"SUCCESS IS NOT FINAL, FAILURE IS NOT FATAL, IT IS COURAGE THAT COUNTS-Gandhi"
Ingatkah kalian ketika kalian kecil, kalian sering ditanya tentang cita-cita, ingin menjadi apakah kita saat dewasa nanti dan siapa tokoh yang membuat kita mempunyai harapan itu?
Saat kita kecil, kita mengharapkan dunia seindah surga dimana ada orang tua yang saling menyayangi, teman yang setia, pasangan yang sempurna untuk menemani kita. Dimana saat itu, kesulitan terbesar kita sebagai anak-anak hanya tugas dari sekolah dan ujian akademik.
Semakin kita besar, kita mulai menyadari dunia tidak seindah surga, dimana semua hal memiliki sisi gelap dan terang, dimana warna-warna indah dunia menyimpan bayangan yang kelam. Kita menyadari bahwa harapan tak mungkin dapat kita raih seluruhnya sebagus apapun rencana kita, dan akhirnya kita belajar untuk menjadi seorang manusia yang punya sisi pesimis dalam dirinya.
Dunia hanya memiliki tiga warna: hitam, putih dan abu-abu...
kita belajar dari setiap pengalaman yang kita punya, ketika dunia memusuhi kita apa yang dapat kita harapkan, dimana semua orang memakai perasaan egoisnya untuk membenarkan setiap tindakan itu. Mengapa hidup begitu berat, mengapa semua hal tidak pernah berjalan benar.
Ketika kepercayaan dikhianati, ketika nasib memihak pada yang kaya, ketika hukum tajam kebawah dan tumpul keatas, ketika seberusaha apapun kita keberuntungan tak jua memihak kita. Ketika takdir tidak seindah dongeng, kemana kita akan bersandar, kemanakah hati ini melangkah ketika hidup tidak memberikan kita pilihan-pilihan, kemanakah kita?
Ketika kita sudah memiliki tanggung jawab akan diri sendiri dan orang lain kita sekali lagi harus ditampar bahwa kebenaran yang didepan mata belumlah kebenaran hakiki, kesalahan yang terpampang di depan kita belumlah kesalahan absolut. Lalu ketika hitam tidak segelap yang kita kira dan putih tidak sebersih yang kita lihat dan pada akhirnya matapun berfatamorgana dan melihat begitu banyak warna abu-abu disekitar kita, bagaimana naluri dan otak mengambil bagian dalam diri kita, bagaimana kita menilai sesuatu itu benar atau salah?
Ketika hidup tak semudah cerita dongeng dimana ada pangeran atau orang baik hati yang datang menawarkan kebaikan tanpa pamrih, hidup adalah bentuk-bentuk kesulitan yang terus datang untuk mencoba sampai dimana limit kita, jika kita berpura-pura kuat maka kita akan kuat. Lalu kemanakah impian itu bermuara? Apa hanya berakhir sampai kesuksesan direngkuh ?
Ketika kita telah menjadi manusia yang mapan, mempunyai pekerjaan, mempunyai pendamping, dapat membahagiakan orang tua lalu kemanakah semua itu berakhir?
Semua terletak pada persepsi kita akan kebahagiaan yang kekal, cinta yang kekal, pengorbanan yang tak sia-sia.
Sampai kini saya pun masih mencari apa impian yang sebenarnya saya inginkan. Apakah hal itu hanya bermuara pada sesuatu yang material? Apa sesuatu yang material benar-benar membuat kita bahagia?
Mari kita tanya kepada diri kita sendiri, apa kebahagiaan yang benar-benar kita inginkan?
Mari kita belajar berharap bahwa semua hal yang baik akan berakhir baik, sedang yang buruk akan berakhir buruk. Saya selalu percaya pada karma, apa yang kita tanam akan kita tuai dikemudian hari.
Mari kita berharap bahwa kebahagiaan yang kita harap adalah yang kekal...
Mari kita bermimpi seperti kesederhanaan mimpi kita sewaktu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelas KOPI...
Non-FictionSetiap orang mempunyai keinginan dan cerita yang berbeda dalam hidup ini. Sadar atau gak ada hal sama yg menyamakan kita yaitu pelajaran hidup didalam kesulitan kepedihan. Ini ceritaku... Bagaimana ceritamu????