3.

3.2K 204 7
                                    

" Who are you? ", tanya gue sekali lagi pada pria yang masih didepan gue ini.

Pria itu hanya cengengesan, apa maksudnya. " Maaf! Kue tadi itu beracun, " ucapnya dan gue terpaku melihat kue didepan gue ini beracun.

" Kamu siapa ?, " tanya gue karna ia bisa berbahasa. Gue berusaha nahan emosi. Apa apaan? Ada yang mau ngeracun gue?

Gue berdiri dan mengedarkan pandangan gue keseluruh pelosok cafe ini. Tapi, gue menjatuhkan tatapan gue pada pria tadi dan menatapnya lekat lekat.

" Kenapa kamu tidak menjawab? Siapa kamu?, " gue ulangi pertanyaan itu. Pandangan seluruh pengunjung cafe dan pelayan sudah kembali normal.

Pria itu menarik gue keluar hingga gue hampir jatoh. Nih orang seenaknya aja. " Apaansih".

Gue melepaskan pegangan tangannya saat kami sudah diluar cafe dan gue membetulkan penampilan gue.

" Maaf, Aku hanya ingin menolong. ", ucap pria itu dengan merasa bersalah. Apa perduli gue.

Menolong? Ck. Gue tidak menghiraukannya, gue pergi begitu saja dan berjalan menjauh darinya. Gue merasakan ada yang mengikuti, gue menghentikan langkah kaki dan berbalik. Yang benar saja? Pria itu mengikuti gue? Mau apa dia.

Gue memicingkan mata dan dia melihat gue dengan heran, " Lo ngapain nguntit gue? Upss!. " pria itu bingung dan gue mengulang perkataan gue, " hmm.. Gue ulang, kamu mau ngapain ngikutin aku? ".

Alisnya bertaut dan menampilkan wajah herannya, " Aku tidak mengikuti mu. Aku berjalan kearah tujuan ku. " what? Demi apa ini? Yaampun malu gue.

Gue berjalan melewatinya dan berjalan terus kedepan, " gue malu anjrr.. ". Gak terasa gue udah didepan bangunan yang bertingkat puluhan. Apart, yang gue mau pulang.

Sekarang gue udah duduk dengan kesel karna pagi gue menjadi pagi yang buruk. Grr.. What? Gue belum bayar...

Gue berdiri hendak pergi dan suara bel apart gue bunyi. Siapa? Gak pernah ada yang datang kesini.

°°°°°
Casen POV

Cuit cuit....

Suara burung terdengar jelas, yah gue ada dihalaman belakang rumah dan sedang menyirami tanaman dengaaaaaaan bahagia. Yah mood gue sedang bahagia.

Gue berharap Cesen nelfon dan gue akan ceritain kejadian yang membuat gue bahagia. Dia aih gak pernah mau cerita.

Tring... Tring...

Siapa? Gue meletakkan alat penyiram dilantai, gue berjalan kearah kursi meja didekat taman. Gue mengambil handphone gue dan melihat siapa yang nelfon. Cesen?

Gue menekan tombol hijau dan meletakkan ke kuping.

" Hallo Ces! Tum...," ucapan gue terputus karna suara pria yang ada disebrang sana bukan Cesen.
" Aku ingin kamu datang dan menyelamatkan adik mu ini. Atau... "

" Atau apa?, " jawab gue cepat.

" Kamu penasaran sekali, atau.. Aku akan membunuh adikmu. "

Tuuuuttt....

Sambungan telfon putus, gue dengan perasaan racau. Mood gue tiba tiba ngedown. " Apa lagi ?" ucap gue lirih dan sesaat amarah gue meluap.

" Ini enggak bisa dibiarin.. Gue harus cari informasi "









Hai readers and siders. Maafin aku yah, tadi beneran ada urusan makanya aku baru publish.

Chapter ini emang pendek, sengaja banget. Tapi chapter selanjutnya bakaaaal panjang deh.. Hehe biar penasaran.

26 April 2016
Selasa

Casen And CesenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang