Dia memang berniat untuk membunuhku! Umpat Rhys. Dihadapannya berdiri Emma dan wanita itu mengenakan pakaian yang menurut Rhys memang di ciptakan untuk menyiksa dirinya.
Dengan blouse longgar berpotongan tinggi dan rok yang menggantung indah sampai ke lutut, Emma tidak terlihat seksi melainkan menggoda. Menggoda diri Rhys yang menebak-nebak apa yang di pakai wanita itu di baliknya. Membuatnya ingin menanggalkan pakaian wanita itu.
Rhys tidak bisa memfokuskan dirinya pada apa yang sedang Emma katakan. Ia bisa melihat bibir wanita itu bergerak mengatakan sesuatu, seperti sedang mengucapkan namanya. Namanya?
".... Mr. Whittaker? Rhys? Apa kau mendengarkan ucapanku?"
Rhys berdeham dan menegakkan tubuhnya. "Maaf, apa yang kau katakan?" Tanyanya pada Emma.
Wanita itu memandangnya tajam sebelum menghembuskan nafas panjang. "Aku berkata bahwa kau memiliki janji temu dengan Mr. Charles Campbell siang nanti. Apakah aku perlu meminta Mark bersiaga atau kau ingin mengendarai mobilmu sendiri, Mr. Whittaker?"
"Aku lebih suka jika kau menggunakan nama depanku, Emma."
"Aku akan menyuruh Mark bersiaga kalau begitu." Ucapnya tanpa menghiraukan perkataan Rhys.
"Jangan biarkan insiden semalam membuat kita menjadi seperti orang asing, Emma."
"Jika tidak ada hal penting lainnya yang ingin kau katakan, aku akan kembali mengerjakan pekerjaanku, Sir."
Emma membalikkan badan dan beranjak dari posisinya.
"Sial kau Emma!" Maki Rhys sebelum ikut bangkit dan mencekal lengan Emma dan memutar tubuhnya menghadap Rhys. "Kita akan membicarakannya sekarang dan kau bisa memilih untuk membicarakan hal ini secara sulit atau mudah!"
Emma memandang Rhys dengan terkejut untuk sesaat tapi dengan cepat mendapatkan kembali kendali dirinya.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Rhys." Desis Emma berusaha untuk menarik tanggannya dari genggaman kuat Rhys. "Bisa kau lepaskan aku?"
"Tidak. Kau tidak akan bergerak satu langkah pun dari tempat ini sebelum kita berbicara."
"Apa yang sebenarnya kau inginkan dari diriku, Rhys?" Tanya Emma. "Jika kau membutuhkan pelampiasan seks, silahkan cari wanita lain."
"Jika aku hanya menginginkan seks, percayalah aku tidak mungkin memilihmu."
Rhys dapat melihat bahwa wanita itu bingung. Mulutnya terbuka tanpa ada kata-kata yang terucap. Tetapi secepat membalikkan tangan, ekspresi bingung itu hilang digantikan tatapan dingin yang biasanya selalu terpasang di kedua mata itu.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu dan aku tidak peduli."
Rhys mengangkat alisnya tidak percaya. "Kita berdua sama-sama tahu kalau kau mengerti apa maksudku." Tuturnya.
"Aku sedang tidak dalam mood untuk jadi mainanmu jika kau bertanya-tanya."
"Dan aku tidak sedang mempermainkanmu, Manis."
"Lalu apa maumu? Apakah kau sedang mengatakan bahwa hanya dalam 1 minggu kau telah mencintaiku?"
Pria itu tidak perlu menjawab dan Emma sudah dapat melihat jawabannya dari cara pria itu terdiam.
"Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dariku, Mr. Whittaker. Tapi aku tahu bahwa kau tidak mencintaiku sama sekali meskipun kau merasakan ketertarikan padaku. Dan karena kau berkata kau tidak sedang mempermainkanku, aku akan menerima perkataanmu itu. Bila semuanya sudah jelas, kau bisa melepaskanku sekarang."
Awalnya ia tidak berpikir kalau Rhys akan melepaskan genggamannya namun setelah beberapa saat, pria itu melangkah mundur. Emma terkejut dengan perasaan kehilangan yang dirasakannya begitu Rhys melepaskan lengannya.
Emma mulai melangkah mundur dan memutar badannya membelakangi Rhys.
"Aku mungkin memang belum mencintaimu, Emma. Tapi aku tahu bahwa ini melebihi ketertarikan biasa. Dan sebaiknya kau mulai menerima kenyataan ini karena aku tidak akan mundur." Kata-kata Rhys membuatnya berhenti.
"Dan mengenai apa yang aku inginkan darimu, biar kukatakan sekarang agar kau tidak menerka-nerka." Dengan setiap kata yang Rhys ucapkan, pria itu mendekatinya perlahan.
Emma dapat merasakan panas tubuh Rhys yang berdiri tepat di belakangnya membuat jantungnya berdegup kencang padahal pria itu tidak menyentuhnya sama sekali. Lalu dirasakannya tangan yang besar itu mengusap kedua lengannya dengan lembut dan Rhys mengecup bagian belakang telinganya.
"Aku menginginkanmu di ranjangku dan di hidupku, Emma. Aku mau menikmati setiap inci tubuhmu, merasakanmu di bawah ku dan tenggelam dalam mu. Aku mau menawarimu dunia, cinta, dan masa depan. Aku menawarimu hatiku. Tapi melebihi itu, aku menginginkan masa depan bersamamu, untuk memiliki hati dan jiwamu dan aku juga mau kau menginginkanku seperti aku menginginkanmu."
Rhys membalikkan tubuh Emma menghadapnya kembali. Dengan lembut ia menarik wajah Emma yang tertunduk untuk menatapnya. Mencari matanya, Rhys melihat ada kesedihan di sana.
Dengan mata yang penuh penyesalan, Emma tersenyum dan menggeleng. "Kau menginginkan hal yang tidak bisa kau dapatkan, Rhys." Ucapnya lirih.
"Satu-satunya hal yang bisa menghalangiku mendapatkan apa yang kuinginkan adalah hanya jika kau sudah memberikan semua hal itu pada pria lain."
Emma tertawa kosong. "Kau tidak mengerti dan kau tidak mengenalku, Rhys. Aku tidak pernah memberikan bagian manapun dari diriku untuk pria lain. Dan aku juga tidak akan pernah bisa memberikannya padamu."
Emma berbalik meninggalkan Rhys.
"Kenapa?" Tanya Rhys sebelum Emma keluar dan menutup pintu ruangannya.
"Karena apa yang hilang sudah tidak bisa kembali lagi." Jawab Emma tanpa menoleh.
Rhys hanya bisa menatap pintu yang sudah tertutup itu sambil terus memutar ulang jawaban Emma di kepalanya.
Apa yang telah terjadi padamu, Manis?
***
Setelah menutup pintu ruangan Rhys di belakangnya, Emma terdiam dan memandang kosong lantai di hadapannya. Semua tenaganya beberapa saat yang lalu seolah menguap, membuatnya ingin tersungkur.
Rhys menawarkan hal yang tak bisa dipercayainya. Sebuah mimpi dan harapan, kesempatannya untuk bangkit dan pulih dari kerterpurukkan jiwanya. Tapi, apakah ia berani mempertaruhkan semua itu disaat hidupnya mulai stabil?
Ia tidak bisa mempertaruhkan hidupnya dan Micaela sekaligus. Rhys tidak mengetahui segala hal tentangnya dan Emma yakin ketika semua rahasia yang ia simpan selama ini terungkap, Rhys akan meninggalkannya.
Tidak. Ia tidak boleh membiarkan itu sampai terjadi. Ia harus melindungi dirinya sendiri dan juga Micaela. Ya, untuk Micaela.
Tiba-tiba ponselnya yang ia letakan di atas meja kerjanya berbunyi, pertanda panggilan masuk. Emma berjalan memutari mejanya dan duduk sambil meraih ponselnya.
Ponselnya itu masih terus berdering dan Emma melihat layar ponsel tersebut tapi tidak mengenali nomor yang tertera di sana.
"Halo?" Emma menerima panggilan tersebut.
Tidak ada suara di seberang sana.
"Halo?" Coba Emma sekali lagi.
Ketika masih tidak ada suara yang membalas, Emma langsung memutuskan panggilan.
Ponselnya kembali berbunyi. Kali ini pertanda pesan masuk. Emma melihat bahwa pesan tersebut datang dari nomor yang sama yang baru saja menghubunginya.
Emma membuka pesan itu yang hanya berisi satu kata: Gotcha
Emma tidak mengerti arti pesan itu. Ia juga tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Mungkin hanya salah alamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenderly Touched [WBS #1 | SUDAH TERBIT]
عاطفية[COMPLETED] Part 1-7 : Public Part 8-End : Private TENDERLY TOUCHED Book #1 in The Whittaker Brother Trilogy The Whittaker Brother Trilogy: 1. Tenderly Touched 2. Gently Embraced 3. Eternally Loved =================...