Sarang bergegas turun ke bawah, mencari Ibu atau adiknya. Di bawah didapati seluruh keluarganya juga tak kalah gelisah karena Suga dan keluarga tak kunjung datang.
"Mah, Suga udah dateng belom sih, kok lama banget? Tadi kata Kookie 20 menitan ini udah setengah jam lebih lo".
"Sebentar sayang, mungkin kejebak macet apa gimana. Itu Kookie udah berusaha ngehubungi kok", ibu Sarang berusaha menenangkan anaknya.
"Gak diangkat juga Mah. Gak hapenya Mas Suga, gak hapenya Om Jongin. Punya Tante Krystal juga gak diangkat", tiba-tiba Kookie muncul dengan raut wajah cemas.
"Sudah sabar. Mungkin macet apa gimana. Yah jaman sekarang kan", ayah Sarang bangkit dari duduknya dan menuntun Sarang untuk ikut duduk disampingnya.
Sarang menuruti ayahnya tapi kegelisahan dan kecemasan nampak jelas di wajahnya. Tak biasanya Suga seperti ini. Suga adalah orang yang luar biasa disiplin bahkan lebih dari seorang Polisi atau Tentara jika urusan waktu. Lagipula terakhir di telfon katanya 30 menit lagi sampai, ini sudah tidak masuk akal bagi Sarang.
Sarang duduk dengan sangat gelisih. Sebentar-sebentar dia bangkit dan melongok ke arah pintu, berharap tiba-tiba muncul keluarga dan mempelai laki-laki. Di remas-remas tanganya, sedangkan giginya gemeletuk tak karuan.
Di sudut ruangan nampak Jungkook yang sedang sibuk dengan handphonenya. Berulang-ulang dia berusaha menghubungi keluarga Suga. Jehop juga ada di sampingnya dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Jongkook.
Semenit,
Dua menit,
Sepuluh menit,
Lima belas menit,
Dua puluh menit, berlalu Suga dan keluarganya tak kunjung mengangkat telfon atau memberikan kabar tentang keberadaan mereka.
Suasana gembira pesta pernikahan perlahan memudar. Digantikan suasana gelisah dengan kecemasan dan ketegangan. Kookie bahkan sudah keluar dan berdiri di depan pagar rumah menunggu kedatangan Suga dan keluarga.
Sarang kini sudah bangkit dan mondar-mandir di ambang pintu. Keringat dingin serta tetesan air mata tanpa terasa turun di kedua belah pipinya. Marah, gelisah, takut, cemas, semuanya bercampur aduk menjadi satu. Tak digubrisnya riasan wajah yang sudah mulai rusak.
Tiba-tiba semua dikejutkan dengan Kookie yang berlari ke dalam rumah dengan mengangkat kain batiknya tinggi-tinggi untuk memudahkan langkahnya. Blangkon sudah tidak bertengger di kepalanya lagi.
"Noona, ini mas Suga telfon. Cepat di angkat".
Sarang buru-buru merenggut handphone dari tangan Kookie dan menekan tombol hijau.
"Halo, mas kamu apa-apaan sih. Lama banget. Ngaretnya gak masuk akal. Make upku udah luntur. Ini sekarang udah dimana?"
"Halo selamat siang, dengan Ibu Sarang?" terdengar suara dari seberang. Bukan suara Suga atau orang tuanya, tapi suara wanita asing bagi Sarang.
"I...iya. Ini saya Sarang. Maaf ini siapa ya? Kenapa hape Suga bisa ada di anda?"
"Kami dari pihak rumah sakit Ken Saras ibu. Keluarga bapak Suga baru saja mengalami kecelakaan beruntun. Sekarang bapak Suga dan sekeluarga sedang dalam perawatan kami. Apakah Ibu Sarang bisa segera kemari?"
"Dug"
Handphone Kookie terjatuh dari genggaman Sarang. Tiba-tiba badanya menggil. Dia hanya berdiri mematung dengan pandangan yang langsung berubah kosong.
Kookie bergegas memungut handphonenya dari lantai dan berbicara dengan orang di seberang.
"Halo. APA....? Iya iya kita segera kesana".
"Pah ... Mah... Mas Suga kecelakaan. Ayok sekarang kita segera kesana."Apa?" teriak ibu Sarang yang mengembalikan Sarang dari pandangan kosongnya.
"Biar gue sama Mphi yang nyetir Kook"
Suasana berubah menjadi gaduh dan panik. Jehop dan Taehyung bergegas mengambil kunci mobil dan langsung menyiapkan mobil menuju rumah sakit.
Sarang kini menangis, air mata mengucur deras dari kedua bola matanya tapi anehnya tanpa mengeluarkan sura tangisan sedikitpun. Kookie segera memapah Sarang menuju mobil sedangkan ayah Sarang memapah ibu Sarang.
Sesampainya di rumah sakit, terlihat Jin dengan tergopoh-gopoh serta berjalan sedikit pincang menghampiri mereka. Kepalanya penuh dengan perban dan bekas darah. Sedangkan lengannya dan wajahnya penuh dengan luka goresan seperti tegores kaca.
"Suga ada diruang operasi sekarang"
Sarang dan keluarganya bergegas menuju ke depan ruang operasi. Tak dihiraukannya orang-orang yang memandang mereka terheran-heran karena mereka masih lengkap menggunakan baju pengantin, kebaya dan beskap.
Sarang duduk terdiam di pojok di apit oleh ibu dan adiknya. Sementara Jehop dan ayah Sarang mondar-mandir hilir mudik tanpa henti di depan pintu ruang operasi. Taehyung, Jimin, Jin serta beberapa saudara Sarang duduk di sisi lain kursi tunggu. Duduk dengan gelisah dan penuh dengan kebingungan.
Sarang memandang nanar ke arah pintu ruang operasi dan berharap agar pintu itu segera terbuka. Giginya gemeletuk tak karuan. Jemarinya meremas-remas tangan Jungkook yang ada di genggamannya. Tubuhnya duduk dengan tegak, teramat tegak memandang ke arah pintu ruang operasi. Dadanya naik turun, nafasnya memburu tak teratur. Berdoa agar operasi segera selesai dan Suga segera sadar.
Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan dokter keluar dari ruang tersebut.
Sarang segera bangkit dan memburu dokter tersebut.
"Gimana keadaanya Dok?"
TBC.
Makasih ya yang udah nyempetin baca apalagi yang udah bermurah hati ngasih vote sama commentya. Love you. Maafkan daku yang amatiran ini. Kritik saran sama koreksi hehehhe
KAMU SEDANG MEMBACA
My Salvation
FanfictionCause you are my salvation from my sorrow. You light up my life ( unpredictable ) Sarang seorang gadis bipolar yang cenderung kasar akhirnya menemukan tambatan hatinya dan memutuskan untuk menikah. Namun ketika semuanya sudah di depan mata, di hari...