IV

28 5 0
                                    

"Mama...mama...."

Seorang anak perempuan berlari dengan kaki kecilnya menghampiri seorang wanita. Beberapa gadis muda mengikuti anak perempuan itu dengan wajah cemas.

Saat wanita itu melihat anak perempuan itu, dia langsung melebarkan kedua tangannya. Anak perempuan itu tersenyum lebar lalu melemparkan diri ke dalam wanita itu. Wanita itu memeluk anak perempuan itu erat-erat.

"Mama..."

Wanita itu melonggarkan pelukannya tapi tidak melepaskan pelukannya.

"Lyra sayang... bagaimana kabarmu, sayang?"

"Baik. Apakah mama akan pergi lagi?"tanya Lyra dengan wajah sedih.

Wanita itu mencium kedua pipi Lyra pelan. Matanya terlihat sedih. Akan tetapi untuk menghibur anak-anaknya, dia tersenyum. Seorang remaja laki-laki dan anak laki-laki masuk bersamaan. Saat melihat wanita itu, anak laki-laki itu langsung berlari dan memeluknya.

"Mama!"

"Halo, Reg."ucapnya sambil membalas pelukan anak laki-laki itu.

"Kak Reg, sakit."rintih Lyra yang terjepit antara pelukan wanita itu dan Reg.

"Regulus..."ucap remaja laki-laki itu.

Reg pun melepaskan pelukannya. Lyra juga mengikuti tindakannya. Kemudian wanita itu berjalan menghampiri remaja itu dan memeluknya. Awalnya remaja itu tidak membalas pelukannya. Saat pelukan semakin erat, akhirnya remaja itu membalasnya.

"Mama, apakah kamu harus pergi?"

Wanita itu melepaskan pelukannya dan menatap wajah putra tertuanya.

"Sirius... mama harus pergi. Tapi tenang saja, mama pasti akan segera kembali lalu kita semua akan merayakan upacara kedewasaanmu, Sirius. Ah.... putra kecil mama..."

Wajah Sirius memerah karena malu.

"Mama... Sebentar lagi saya akan menjadi dewasa, jangan memanggilku putra kecilmu lagi."

"Tapi, kak Sirius, kakak juga memanggil mama dengan 'mama'."ucap Lyra dengan polos.

Orang-orang di sekitar mereka menahan tawa mereka. Wajah Sirius semakin memerah.

"Baiklah. Sudah cukup kalian bersenang-senangnya."ucap seorang pemuda dingin.

Suasana langsung menjadi dingin dan muram. Wanita itu memandang tajam pemuda itu.

"Kalau kamu seperti ini terus, kamu akan melajang sampai tua, Lan."

Mendengar ucapan wanita itu, wajah Lan memerah.

"Kak Nia..."ucap Lan agak lantang.

Saat tersadar bahwa dia telah bersikap tidak sopan, Lan langsung terbatuk. "Yang mulia Ratu Alania, sebaiknya anda segera bersiap-siap."

Alania Marhone, ratu kerajaan Lamronba. Segera menggenakan pakaian tempurnya dan pergi berperang. Perang terakhir dengan kerajaan Dwizar.

Akan tetapi tidak ada yang menyangka bahwa sang ratu, yang terkuat di antara yang terkuat, kehilangan nyawanya di perang terakhir itu. Kerajaan Lamronba bersedih selama berbulan-bulan. Kehilangan ratu tersayang mereka. Sang ratu meninggalkan tiga orang anak. Pangeran pertama, Sirius Marhone berumur empat belas tahun saat itu. Pangeran kedua, Regulus Marhone berumur sepuluh tahun saat itu dan putri satu-satunya, Lyra Marhone yang berumur tujuh tahun.

Tepat sebelum ratu Alania menghembuskan napas terakhirnya, sang ratu meninggalkan beberapa pesan terakhir. Beginilah pesannya di hadapan para jenderal yang ikut berperang dengannya.

Till The ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang