VII

18 2 0
                                    

"Mengapa aku bisa terjebak di sini bersamamu?"gumam Rufus kesal.

"Karena kamu tidak mau mendengarkanku. Bukankah ini salahmu juga sehingga kita terjebak di sini?"balas Lyra sambil tersenyum. Kebalikan dari Rufus.

Rufus menatap tajam Lyra. Begitu juga Lyra membalas tatapan Rufus masih sambil tersenyum. Karena tidak tahan melihat senyuman Lyra itu, Rufus membuang mukanya.

"Kenapa aku harus terjebak bersama gadis abnormal seperti dirimu?"tambah Rufus.

Lyra hanya tersenyum saat mendengar ucapan marah Rufus. Dia sudah terbiasa dengan cara bicara Rufus yang selalu kasar terhadapnya.

Rufus hanya mendengus melihat senyuman Lyra. Lyra pun menghembuskan napasnya, menenangkan dirinya sambil menatap ke atas.

'Mengapa ini terjadi pada diriku?'

Beberapa saat yang lalu...

Lyra berjalan menyusuri beberapa tenda setelah meninggalkan Ella dan pengawalnya. Masih dengan jubah dan tudungnya, dia mengelilingi pasar. Dengan semangat, Lyra nengamati barang-barang dipajang meskipun dia tidak dapat membelinya karena koin yang dimilikinya terbatas. Ellen yang memegang semua koinnya.

Langit telah menunjukkan bahwa waktu malam akan segera tiba. Matahari mulai jatuh ke barat. Bunyi aneh terdengar dari perut Lyra. Lyra langsung melirik ke sana ke mari, memastikan tidak ada yang mendengar suara aneh itu.

"Ah... lapar sekali. Di mana saya bisa makan malam ya?"

Lyra berjalan kembali, menyusuri keramaian. Bunyi perutnya meneriakinya, meminta untuk diisi. Lyra berjalan sampai tiba di sebuah bangunan. Di depan bangunan itu tertulis 'Middle Dinner'. Melihat tulisan itu, dengan semangat Lyra memasuki bangunan itu.

Di dalam bangunan itu, banyak sekali kerumunan orang dari berbagai ras. Beberapa ras duduk berkelompok sesuai rasnya masing-masing, tapi ada juga yang saling membaur. Seorang wanita muda segera menghampiri Lyra saat melihatnya masuk.

"Selamat datang!"ucapnya sambil tersenyum. "Apakah anda datang sendiri atau bersama kelompok?"

"Saya datang sendiri."

Wanita muda itu menganggukkan kepalanya.

"Baiklah. Tolong ikuti saya."

Wanita muda itu berjalan lebih dahulu sementara Lyra mengikutinya dari belakang. Wanita itu membawa Lyra membawanya menuju meja di sudut ruangan di lantai atas. Ruangan itu setengah ukurannya dari lantai bawah sehingga kamu dapat melihat lantai bawah dari sana. Ruangan itu juga sepi dan hanya ditempati oleh beberapa orang. Lyra segera duduk dan membuka tudungnya. Rambutnya yang hitam legam langsung terlihat dan tergerai.

"Saya yakin anda ingin tempat yang sepi."ucapnya sambil tersenyum penuh makna. "Jadi, apa yang ingin anda pesan?"

"Tolong bawakan saya yang terbaik."jawab Lyra.

"Baiklah. Mohon tunggu sebentar."

Wanita muda itu menundukkan kecil kepalanya lalu pergi. Sebelum wanita itu menjauh, Lyra memanggilnya pelan.

"Ada apa?"tanyanya lembut.

"Ehm... terima kasih."ucap Lyra malu-malu.

"Tentu saja. Senang dapat membantu anda, nona. Silahkan tunggu sebentar. Makanan anda akan segera tiba."

Beberapa saat kemudian, makanan tiba dan diantar oleh wanita muda itu lagi.

"Silahkan menikmati!"

"Terima kasih."

Saat Lyra akan memakannya, Lyra merasakan bahwa wanita itu memandangnya. Jadi, Lyra menurunkan kembali sendoknya dan meletakkannya di piringnya.

Till The ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang