Serpihan 6

56 4 4
                                    

saat ini aku merasa malas untuk melakukan apapun, bahkan sekedar mengobrol dengan Alana pun aku malas.

omong-omong..

sejak pengakuan Reza bahwa ia mencintai Alana, yang membuat nafas ku sesak dan yang membuat aku menyadari

aku mencintai Reza.

tapi sungguh, demi tuhan tidak sedikitpun aku membenci Alana karena aku rasa ia tak pantas di benci. toh ia tak tau perasaanku yang sebenarnya kepada Reza dan aku, aku tidak punya sedikitpun niat untuk memberi tahu nya.

Mata Alana---

disinilah aku sekarang, di taman belakang sekolah menunggu Dito yang katanya ingin menemuiku entah apa gerangan.

dan ia sekarang telat, klasik.

"Alana" aku menengok, Arman temanku.

"loh kenapa man?" tanyaku

"ini gue disuruh nganterin ini" kata Arman sambil menyerahkan sebungkus pizza yang masih hangat

"loh loh dari siapa?" kataku heran

"nanti lo juga tau, udah ya gue ke kelas bye" ucap Arman lalu berjalan menjauh

aku celingak celinguk, siapa sih yang berbaik hati membelikan aku pizza?!

"angkat tangan!" aku mengerjapkan mataku, hampir saja pizza yang berada di pangkuan ku tumpah lalu aku mencari asal suara itu, Dito

"anjrit! rese lo" kata ku sambil menarik baju nya

"hehe maap maap..." kata Dito cengar cengir "di makan dong pizza nya" lanjutnya lagi

"ooh ini dari kamu? maaci mata empatku" kataku sambil tersenyum manis

"sama sama jempol jerapah" kata Dito dengan muka tak bersalah

"anjir gaya lo gitar pengamen"

"conge rusa"

"upil gorila"

"kutu singa"

"urat gajah!"

Dito tertawa terbahak-bahak mendengar cetusan ku, gila.

"lucu banget sih mba nya jadi pengen langsung ngajak ke KUA HEHE" kata Dito lagi sambil cengar cengir

"ngapain ke KUA" pancingku

"ituu..." katanya se olah olah berpikir "numpang pipis" lanjutnya lagi yang langsung ku hadiahi jitak an di pelipis nya

"ehh btw, makasih ya pizza nya enak loh" kataku sambil melahap sepotong pizza

"iya sama sama tapi abis pulang sekolah nanti ke mall ya" kata Dito

"hah ngapain?" kata ku mengernyitkan dahi

"belanja, tapi kamu traktir aku" kata Dito

"lah kok emang kenapa?" kata ku
"GANTIIN DUIT GUA ANJENG! PIZZA NYA MAHAL!" kata Dito

"NAJIS! KAGA! NIH AMBIL SANA" kata ku lalu mendorong kotak pizza ke pangkuan nya

"ututu engga thayank becanda" katanya lalu menyerahkan kembali kotak pizza kepadaku

sikapnya yang seperti ini, simple dan sederhana tapi mampu membuat pipi ku bersemu kemerahan. dan setidaknya saat bersamanya bukan tangis yang ku tampilkan, tapi tertawa lepas tanpa beban.

---------------------------------

Alana dan Afta sedang mengobrol di perpus, tiba-tiba saat sedang asyik mengobrol Reza datang

SERENDIVLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang