Dear anonim,
apa kabar?
Masih ingat aku?Ah, pertanyaan bodoh. Tentu saja namaku ada di daftar teratas hal-hal yang tak perlu lagi diingat.
Itu membuatku sedih, sungguh.Kau tau? Penyesalan ini masih terasa.
Menghancurkan hatimu, mimpi-mimpi itu. Memutus kebersamaan kita.
Ini penyesalan terberat dalam hatiku, sungguh.Lalu kini? Kau sempurna berpaling.
Menghapus aku dari duniamu. Se-tidak-pantas itukah keberadaanku kini?
Maka biarkan aku mengemis pengampunan darimu.Dear anonim,
Jawablah aku, sekali saja. Sekali lagi.
Selanjutnya biarkan dunia melanjutkan hukumannya. Memasung hatiku pada masa lalu,pada kamu . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
#30HariMenulisKamu
RandomBukan poetry. Bukan poem. Bukan juga prosa. Apalagi diary. Hanya coretan untuk 'kamu' kamu-nya aku kamu-nya kamu kamu-nya kalian