@princess__blue - Hilangnya Tamanku

1.9K 21 2
                                    

"Tania, taman ini bagus banget ya? Lingkungannya asri, udaranya sejuk, bunganya juga banyak," kata seorang anak lelaki dengan usia sekitar tujuh tahun.

"Iya, Za. Kalau udah gede, kita pasti pisah 'kan? Nanti kita harus ketemu disini lagi ya, Za," jawab seorang anak wanita dengan usia yang sama.

"Tapi, emangnya taman ini masih ada ya, Tan? Bisa aja nanti udah jadi rumah gede yang banyak ruangannya itu." Anak lelaki itu berdiri dan menikmati sejuknya udara.

Anak wanita itu juga mengikutinya, "Walaupun taman ini nantinya jadi gedung bertingkat, kita harus bisa ketemu lagi. Kamu nggak akan lupain aku 'kan, Za?"

"Tania, aku nggak bakal bisa lupain kamu. Janji ya kalau kita bakal tetep sahabatan sampe nanti?" Anak lelaki itu mengangkat jari kelingkingnya. Lalu anak wanita itu mengaitkan jari kelingking sang anak lelaki.

"Aku janji, Reza Chandrassa," katanya.

¥

"Mimpi itu lagi?" kataku setelah tersadar dari tidur singkatku.

"Lu kenapa, Tan?" tanya Farla, teman sebangkuku.

"Nggak, gue nggak kenapa-napa kok, Far," dustaku.

Dia mengangguk, "Mau pulang nggak? Kelas udah bubar daritadi. Lu tidur mulu sih," katanya.

"Hah? Serius udah bel? Ya udah, ayo kita pulang," ujarku.

"Yuk," gumamnya lalu berjalan keluar kelas.

'Reza, sekarang kamu ada dimana? Aku sering banget mimpiin kamu. Kapan kita bakal ketemu lagi, Za?' Batinku.

"Lu pulang duluan aja, Far. Gue ada urusan dulu," ucapku saat sampai di hadapan Farla.

"Urusan? Mau ke apartement itu lagi? Apartement yang kata lu taman asri itu?" tebaknya.

Aku mengangguk cepat, "Iya, gue duluan aja ya? Bye."

"Oke. Hati-hati ya," katanya.

Aku langsung meninggalkannya di depan gerbang sekolah. Menaiki angkot yang tadi melintasi sekolahku. Lalu berdesakan di mobil yang saat ini mulai penuh.

"Kiri," kataku setelah sampai di tempat tujuan.

Pak supir memberhentikan mobilnya. Lalu aku turun dari angkot dan membayar ongkosnya. Setelah angkot itu menjauh dari pandanganku, aku menyebrangi jalan. Setelah itu, sampailah aku di apartement yang cukup besar dan tinggi.

Aku tidak memasuki apartement tersebut. Aku hanya duduk di depan apartement itu. Di salah satu bangku yang menghadap ke jalan raya. Jujur aku sangat sedih melihat apartement ini berdiri. Dulu, ini adalah tempatku bermain dan berbagi cerita dengan Reza.

Sampai akhirnya, orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Amerika karena sang ayah bertugas disana. Dan sampai saat ini, aku belum pernah bertemu dengannya lagi. Sepuluh tahun aku menunggunya. Tanpa kabar dan aku tidak tahu sekarang dia ada dimana.

Sudahlah. Aku tidak mau membahasnya lagi. Janji yang pernah kita ucap, kini hanya menjadi angan. Aku selalu ingat perkataannya tentang asrinya taman yang dulu pernah menjadi saksi sebagai janji antara kita berdua.

Kini, taman yang pernah kita banggakan, menjadi angan. Sama seperti janjinya. Kemana tamanku yang asri dan sejuk? Kemana janji yang pernah dia ucapkan? Kemana dia pergi? Untuk saat ini, aku sangat-sangat merindukannya.

Setiap hari, aku selalu duduk di apartement ini. Menanti keajaiban datang. Menanti waktu yang mungkin berbaik hati padaku. Berbaik hati untuk memberikanku kesempatan agar bisa melihat Reza. Walaupun untuk yang terakhir kalinya, aku rela. Yang penting, aku dapat melihatnya lagi.

Challenge: LingkunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang