Rayna berjalan masuk melewati koridor sekolah, sekolah masih sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang melewati lapangan sekolah dengan santai, dan beberapa kaka kelas yang nongkrong asik didepan kelasnya, tak jarang kaka kelas yang dilaluinya melihatnya dengan tatapan genit yang menjijikan, yang menganggu zona nyamannya, ia berusaha untuk mencari kelas yang akan ia duduki, entah harus bersyukur atau bersedih saat ia tahu bahwa dirinya tidak sekelas lagi dengan Rendy.
-Rayna Azzahra Veronica.-
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, dan hari berganti minggu. Tak terasa selama kurang lebih 10 hari hubunganku dan rendy semakin membaik, sejauh ini pandanganku terhadapnya tidaklah buruk,cukup baik, walaupun terkadang menjengkelkan, tapi dia selalu punya cara unik untuk mengembalikan moodku yang berubah ubah sangat cepat, dan dengan sangat mudahnya ia membuatku tertawa lepas.
Jumat ini aku akan berkunjung ke sekolah lamaku alias SMPku, untuk bertukar sapa dengan sahabat sahabatku dan mengurusi beberapa urusan penting, dan rendy bersikeras untuk menemaniku berkunjung ke sekolah lamaku, aku hanya bisa pasrah, karena sifat rendy yang keras kepala, keputusannya yang tidak akan bisa dirubah kecuali dengan dirinya sendiri.
Bel sekolah sudah menggema mengitari seantero sekolah, aku langsung bergegas membereskan semua alat tulisku yang berada di atas meja, dan berjalan keluar mendahului teman teman kelasku, aku melihat sekitar untuk memastikan rendy berada disana, namun nihil, tidak ada tanda tanda dirinya ada di sekitar kelasku, aku merogoh saku rok ku untuk mengambil handphone, ku usap lembut layarnya dan aku langsung membuka applikasi line, benar saja, ia sudah menyampah diroomchat ku, ku lihat kalimat terakhir "gue di deket gerbang"
Aku langsung berlari kecil menuruni anak tangga, melewati kantin dan menyusup melewati sekelompok orang yang berbincang di tengah jalan, kudapati rendy sedang mengutak ngatik hpnya diujung sana bersama salah satu temannya, sebelum berniat menghampirinya, dia telah sadar kehadiranku, lalu aku berjalan mendekat. "lama banget lu jalan kaya siput" aku hanya terkekeh mendengarnya
"gue mau jumatan, lu mau nunggu ga?"
"gue bareng temen ajalah"
"eh ko gitu, gabisa nunggu atau diundur senin gitu?"
"udah janjiannya skrg kan gue udh bilang"
"yaudah serah lu" rendy menjawab dingin, jelas jelas dia yang salah, dia sudah janji mengantarkanku tapi dia juga yang ingkar, tapi ibadah memang nomer satu aku tak bisa berbicara banyak jika kondisi dan situasinya seperti ini "jangan marah dong, masa cowo marah"
"engga, gue gamarah, baliknya sama gue ya, gue juga mau ke SMP deh kayanya"
Ohya, smpku dan rendy sangatlah dekat, hanya dibatasi oleh jalan yang lumayan besar, jalan kakikku pun rasanya cukup 5menit, dan entah kebetulan atau sebuah takdir, dalam 2 tahun bersamaan kami mengikuti bimbingan belajar yang sama, lalu daftar ke sekolah yang sama dan terjerumus disekolah yang sama dan aku baru mengenalinya akhir akhir ini.
"iyaa iya, yaudah gue cabut ya"
"hati - hati" ucapnya seraya mengacak ngacak rambutku.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku menunggu rendy di sebuah pengkolan yang biasa orang orang sebut "cina pengkolan" karena katanya banyak orang cina yang berjualan disana, sekali duakali aku menatap handphoneku memastikan pesan masuk, tapi tak kunjung datang, setelah 5 menit menunggu, aku melihat sebuah motor vario berwarna putih mendekat, menggunakan helm berwarna hitam, mengenakan sweater abu abu bergaris, dan celana SMA, ya itu tidak bukan tidak lain, rendy. Dia memberhentikan motor didepanku, lalu aku mendekatinya, dia mengambil helm yang ia gantungkan di motornya, dan memberikannya kepadaku.
Aku menaikki motor rendy sambil berpegang pada bahunya untuk menyeimbangkan tubuhku. Ia memutar kuncinya dan menjalankan motornya, tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kami, hanya ada suara angin yang menerpa seluruh wajah dan tubuhku, dan suara bising kendaraan dijalanan.
"makan dulu yu"
Aku mengangguk tanda setuju. Dari situ kita mulai angkat bicara, menceritakan segala hal yang terjadi seperti biasanya. Tak lama dari itu, kami sampai di sebuah restoran ternama, tanpa banyak basa basi kami langsung memesan, rendy menyuruhku untuk mengambil tempat duduk, sementara ia memesankan makanan, sekilas aku melihat handphoneku, tidak banyak notif masuk, ya intinya hampir beberapa temanku mananyakan hal serupa "lu jadi dijemput temenlu?" aku hanya jawab seperlunya, tidak di lebih lebihkan dan tidak ada rekayasa
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"mau masuk dulu?" ucapku sambil berusaha turun dari motor dan melepaskan helm "engga, udah mau magrib, salam aja buat tante girang, eh maksud gue tante cantik" jawab rendy
"eh sialan lu, gue omongin baru tau rasa"
"engga ih engga, bercanda"
"iye iye, yaudah makasih ya ren"
"iya santai aja kali, kalo butuh apa apa tinggal calling calling"
"oke gampang"
"gue cabut ya, hati hati kepeleset"
"hati hati dibegal"
"gpp gue rela dibegal, lagian gue cuma punya hati, itupun udah ada yg ngambil" ucap rendy sambil senyum senyum tak karuan, aku berusaha memikirkan arti perkataan yang keluar dari mulut rendy "ah lu ga peka, gue cabut dadah" rendy menjalankan motornya meninggalkanku sendirian, lalu aku membalikkan badanku dan berjalan masuk kerumah.Jangan lupa comment+vote makasih💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubble Gum
RomanceSeharusnya aku sudah tau, bahwa dia sudah berubah, hanya saja aku sulit merelakannya. Sulit memberitahuku sendiri bahwa semua orang bisa berubah. tidak ada yg lebih menyakitkan selain ditinggal tanpa alasan. Dia mempermainkanku, menggantung perasaan...