05 Februari 2012
"Penuh Hop, duduk dimana?" tanya Sarang sambil celingak-celinguk mencari tempat kosong, sedang tanganya sibuk memegang baki penuh makanan.
Yang ditanya hanya diam sembari mengedarkan pandangan matanya ke penjuru kantin yang memang selalu sesak ketika jam makan siang seperti ini. Hingga pandangannya tertumbuk pada sebuah meja di pojok ruangan. Tidak kosong memang tapi setidaknya hanya satu orang yang duduk disana dan nampaknya orang itu juga sudah selesai makan. Kentara dari piring didepannya yang sudah kosong dan gelas disampingnya yang isinya tinggal separuh. Wajahnya terhalang oleh sebuah novel yang ditekuninya.
"Noh, noh di sana aja noh", kata Jehop menyikut pelan Sarang sebagai isyarat agar Sarang mengikutinya.
"Misi ya Mas, numpang duduk di sini. Yang lain penuh hehehe", kata Jehop sambil meletakkan nampan makannya dan mendudukan dirinya tepat di hadapan pemuda itu.
"Misi Mas", timpal Sarang.
Yang ditanya hanya menganggukan kepalanya tanpa ada niatan untuk menatap dua orang yang baru datang dan duduk dihadapannya.
"Dih jutek amat", bisik Sarang pada Jehop.
"Iye, sama kaya elu", jawab Jehop dengan berbisik pula takut suaranya terdengar oleh pria di hadapannya.
Mereka berdua pun memulai acara makan siang mereka hingga tiba-tiba terdengar celetukan Jehop."Idih, masnya sama kaya elo Nyuk. Wiro Sableng lovers". (ada yang tahu serial ini gak? Kalo iya kalian berarti bapuk sama kaya authornya :p)
Sarangpun tak urung melihat ke arah pria di hadapannya dan mencermati sampul novel yang dibaca pria dihadapannya. Alisnya mengernyit heran dan takjub. Jarang sekali ada anak muda yang masih menggemari novel persilan kuno karya Tito Bastian tersebut. Merasa terganggu dengan celotehan dua orang dihadapannya, si pria menurunkan novel dari hadapannya dan menatap Jehop dengan pandangan jengah hingga matanya tertumbuk pada gadis yang duduk di sebelahnya.
"Sarang?" seru pria itu terkejut.
"Eh elo. Siapa namanya. Duh gue lupa lagi", balas Sarang tak kalah terkejutnya.
"Suga, gue Suga", jawab si pria.
Di sisi lain Jehop nampak melongo mengetahui ternyata mereka berdua sudah saling mengenal satu sama lain. Matanya menuntut penjelasan pada sahabatnya. Akhirnya Sarangpun menjelaskan awal pertemuan mereka hingga mereka mengenal satu sama lain.
"Oh gitu ceritanya", Jehop manggut-manggut sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Eh tapi kok lo bisa disini? Lo kuliah disini juga? Kok kemaren gak ngomong", cecar Sarang pada Suga. Yang ditanya hanya tersenyum tipis.
"Ya elo kemaren udah langsung ngeloyor pergi".
"Oiya hehe. Lo jurusan apa ngomong-ngomong?"
"Hukum".
"Angkatan berapa Mas?" timbrung Jehop penasaran.
"Gue angkatan 2009. Kalian? Dari mukanya sih 2011".
"Emang kenapa Mas? Kita berdua keliatan masih cimit-cimit ya", tanya Jehop sambil menopangkan kedua telapak tangannya di dagu mencoba membuat wajah seimut mungkin.
"Buka gitu. Cuman keliatan aja bloonya", tukas Suga pendek.
"Kampret", umpat Jehop kesal dengan jawaban Suga. Wajahnya yang dari tadi nampak berseri-seri berubah menjadi memberengut.
"Lo juga keliatan kalo angkatan 2009 Mas", timpal Sarang acuh tak acuh.
"Kenapa emang? Keliatan dewasa ya, atau berwibawa?", balas Suga sambil memperbaiki duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Salvation
FanfictionCause you are my salvation from my sorrow. You light up my life ( unpredictable ) Sarang seorang gadis bipolar yang cenderung kasar akhirnya menemukan tambatan hatinya dan memutuskan untuk menikah. Namun ketika semuanya sudah di depan mata, di hari...