@sancia_lups - Vin O'Shop

193 7 0
                                    

"Yaampun Bun. Vivin kan masih punya banyak tugas. Bunda juga tau kan, Vivin punya online shop. Gimana nasib online shop Vivin kalo engga terus di cek-in."

Ujar Vivin sedikit mendesah melihat Bundanya berkacak pinggang di kusen pintu kamarnya. Bunda menggeleng tidak setuju tetap pada pendiriannya.

"Online Shop kamu gak bakal hancur dengan kamu tinggal 2 jam aja, Lagian Bunda cuma minta kamu urusin taman depan rumah, bukan taman kota kan?"

Vivin mengusap wajahnya kasar, memilih mengikuti permintaan Bundanya saja. Permintaan kecil tetapi memerlukan kekuatan extra bagi Vivin, si maniak gadget.

"Bunda, mau pergi?" Tanya Vivin yang sudah mengganti pakaiannya dengan kaos polos berwarna garis-garis zebra dan celana pendek selutut berwarna hitam. Pakaian bergaya simple yang mendukung aksi baru Vivin.

"Bunda baru ditelfon Tante Agni, katanya ada yang mau diomongin di rumahnya. Jadi kamu di rumah sendiri ya, Jangan pakai kesempatan dalam kesempitan!" Pamit Bunda meninggalkan Vivin yang masih menyantap makanan di ruang depan bersama loudspeaker musik di handphonenya.

Taman kecil didepan rumah Vivin memang sudah tidak terurus lagi. Lihat saja sampah-sampah daun kering, dan tanaman mati berserakkan di atas rumput yang mulai meninggi. Belum lagi kolam ikan yang hanya menyisakan air menggenang didalamnya.

Kondisi memprihatikan untuk pekarangan rumah Vivin yang besar dan modern itu. Vivin menghela nafas panjang, memikirkan banyaknya pekerjaan yang harus ia lakukan.

"2 jam aja gak mungkin bisa selesai nih. Duh, gimana nasib Vin O'Shop pasti udah banyak yang ngechat, belum lagi Sandy pasti nge-line buat lanjutin curhatannya, terus Key pasti lagi ngajakin video call, Duhh bunda mah."

Monolog Vivin tidak bisa berjauhan dengan benda persegi panjang yang bisa mengakses dan berkomunikasi dengan siapa saja itu. Vivin memang anak yang cuek dan tidak pernah peduli dengan lingkungannya bahkan di rumahpun demikian.

"Bunganya cantik, tapi kenapa harus mati sih. Kan kalo tumbuh cantik bisa dijual..," cerocos Vivin, "Eh, bener juga ya. Kalo bunga ini gue urus pasti tumbuh cantik, dan bisa gue jual dehh di Vin O'Shop. Good Idea, pokoknya selesai ini gue mesti cek harga bibit bunga Matahari."

Bunga yang sudah layu ditangan Vivin adalah Bunga Matahari. Bunga tersebut memang sudah layu, tetapi bisa membangkitkan otak Vivin yang sebenarnya kreatif hanya saja kurang peduli.

Vivin membersihkan dan memotong rumput-rumput yang tinggi itu dengan bersemangat. Berharap bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat. Setiap ia menemukan bunga yang layu pasti ia langsung terpikir dengan ide cemerlang dan mengerjakan kembali dengan semangat Ekonomi.

Kaktus kecil, bunga mawar, bunga edelweis dan tanaman laiinya membuat ide Vivin kembali muncul. Ia seperti mendapat banyak ide bertemu dengan tanaman-tanaman tak terurus itu.

"Kalo bunga yang ini namanya Sansiviera artinya lidah mertua, bagus sih harganya juga murah. Berarti ini juga bakal dijual, nah selanjutnya...," Vivin mengambil secarik kertas didalam rumahnya dan juga ballpoint untuk menulis bunga-bunga yang akan ia jual nantinya. Bantuan google dan koneksi yang cepat membuat Vivin mengetahui segala informasi yang tak pernah ia pedulikan. Bahkan saat ini Vivin menjadi lupa dengan sosial media dan online shopnya yang menjual berbagai jenis case dan balon gas.

"Kapan lagi belajar dari lingkungan ya. Ternyata yang tidak pernah diurus bisa memunculkan ide cemerlang. Tau begini, dari dulu aja disuruh Bunda urus ini taman," Vivin merenung sedikit meledek tingkahnya dulu. "Sekarang pokoknya Vin O'Shop harus menjual barang yang peduli lingkungan, bukan balon yang ujung-ujungnya terbuang ke laut. Semangat!"

Seru Vivin yang sudah membelokkan arah untuk peduli pada lingkungannya. Bukan gadget yang hanya menambah otaknya stress.

Tamat

// sancia_lups

Challenge: LingkunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang