Oh ya?!

116 5 0
                                    

"Dy, kamu lagi apa sayang?" ucap seseorang yang langsung duduk dan mengelus puncak kepalaku yang tertutup kain halus.

"Eh, bubu? Udah pulang?" jawab dan tanyaku sambil mencium punggung tangannya yang tadi ku sebut bubu. Mamahnya mas gigat omong omong hehe.

"Iya, kamu ngelamunin apa sih sampai bubu pulang dan ngucapin salam ko gk nyaut nyaut?" tanyanya, dan aku langsung nyengir nggak jelas.

"Hehe, iya bu ke inget dulu pas tabrakan itu"

"Hah, kenapa sayang? Ada yang sakit? Dimana dimana ayo bilang sama ibu? Mau ke dokter? Rumah sakit ? Atau mau bubu panggilkan dokter huh?"

"Ish bubu bawell deh" ucapku sambil memeluknya dari samping.

"Ihh kamu itu yah, bubu khawatir tau"

"Ih iya bubu tuh terlalu berlebihan orang dy cuman ke inget kenangan pas kita ketemu" ucapku sambil memamerkan sebelah lesung pipiku.

"Haha... Iya bubu juga malah keinget sikap gigat pas waktu itu"

"Hah emang kenapa bu?"

"Kamu belum tau ya?" senyum bubu itu kepadaku, dan aku hanya menggeleng kan kepalaku.

"Cerita dong, bubu cantik wanita syurganya pak riyo" ucapku sambil menaik turunkan alisku. Menggoda. Haha

"Kamu ini yah bisa aja" ucapnya sambil mendorong lenganku kecil. Dan aku hanya tertawa menanggapinya.

(.)

Jadi pas waktu itu...

"Ko kamu bisa nabrak anak orang sih gat?" tanya bubu kepada gigat yang sedang menunggu gadis yang di tabrak oleh gigat yang tak kunjung siuman.

"Waktu itu aku lagi buru buru mah, mau ngejemput kak inggit, eh tau tau pas gigat nengok ada cewek itu di tengah tengah jalan dan pas ada mobil gigat. Gigat juga gk tau datang nya dari mana gadis itu. Bingung gigat juga" cengirnya. Bukanya khawatir malah cungar cengir nggak pugguh.

"Ish.. Makanya kamu itu jngan bandel udah gede juga belajar dong dari pengalaman gimana sih. Awas yah kalau kamu masih lalai juga mamah bakalan masukin kamu ke pesantren yang super duper ketaat penjagaannya.!"

"APAAA??!!"

"Shhtt... Kamu jngan berisik"

"Tapi ko pesantren sih mah? Gigat kan setahun lagi mau lulus dari kuliah gigat."

"Ya makannya kamu sekarang harus jaga sikap harus hati hati, kamu kasihan dong ama papah kamu, beliau udah tua. Jangan buat dia shok yang dapat membuat dia struk atau jantung. Astaghfirulloh naaudubillahhimindaalik"

"Ya allah astagfirulloh'aladiym mamah ko ngomongnya kaya gitu.?"

"Ish mamah cuman kebayang aja, itu sih gimana kamu nya aja kedepannya gimana "

"Loh ko gimana gigat sih?"

"Iya kamu itu cowo gigat! Kamu itu harus bisa bertanggung jawab, jangan sukanya keluar malam, yang kadang pulang mabuk dan yng lainnya itu gk boleh sayang. Dan lagian kamu udah besar, udah bisa berumahtangga"

"Dih apaan sih mah orang ka inggit juga belum masa mau di lewat? Dan ya allah mamah gigat gk pernah mabuk sekali lagi MABUK"

"Ya kan bisa aja, hehe mamah cuman nambahin ajah hehe"

"Ah udahh ah mah bosen gigat ngebahas yang kaya gini mulu"

Seketika hening. Ibu mulai sibuk dengan aktifitasnya tanpa sadar gigat sudah terbangun dan nyamperin tempat tidur gadis yang di tabraknya itu.

Dia terus memperhatikan luka luka gores yang ada di mukanya, ibu pun yang melihatnya hanya bisa meringis. Pasti perih nan sakit.

Ibu langsung memegang pundaknya.

"Kamu mau apa sekarang nak?"

Dia terus menatap gadis yang memakai krudung hijau muda itu, nggak seputih dan secantik wanita di luar sanah tapi yang enak di pandang dari gadis ini selalu membuat kita ingin terus memandangnya. Ya entah kenapa wajahnya seperti bersinar indah.

"Jangan laporin gigat ke polisi ya mah" ucapnya sambil menghadap ke arahibu. Ibu langsung menggelengkan kepalaku.

"Kita tunggu dia sadar aja gat, semuanya ada pada gadis ini" seketika ibu melihat anak iibu menunduk sedih.

"Hey" ucap ibu sambil mengangkat dagunya keatas. "Harus optimis sayang, sepertinya wanita ini baik" sambung ibu mensuport nya.

"Aku bakalan ngerawat dia sampai sembuh mah, aku sendiri. Masa bodo dengan kuliah yang penting dia sembuh dulu " ucapnya yang terlihat jelas di matanya kalau dia benar benar bersungguh.sungguh.

Dan semenjak itu, gigat jarang pernah pulang kerumah. Apalagi ke tokyo dia lebih mementingkan gadis yang di tabraknya ya, itu kamu.

(.)

Aku langsung tersenyum mendengar semua cerita yang selama ini belum aku dengar.

"Owhh... Dia baik ya bu bertanggung jawab banget lagi, sampai rela aku numpang disini"

"Tapi dia petakilan sayang." "lagian ada kamu di sinih, rumah ini serasa ada isinya"

"Maksud bubu?"

"Iya mba inggit sekarang udah jarang dirumah banyak kerjanya kalau kata orang sekarang mah workkaholick, gigat masih sekolah. Jadi rumah sebesar ini hanya ada bubu bapak yang ngisi. Papa juga sering keluar kota, eh sama prt juga sih hehe"

"Hehe apa sih bubu. Mereka sama ko kita sama semua manusia sama di mata allah bu mau yang kaya miskin pintar belum pintar juga sama di mata allah bu semuanya sederajat"

"Ini nih yang slalu membuat bubu seneng kalo lagi bersama kamu, rasanya itu selalu adem"

"Ac kali bu" potongku.

"Bubu serius loh dy, semenjak adaaa kamu rumah ini serasa berwarna, setiap maghrib selalu menggema suara mengaji kamu itu sangat menenangkan sayang"

"Iyaah iyaah, sekarang bubu istirahat yah, kan baru datang juga ya. Ayo ndy temenin kekamarnya" aku langsung memegang tangan ibu nay dan membawanya kekamarnya.

Sesampainya di kamar,

"Bubu mau duduk dulu dy"

"Owh okey" ucap ku sambil mengacungkan jempolku.

"Oh iya bu mas gigat kapan pulang ke indonya"

"Kemarin sih ngomong ama bubu seminggu lagi tapi nggak tau lah anak itu pinter banget php nya"

"Tapi ada apa ini tumben banget nanyain gigat, kangen ya?" ucap bubu nay yang langsung membuat ku salah tingkah. Oh ya allah. .

"Tuh kan salting, merah lagi mukanya haha" aku langsung memalingkan mukaku. Maluuuuyy

"Ish apaan sih bu nggak aah. Ndy keluar dulu assalamualaikum" ucapku malu sambil terus menundukan kepalaku dan melanggang pergi .

"Tuh kan malu hahaaaa" tawanya sangat renyah, yang kudengar. seperti semua bebanya terlepas gitu. Aku senang mendengarnya tertawa, tapi tawanya itu membuatku malu seribu persen. Persen. Persen. Persen.



Hope it's my hope.

I'm Not CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang