lagi."
"Okay. Aku akan memberitahu Emma."
Rhys melangkah kembali ke kamar dan duduk di ranjang di samping tubuh Emma. Wanita itu langsung membuka mata dan menatap Rhys.
"Aku tidak bisa nyenyak mengetahui kau tidak ada di sampingku." Bisik Emma.
"Benarkah?" Rhys tersenyum senang. "Kalau begitu aku harus minta maaf karena tidak bisa menemanimu untuk sisa malam ini."
Emma menggerutkan kening bingung. "Kau mau kemana?"
"Aku akan menunggu Jay di kamar lain yang sudah disiapkan. Itu bagian dari rencana."
"Kenapa aku baru di beritahu sekarang?" Emma terlihat marah dan khawatir di saat bersamaan.
"Aku tidak mau kau khawatir. Kau sudah cukup tegang memikirkan bahwa Jay sedang menguntitmu jadi kami memutuskan untuk tidak memberitahumu."
"Kami? Kau dan Trent? Bagaimana dengan Kita?" Emma tidak bisa menutupi kekecewaannya pada Rhys. Wanita itu langsung mengambil posisi duduk berhadapan dengan Rhys.
"Aku akan ikut bersamamu." Ujarnya.
"Tidak." Jawab Rhys tegas. "Kau harus tetap di sini bersama dengan Micaela."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenderly Touched [WBS #1 | SUDAH TERBIT]
Romance[COMPLETED] Part 1-7 : Public Part 8-End : Private TENDERLY TOUCHED Book #1 in The Whittaker Brother Trilogy The Whittaker Brother Trilogy: 1. Tenderly Touched 2. Gently Embraced 3. Eternally Loved =================...