2 - Confession

403 32 3
                                    


Chorong menyandarkan punggungnya ketembok sambil melipat kedua lengannya didepan dada, ia juga menatap malas Luhan yang sedang membuka gembok gudang. Cukup lama hingga akhirnya pintu itu pun berhasil dibuka, suara pintu tersebut sangat terdengar jelas mengingat usia gudang belakang tersebut, Chorong dan Luhan hanya bisa melongo dan menghela nafas frustasi saat melihat kondisi gudang tersebut.

Sangat berantakan dengan jaring laba-laba dimana-mana

"Mwo?! Aku harus membersihkan semua ini? Dasar pria tua kejam..." Dengus Chorong setelah melihat 'pemandangan' didepannya. Sementara pria disebelahnya hanya menggelengkan kepalanya dan menatap Chorong sinis dan juga dibalas tatapan sinis dari gadis itu.

"Dan aku harus melakukannya dengan dia.." Ucap Chorong dan Luhan bersamaan yang kemudian mereka memalingkan wajahnya masing-masing. Luhan pun mulai membereskan barang dimeja sampingnya, memilah dimana sampah yang harus dibuang dan mana yang masih bisa disimpan, tak lama ia melirik Chorong yang masih terdiam melihat gudang tersebut.

"Hey, cepat kau bersihkan! Aku tak ingin berlama-lama disini.." Ucap Luhan seraya melemparkan kaleng kekepala Chorong yang membuat si empunya memegang kepalanya dan mendengus kesal, Luhan tak peduli dengan itu yang ia memperdulikan ialah secepatnya menyelesaikan semua ini dan pergi.

"Aish.. Dasar Rusa Tengik" Ucap Chorong masih memegang kepalanya, ia pun mulai membereskan barang-barang dalam gudang itu. Tak ada sepatah kata pun dari mereka karna memang tak ada yang tertarik untuk memulai berbicara, setelah satu jam mereka membereskan gudang tanpa ada kata akhirnya gudang itu bersih dan rapi tanpa ada sarang laba-laba. Luhan pun hendak pergi namun sebuah tangan mungil yang dipastikan milik Chorong menahannya, Luhan pun melihat Chorong dengan alis yang diangkat sebelah.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu" Ucap Chorong, Luhan pun mengangguk dan membalikkan badannya siap mendengarkan apa yang gadis ini ingin katakan padanya, sementara Chorong pun menghela nafasnya malas.

"Luhan, aku ingin bertemu denganmu kemarin karna aku menyukaimu, maukah kau menjadi kekasihku?" Ucapan Chorong berhasil membuat Luhan membelalakkan matanya, entah apa yang dipikirkan gadis didepannya tiba-tiba menyatakan sebuah pengakuan, padahal mereka baru saja bertengkar. Namun tidak dengan Chorong ia hanya menyeringai kecil seraya menggumamkan kata 'done' yang membuat Luhan tambah mengerutkan dahinya.

"Anggap saja aku tak mengatakan apa-apa barusan" Chorong pun berjalan santai kearah pojok ruangan dan mengambil benda persegi yang merupakan sebuah posel, gadis itu memang sengaja meletakkan benda itu disana dan merekam pengakuan yang ia katakan pada Luhan.

"Apa maksudmu eoh??" Sementara itu, Luhan masih hanya melongo dan menatap Chorong dengan kerutan didahinya. Melihat itu Chorong pun menyeringai.

"Baiklah tuan Xi, sepertinya kau sudah salah paham dengan yang kukatakan tadi, tapi aku sama sekali tak tertarik padamu. Oiya lupakan semua yang kukatakan karna itu semua hanya sebuah tantangan yang diberikan oleh temanku, jadi itu tak ada artinya.." Ucap gadis itu seraya memasukkan ponselnya kedalam saku jasnya dan pergi meninggalkan Luhan. Namun baru dua langkah Chorong pergi, sebuah tangan besar menahannya. Chorong pun membalikkan badanya dan menatap malas Luhan.

"Apa la.."

Bukkk

Belum selesai Chorong berkata, Luhan sudah menarik tangan Chorong dan menyudutkan ke dinding gudang, tangan pria itu memegang kedua bahu Chorong mengunci pergerakan gadis itu. Sementara Chorong hanya meringis karna punggungnya membentur dinding gudang dengan cukup keras, Chorong pun menatap Luhan kesal.

"Apa yang kau lakukan hah?" Chorong mencoba melepaskan kedua tangan Luhan dibahunya namun hal itu membuat pria itu mengeratkan pegangannya. Luhan pun menatap Chorong seraya menyeringai.

"Bagaimana kau menyuruhku untuk melupakan yang terjadi tadi? Mengingat jika musuhku sudah takluk padaku dan menyatakan perasaannya" Luhan tak menghilang seringaiannya, Chorong hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan pria Beijing didepannya.

"Baiklah, tuan Xi yang terhormat.. bukankah sudah kubilang jika semuanya hanya kebohongan, jadi lupakan semua fantasi gilamu itu.." Ucap Chorong sinis seraya mendorong tubuh Luhan, namun sia-sia Luhan malah menahan tangannya dengan seringaian yang masih terhias diwajah pria itu.

"Begitu..." Jawab Luhan singkat, namun dirinya masih tetap menahan tubuh mungil Chorong dan masih menatap Chorong yang membuat gadis itu menghela nafasnya malas. Sikap Luhan hari ini sangat membuatnya kesal, oh.. apakah pria itu tak tau jika gadis ini sedang tak mood untuk bercanda. Namun tanpa disadari oleh Chorong, Luhan tiba-tiba memajukan wajahnya hingga jarak antara keduanya hanya tinggal beberapa senti saja.

"A..apa yang kau lakukan eoh?" Ucap Chorong sedikit shock dengan apa yang dilakukan pria didepannya ini, Luhan pun semakin menyeringai setelah melihat perubahan raut wajah Chorong.

"Karna kau sudah menyatakan perasaanmu, berarti sekarang kau adalah milikku" Ucapan Luhan langsung membuat Chorong mengerjabkan matanya, otaknya masih berpikir mencerna ucapan Luhan barusan. Sementara Chorong masih shock dengan ucapannya Luhan mendekatkan lagi wajahnya dan berbisik ditelinga Chorong.

"Bagaimana kalau aku menciummu sekarang?"

Chorong bungkam. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak dua kali lebih cepat. Ia masih sulit mencerna dan menerjemahkan kondisi macam apa yang sedang ia alami saat ini.

"Ekspresimu kenapa begitu?" ledek Luhan tiba-tiba, saat tidak mendapati respon apa pun dari Chorong. Sedetik, dua detik, hingga tiga detik, Chorong sadar. Gadis itu lantas mendorong Luhan, dan Luhan hampir terjungkal. Bersyukurlah atas keseimbangannya.

"Lelaki bodoh!" umpat Chorong dengan kesal. Ia lantas membalikkan badannya, dan berupaya menjauhi Luhan dengan melangkah pergi.

One Incoming CallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang