Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kasar dan kurang baku.
-------------------------------------------------------------
Laju motor besar itu kini terhenti dilapangan parkir sebuah sekolah SMA bernama Cendekia Dewata. Dua orang yang masih berada diatas motor tersebut bukannya turun malah sibuk adu mulut satu sama lain.
"Turun elah, Dek. Udah sampe nih," titah Sam pada adiknya.
Adiknya tetap dengan pendirian tidak ingin turun dengan wajah yang kusutnya.
"Turun sekarang!"
Adiknya tetap menggeleng.
"Turun atau gue jungkir balikkin nih motor?"
Mau tidak mau gadis itu menuruti kemauan Kakaknya.
"Iya bawel lo ah," ujarnya seraya menuruni motor dan merapikan roknya.Disusul Sam yang langsung menggandeng tangan adiknya untuk segera menuju ruang TU, agar memudahkan adiknya untuk mengetahui ruang kelasnya yang baru.
"Senyum napa, cemberut mulu jelek lo." Ucap Sam yang melihat adiknya sedari tadi berangkat ke sekolah mulai berubah air mukanya.
"Bodo amat!" Ketusnya.
Karena mereka datang sangat pagi ke sekolah, jadi belum banyak siswa dan siswi yang datang ke sekolah.
Sesampainya mereka didepan ruang TU, Sam menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah adiknya.
"Senyum." Titah Sam.
"Ogah, ntar gue disangka gila kalo senyum mulu." Masih dengan wajah ketusnya.
Sam mengusap wajahnya dan menghela nafasnya, "Punya adek gini amat ya? Nih bego nya keterlaluan, Ya jangan senyum mulu lah. Minimal muka lo tuh ada lembut-lembutnya gitu."
"Iya."
Dan mereka memasuki ruang TU bersama-sama. Disambut oleh Bu Tuti, guru TU yang memang sudah mengenal Sam. Sebetulnya bukan hanya Bu Tuti, melainkan semua guru disekolah ini pun mengenal Sam. Siswa pintar nan teladan dengan nilai tambah diwajahnya yang rupawan.
"Assalamualaikum, Bu." Salam sam yang langsung menyalimi tangan Bu Tuti.
Bu Tuti langsung merespon Sam dengan penuh senyum, "Wa'alaikumussalam, Sam. Ada apa pagi-pagi kesini?"
"Gini, Bu. Ini adik saya yang kemarin saya daftarin, mau lihat dia dapat dikelas apa?"
"Ooh, adik kamu? Sebentar ya." Ujar Bu Tuti seraya pergi ke lemari yang penuh dengan map-map yang berjejer rapi. Diambilnya salah satu map, dan dibacanya dengan cermat.
"Stephanie Annastasya Reynald, betul?" Tanya Bu tuti memastikan setelah dibacanya nama gadis itu dimap.
Sam menganggukan kepalanya, "Betul, Bu."
"Dia di kelas, XI IPA 2."
"Baik Bu, terima kasih. Saya permisi dulu," pamit Sam pada Bu Tuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Real Life
AcakBenar apa kata syair sebuah lagu, bahwa kehidupan ini hanyalah panggung sandiwara. Kehidupan yang sebenarnya penuh dengan perjuangan, baik cinta dan air mata. Sudah seharusnya kita bersikap biasa dengan senang dan sedih, dengan rindu dan benci, den...