Pertumbuhan ke-5

26 5 0
                                    

Dikala Daun Mulai Muncul

Kegiatanku, Arianda, dan Feby hanya belajar, belajar, dan belajar. Kami mempunyai cita-cita yang sama. Di asrama aku hanya pulang satu tahun sekali saja, agar aku bisa memperdalam pelajaranku.

•••••

Waktu itu hari selasa, aku ingin menghububgi Nadine.

Saat suara dari sebrang sana menyapaku "hai Mawar"

"Hai, gimana kabar kamu?"

"Baik, kalau kamu?"

"Baik juga kok. Gimana sama kuliah baru kamu?"

"Seneng banget, beda sama waktu di sana. Eh iya tahun depan aku mau nikah"

"Sama siapa? Kok cepet banget sihh"

"Sama Kak Sam, ia gak tau di keluarga udah jadi tradisi"

Deg kenapa hatiku tiba-tiba sakit. Batinku

"Wahh selamat ya.."

"Iya makasih ya... udah dulu ya, telponnya aku tutup. Banyak kerjaan soalnya"

"Ohh iya dadahh", ucapku seraya menutup telepon.

Hari yang bahagia tetapi ada rasa kecewa saat aku mendengar bahwa Nadine akan menikah dengan Kak Sam. Aku hanya berharap semoga mereka bisa bahagia.

Kami belajar bersama Pak Alfarizi namanya. Beliau bertanya pada kami, "HEY YANG BENER BELAJARNYA!" ucap Pak Al.

"Ya lah pak siap!" ucap Feby seraya menirukan gaya hormat

"Bukan, takutnya sebentar lagi kalian menikah" ujar Pak Al

"Wah... pak masih jauh kalii" kata Arianda

"Iya Pak" ucapku

"Ahh bohong pak Mawar mah udah gak tahan" ucap Feby "gak tahan mau nikah maksudnya"

"Ehh udah udah, Bapak kan cuman mau bilang yang bener belajarnya, nanti mah susah kalau udah punya suami" tutur Pak Al

Kami hanya be'oh'ria

"Bulettt... hehehe" jawab Pak Al sambil tertawa

Kami semua tertawa ditengah pelajaran, tiba tiba ada yang datang menuju Pak Al

"Bapak, maaf tadi saya disuruh Pak Kepala Sekolah buat memanggil Bapak" ucap orang itu

"Oh iya siap, ini tolong bapak mengajar anak murid saya" kata Pak Al

"Siap Pak" ucap orang itu

Ternyata aku tahu dia orang Jakarta, cakep sihh tapi ada yang aneh, batinku

•••••

Kami belajar dengan orang itu. "Kenalin nama saya Fikri Fakhri Rajendra" ucap Pak Fikri yang baruku ketahui namanya. "Saya biasa dipanggil Pak Fikri" lanjutnya, "disini saya akan menggantikan Pak Alfarizi, karna beliau dipindahkan mengajarnya ke daerah Jawa, nah mari kita belajar" lanjutnya lagi.

Guru baru, hati baru, hidup baru, terasa begitu indah... tapi ada yang aneh apa ya? gumamku

Pak Fikri memandangiku sesekali di samping mengajar, aku takut kejadian itu terukang lagi. Aku. Gak. Mau.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun telah kami lewati.

_____

Hai kalian jangan lupa vote nya yaa. Maafkan cerita abal abal ini hehehe ✌

V O T E O K E Y !

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang