@lattess_

230 14 3
                                    

"Sena? Apa kau sibuk?"

Mendengar suara lembut itu memanggil namaku, aku segera berlari turun dengan dua buah pot di pelukanku. Seorang wanita muda dengan rambut coklat yang diikat rapi dengan pita merah menoleh saat mendengar suara sepatu yang beradu dengan kayu.

"Apa yang kau bawa itu, Sena?" tanyanya keheranan.

"Keren 'kan?" tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya. Matanya terlihat berbinar memandangi kedua tanaman yang kini kuletakkan di atas mejanya.

"Bagaimana kau bisa .... Astaga, Sena."

"Aku sudah mengatakannya padamu 'kan? Tanaman yang layu sekalipun masih punya harapan hidup. Kau lihat bagaimana si kecil ini berbuah sekarang, Ellie?"

Ellie masih terlihat takjub dengan tanaman yang baru saja kubawa turun dari kamarku itu.

"Bagaimana bisa mereka mempunyai buah yang berbeda dalam satu tanaman?"

Aku hanya mengendikkan bahu sebagai jawaban, "Entahlah."

"Sena! Ellie! Paman Ron memanggil kalian!"

Mendengar suara keras Renald memanggil kami berdua, aku dan Ellie bergegas keluar.

Aku tidak ingat bagaimana ini semua terjadi. Aku bahkan tidak ingat siapa dan dari mana aku berasal. Ingatan terakhirku mengatakan bahwa aku adalah seorang gadis remaja bernama Sena. Siapakah ayah dan ibuku? Entahlah, aku juga tidak mempunyai ingatan sedikit pun tentang mereka. Mungkin saja aku muncul dari dalam batu? Siapa yang tahu? Renald, Paman Ron, dan Ellie hanya berkata begitu-Sena adalah gadis yang muncul dari dalam batu.

"Ada apa, Paman?" tanya Ellie setibanya kami di lahan luas yang ditumbuhi oleh rumput tinggi nan lebat. Ada beberapa ekor sapi tengah menyantap makanan mereka. Ada juga yang hanya terdiam, merenung, menikmati indahnya hari.

"Bisakah kalian membantuku menjaga teman-teman kesayanganku ini?"

"Baiklah."

Tanpa penjelasan lebih lanjut pun kami sudah mengerti apa yang dimaksud dengan 'teman-teman kesayangan' oleh Paman Ron.

Aku memandangi langit biru yang cerah dengan awan putih yang menghiasinya. Aku sangat senang bisa hidup di sini. Tanaman, hewan, semua yang aku sukai ada di sini. Udara yang segar, sungai yang jernih, angin sepoi-sepoi.

"Hei, Sena."

"Hm?"

"Apa kau tidak ada niatan untuk mencari tahu dari mana asalmu? Siapa tahu kau menemukan jalanmu kembali di balik batu itu?" tanya Renald saat kami tengah duduk di bawah pohon rindang di tengah padang.

Aku menoleh dan menatap mata biru Renald yang teduh. Kami belum lama saling mengenal, tapi aku merasa kami sudah sangat akrab. Perasaan macam apa itu, Sena?

"Entahlah. Aku sudah nyaman di sini. Kalaupun aku bisa kembali ... aku tidak yakin apakah aku bisa kembali menjadi diriku yang dulu."

"Kau bahagia menjadi seorang Sena?"

Aku mengangguk dengan mantap dan tersenyum padanya, "Ya! Aku sangat senang bisa menjadi seorang Sena. Aku senang bisa menjadi keluarga Paman Ron dan teman-teman kesayangannya. Aku senang bisa bertemu dengan Ellie. Aku senang bisa menjadi temanmu."

Renald hanya tersenyum tipis di sebelahku.

"Kenapa kau tiba-tiba menanyaiku hal ini?" tanyaku dengan hati-hati.

Ia memandangiku selama beberapa saat sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya dariku. Ia menarik napas panjang dan kemudian melepaskannya lagi.

"Tidak apa. Aku hanya bertanya."

"Oh ...."

Aku harap aku bisa mengenalnya lebih dekat. Tapi sepertinya ia masih menutup diri.

"Aku sama sepertimu."

"Apa?"

"Aku juga tidak tahu dari mana aku berasal. Siapa aku sebenarnya. Siapa ayah dan ibuku. Mereka menemukanku di hutan. Tidak ada yang tahu."

"Kau juga?"

"Aku cukup senang saat menemukanmu. Aku merasa kita senasib. Hanya saja ... aku tidak bisa menikmati semua ini sepertimu."

Kami terdiam selama beberapa saat. Keheningan menyelimuti kami berdua.

"Tapi tidakkah ini aneh?"

"Apa?" tanyaku.

"Ini semua. Kau memiliki keahlian khusus dengan tanaman. Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa melakukan semua hal itu pada tanaman seperti kau."

"Dan tidak ada yang bisa berteman baik dengan hewan seperti dirimu. Benar?"

Renald tersenyum lebar dan mengangkat tangan kanannya saat ia mendapati sesuatu. Seekor anjing besar berlari ke arah kami dan menjilat wajah Renald yang terbahak senang.

"Apakah semua sapi itu baik-baik saja? Kau sudah bekerja dengan baik hari ini."

Anjing itu mengibas-ibaskan ekornya dengan bersemangat sementara Renald mengelus-elus kepalanya.

"Kau ... bisa akrab dengannya?"

"Coba saja pegang kepalanya. Dia anjing baik. Walaupun wajahnya seram, dia sangat baik." Renald meraih tanganku dan meletakkannya di atas kepala si anjing.

"Lembut ...."

"Ya 'kan? Mulai sekarang kalian berteman!"

Anjing tadi menggonggong dan menoleh padaku. Ia berjalan mendekatiku dan menjilat tanganku.

"Geli!"

"Dia menyukaimu."

"Benarkah? Bagaimana kau tahu? Apa kau bisa bahasa hewan?"

"Kau sangat menyenangkan. Tidak mungkin ada orang yang tidak menyukaimu."

"Tentu saja ada. Setiap orang punya penggemar dan pembenci masing-masing 'kan?"

"Ya. Dan aku adalah salah satu penggemarmu."

"Apa?"

Renald tersenyum lebar, "Aku sudah sangat lama mengagumimu. Tidak. Mungkin lebih tepatnya ... jatuh cinta pada pandangan pertama?"

"Apa yang kau bicarakan sebenarnya ...."

Renald terbahak dan langsung beranjak dari duduknya. Ia berlari ke tengah padang dan tiba-tiba saja berbalik.

"Sena!"

"Hm?"

"Tidakkah ini terasa seperti takdir?"

"Apa maksudmu?"

"Kita sama-sama berasal dari tempat lain! Dan kita dipertemukan di sini! Kita baru saja mengenal satu sama lain, tapi aku merasa aku sudah sangat lama mengenalmu! Tidakkah ini aneh?"

Sangat. Sangat aneh.

"Sena!"

"Apa?"

"Aku serius dengan yang kukatakan tadi!"

Lalu?

"Kalau suatu hari nanti aku pergi meninggalkanmu ... aku janji aku pasti akan menemukanmu lagi! Seperti Renald menemukan Sena di sini!"

Selesai

// lattess_

Challenge: LingkunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang