Chapter 12

12.6K 401 2
                                    

Syasya POV

Pagi ini aku berangkat meninggalkan jakarta ke yogyakarta, aku menarik koperku dan menuju mobilku.


"Nyonya saya antar ya ke bandara" pak Sugi supir Adrian mempersilahkanku memasuki mobil Adrian

"Ga usah pak, saya bawa mobil sendiri aja" jawabku menuju mobilku


"Masih pagi bu, nanti ibu ngantuk dijalan kan bahaya" bujuk pak Sugi yang coba meyakinkanku


"Benar juga ya pak. Yaudah ayo" aku pun menurutinya, pak Sugi mengambil koperku dan menaruhnya di bagasi belakang mobil


Sesampainya di bandara pak Sugi meninggalkanku.


'Loh pak Sugi nganterin aku, trus Adrian diantar siapa? Ah perduli banget sama dia'

gumamku dalam hati yang masih sok memperdulikan Adrian


Pagi ini aku meninggalkan rumah tanpa melihat wajah Adrian, aku takut dia akan menerkamku.



Setibanya aku di jogja, aku langsung check-in di hotel penginapan dan beristirahat sejenak karena siang ini aku akan bertemu dengan beberapa client.



Aku membersihkan badanku dan bersiap-siap bertemu client.



'Ah ternyata begitu menyenangkan pekerjaan ini. Meyakinkan orang-orang dan membuat mereka terkagum-kagum sepertinya memang ke ahlianku'

Gumamku dalam hati karena merasa puas dengan meetingku kali ini


Setelah selesai aku kembali ke hotel, ku lihat Hpku sudah banyak miscall dari Adrian karena hanya telpone Adrian saja yang tidak aku angkat.


Hpku berbunyi dan aku merasa bingung karena nama yang tertera di layar hp ku adalah "MAMA" aku sedikit panik.


'Bajingan Adrian'

Umpatku dalam hati dan langsung mengangkat panggilan itu


"Hallo sayang... besok mama sama papa kerumah kamu ya? Kangen sama kamu" tanya mama yang membuatku semakin panik


"Ma.. aku lagi kerja, nanti aku telpone balik" jawabku mencari alasan


Aku langsung menelpone Adrian


"Dri.. kurang ajar! Kamu ngapain bilang papa sama mama?! Kamu udh gila?" Suara ku marah-marah ga karuan


"Kamu dimana? Nginep dimana?" Tanya Adrian dengan nada suara serius


"Aku dijogja di hotel XXX. Dri aku serius ya, terserah deh mau kamu apa?"


Aku mematikan sambungan telpone dan mencak-mencak sendirian.

Mumpung sedang liburan, aku pun merileks kan badanku di spa hotel dan mencoba membuang stress yang ada di otakku.


Tidak terasa sudah hampir malam, aku kembali ke kamar untuk beristirahat. Aku sibuk bertelpon-an dengan Alesio sampai akhirnya pintu kamarku diketuk.


"Dear.. nanti aku telpone lagi" aku mematikan telpone dan menuju pintu kamar hotel


Aku lihat sesosok pria yang tak asing dan sangat amat menyebalkan di mataku, dia adalah Adrian si bajingan tengik itu.

"Dri.. ngapain kamu disni?" Aku kaget karena Adrian berada disini, di jogja di hotel XXX menemuiku

Adrian tanpa permisi memasuki kamar dan menuju kamar mandi, pakaiannya masih menggunakan pakaian kerja. Sepertinya dia sangat terburu-buru karena tidak membawa tas.


Aku hanya terduduk di ranjang dan menunggu Adrian keluar dari kamar mandi.


"Kamu bawa kaos?" Tanya Adrian padaku yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya


Aku berjalan menuju lemari dan ku berikan kaos ku padanya.


"Kalau celana pendek?" Tanya nya yang masih mengenakan handuk


Aku menggelengkan kepala karena celana ku hanya untuk wanita, Adrian menelpon layanan kamar dan memesan beberapa celana pendek. Oh my God! Dia memang sangat keterlaluan, sesuka hati dan sangat mengesalkan tapi anehnya aku selalu tunduk di buatnya.



"Kita makan di bawah, cepat tuker pakaianmu" perintah Adrian padaku, aku memang mengenakan baju tidurku dan sekarang pun aku menuruti perintahnya untuk mengganti baju ku dan ikut dengannya makan malam


Ahhh.. aku sudah tersihir oleh bujuk rayunya, aku mengganti pakaianku mungkin karena kita sudah beberapa kali bercinta, aku tidak canggung melepas bajuku di depan Adrian dan sebaliknya pun begitu.


Aku memesan makanan ku dan memesan wine. Adrian masih sibuk membolak-balikan menu, setelah makanan datang aku merasa aneh. Jujur saja seluruh menu makanan tertulis dengan menggunakan bahasa jawa dan aku tidak mengerti, aku hanya bertanya pada pelayan makanan favorite dan memesannya.

Wajahku berubah menjadi merah ketika melihat makananku, Adrian menatapku dan mengetahui maksudku.


"Dasar ceroboh" suara Adrian mengumpat dan menukar piringku dengan piringnya


Aku mengerucutkan bibirku, lalu menarik piring yang diberikan Adrian. Aku memakan pesanan Adrian dan Adrian memakan pesananku, dia terlihat biasa saja saat memakan makanan itu, aku melihatnya pun sudah jijik karena memang bentuknya yang sangat tidak membuatku berselera.



Hpku berdering...

"Hallo sayangg... katanya mau telpone mama? Mama tungguin loh" suara mama kecewa


"Maaf ma aku lupa" suaraku tenang karena Adrian berada bersamaku


"Mama besok ke rumah kamu ya?" mama mengulang pertanyaannya


"Ma.. sebenernya aku lagi di jogja." Jawabku jujur pada mama


"Loh kamu kejogja sama siapa sayang?" Tanya mama sedikit kaget, sepertinya mama tidak tau kalau aku ke jogja



"Sama Adrian" jawabku santai dan menatap ke arah Adrian


"Sayang.. Mama mau ngomng sama Adrian" mama mencoba mengkonfirmasi pernyataanku pada Adrian


"Hallo.. malam ma" suara Adrian sangat sopan pada mama


"Hallo dri.. kalian ke jogja? Kok ga bilang sama mama-papa?" Suara mama khawatir


"Maaf ma, aku pun dadakan soalnya mau kasih surprise ke syasya 1st anniversary pernikahan kita sekalian honeymoon" perkataan Adrian meluncur begitu saja dengan cepat dan membuatku berfikir



Bahkan aku pun tidak tau jika hari ini adalah 1 tahun pernikahan kami, aku hanya memperhatikan Adrian yang masih berbicara dengan mama. Ku lihat jari Adrian terselip cincin pernikahan kami, aku melihat jari ku yang memang polos. Semenjak kejadian pertengkaran ku dengan Alesio karena aku memakai cincin tunanganku dengan Adrian di depan Alesio aku tidak pernah mengenakan cincin itu lagi dan aku memutuskan untuk tidak memakai cincin pemberian Alesio maupun Adrian.



Aku mengusapkan tanganku dan mengajak Adrian untuk kembali ke kamar hotel, aku menarik selimut dan masih memikirkan perkataan Adrian. Sebenarnya apa yang ada di otak Adrian? Aku sangat bingung karena kadang dia terlihat sangat romantis dan terkadang dia terlihat menakutkan.



Aku menatap wajah Adrian yang mulai memejamkan matanya, melihat kepalanya dan mencoba menerka-nerka isi kepalanya. Tiba-tiba terbersit wajah Angelo dan sontak saja membuatku kesal, aku membalikkan badanku membelakangi wajah Adrian.




Tangan Adrian menarik tubuhku yang memang agak menjauh dari tubuhnya, aku hanya terdiam karena begitu lemas badanku untuk melawannya, kini seluruh tubuhku amblas di pelukan Adrian. Kami pun tertidur dengan nyenyak.

Sorry My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang