10. finally

3.2K 139 31
                                    

Author POV

Tak ada tangisan, hanya ada tatapan pilu.

Pertemuan pertama, pertemuan terakhir.

Kenangan hanya bisa dikenang, bukan diingat.

Darah yang mengalir deras dan terhenti tak menyisakan apapun yang bergerak.

Tangisan pecah dan terhentu tak terdengar sedikitpun tetesan air mata.

***-***

Dibatu nisan itu terukir nama yang bisa membuat Casen setiap melihatnya akan menumpahkan air mata. Tiap tetes air mata itu adalah bagian bagian dendam yang tersusun serta kebencian.

Dibatu nisan itu terukir nama salah satu dari kembaran yang dilahirkan oleh Clara kedunia yang mampu membuat air mata keluar dari mata lusuhnya itu dan setiap alirannya akan membuat jiwa membaranya muncul sedikit demi sedikit.

Dibatu nisan itu terukir nama yang mampu membuat John menangis terseguk seguk dan membuat perasaan sayang yang sangat dalam berubah menjadi perasaan untuk membunuh seseorang yang sangat dalam.

Pemakaman Cesen sudah sepi, Keluarganya juga sudah mengunjungi pemakamannya satu persatu dan keluarga mereka berkumpul di apart Cesen.

Mereka saling membagi memori memori yang pernah merekam apa yang mereka lakukan bersama Cesen dengan diiringi buliran buliran air mata.

Apakah Casen akan berdiam diri dan akan terus terperangkap bersamaan dengan perasaanya.

•••••

12 tahun kemudian......

.
.
.
.
.
.
.
.

"Ma? Where are you!?," Panggil Casen dengan tangan menggandeng seorang pria gagah dan tampan disampingnya.

Keluar wanita paru baya, Clara, dari kamarnya. Terlihat Casen melepaskan tautan tangannya pada pria yang dibawanya dan berlari lalu memeluk mamanya dengan perasaan senang.

"Who are you?," tanya Clara dengan kerutan di keningnya. Casen melepaskan pelukkannya lalu berkacak pinggang didepan Clara sambil tersenyum. "Me? I'm Cesen," ujarnya dengan santai.

Kerutan dikening Clara berpindah ke pipi dan di bawah matanya. Clara lalu memeluk Casen dengan bahagia. "I miss you so bad, my little kid!" Casen tersenyum pilu.

"Ah!," Casen melepas pelukkannya dan menepuk keningnya, "Aku lupa, Ma! Ia suamiku." Casen menarik pria yang dibawanya tadi kehadapan Clara. Clara sedikit bingung, dan berubah menjadi bahagia.

"Dia... sangat tampan, dan kau sangat cantik. Kalian berdua sangat cocok, " ujar Clara sembari memegang wajah mereka bergantian. Suami Casen hanya tersenyum hangat kepada Clara.

Mereka pun berbincang bincang dengan sangat senang, mereka tertawa bersama sama dan makan malam dengan tenang.

"Ma, Aku dan Cesen akan pulang. Ini sudah larut malam, mama tidurlah dan mimpi yang indah," ucap suami Casen dengan senyuman hangat diberikan kepada Clara dan dibalasnya.

"Iya ma, aku pulang dulu ya? " Clara mengangguk dan mengelus kepala putrinya itu dengan lembut.
Mobil putih itu menjauhi pekarangan rumah Clara dan melaju di jalanan raya. Malam sudah larut pada kesunyiannya sendiri.

"Maaf yah, mama sedikit pikun padahal aku sudah kesana tiap 2minggu sekali dan tidak ada perubahan. " Mata Casen menatap kejalan yang sepi. "Tidak apa apa, lagipula kan kamu sudah berusaha meyakinkannya akan anaknya yang sudah tiada dan kembarannya yang satu lagi juga sudah tiada, " suami Casen mengelusnya pipinya dengan lembut sembari menatap kejalanan yang didepan.

"Dia sudah kuanggap seperti mama kandungku, karna dia sangat baik kepadaku," ujar Casen sambil menatap suaminya itu. "Apa kamu ingat, saat pertunangan kita? ," tanya Casen pada suaminya dan hanya dijawab gumaman saja. "Waktu itu kamu sangat kaget dan... Hahah kamu sangat ketakutan..., " tawa pecah memenuhi kesunyian mereka berdua.

Suami Casen hanya tertawa garing, "Ya, aku kaget sekaligus takut. Ia ingin membunuhku. Hahha... "

Mereka tertawa bersama sama dan hening seketika, "Kamu ingat kata katanya?" suami Casen hanya menggeleng. "kau akan kubunuh, karna kau telah membunuh kedua anakku, bukan, kau membunuh anak ku dan anakku yang lainnya bunuh diri. Kau akan menyesal suatu saat nanti " setelah kata kata itu keluar dari mulut Casen, hening menyelimuti mereka hingga tiba dirumahnya.

Casen turun dari mobil dan berjalan keberanda rumah lalu menekan bel. Tak berapa lama, pintu terbuka dan keluarlah kedua anak Casen memelukknya. Casen tersenyum simpul. "Apa ayahmu ini tidak kalian peluk? " tanya suami Casen dibelakangnya dan kedua anaknya pun melepaskan pelukkan dari Casen dan beralih dipelukkan sang ayah.

"Ayah, aku dan Lidya menonton film Mafia. Wow, mereka sangat keren," ujar salah satu anak mereka dan disambung anak yang bernama Lidya. "Ya ayah, Bu, aku ingin menjadi Mafia seperti di tv itu, dor dor mati!, " seru Lidya sembari memeragakan tembak tembakan bersama saudaranya dan berlari lari masuk kerumah.

Casen tersenyum penuh harap, sedangkan sang suami hanya menegang ditempat entah apa yang di pikirkannya.

"Kamu kenapa?, " tanya Casen pada sang suami sembari mencari cari sesuatu di dalam laci meja. "Tidak, aku tidak apa apa".

°°°°°
"Ma?, " panggil Lidya dengan penuh tanya diwajahnya. "Apa sayang?, " tanya Casen sembari mengalihkan wajahnya dari layar tv menghadap wajah anak yang ada disampingnya itu. Lidya hanya menyengir dan berdehem sekilas melihat saudaranya yang menatap layar tv dengan serius, "Kenapa aku tidak memiliki kembaran perempuan saja ma, kenapa harus pria?" pertanyaan itu keluar dari Lidya dengan polosnya membuat Casen hendak tertawa.

" Apa kau tidak suka?, " tanya Casen pada Lidya bukannya menjawab. " Aku sangat suka, tapi lebih suka punya kembaran perempuan ma, " jawabnya sambil tersenyum. Casen tersenyum hangat dan mengalihkan pandangannya kepada anak lelakinya itu yang duduk di lantai.

" Dyo?, " panggilnya yang langsung ditatap oleh Dyo dengan tatapan tanya. "Apa ma?, " ucapnya sembari naik kesofa dan duduk disamping Lidya. "Kalian enggak mirip, tapi kenapa kalian menganggap diri kalian kembar?." pertanyaan itu membuat Lidya dan Dyo bingung lalu saling bertatapan.
Ya, mereka tidak mirip karna Lidya berambut pirang sedangkan Dyo berambut hitam, wajah mereka juga beda 99,99% .

Casen terkekeh melihat kelakuan anaknya itu. "Ma, tapi kata ayah kami berdua kembar, " ujar Dyo sembari menyandarkan tubuhnya kepenyangga sofa. "Yaa yaudah, hehe kalian kembar tapi gak mirip!," bersikeras Casen dan dihadiahi rengekan Lidya. "Lucunya anak mama, " Casen memeluk mereka berdua.

" Eh, kalian main peluk pelukkan nih, " ucap seseorang dan Casen menatapnya senang. "eh suami kesayangan udah pulang" Casen berdiri dan berjalan kearah sang suami lalu memeluknya diikuti kedua anak mereka.

Casen melepaskan pelelukkannya dan kedua anak mereka melakukan hal yang sama. "Lucunya anak ayah, " ujar sang ayah dengan senyuman hangat.

" Suamiku, kerjaannya udah selesai? Inikan lebih awal dari jam pulang kamu, " tanya Casen dan melihat jam didinding sekilas.

" Iya nih, ayah kok awal sih?, " tanya Lidya dan Dyo pun menatap ayahnya dengan penuh harap. Sang ayah pun mensejajarkan tinggi kedua anaknya itu. "Ayah kan pekerja hebat, jadi ayah boleh pulang awal " jawaban itu membuat kedua anaknya pun berdiri tegap.

" Beri hormat!! ," suara lantang itu,Dyo. Membuat sang mama dan Lidya memberi hormat kepada kepala keluarga. "Selamat kepada Mr. Albert yang pulang awal karna kerja yang hebat dan Terimakasih kepada Mrs. Liliana yang telah memasakkan kami makanan yang lezat dan selamat atas ulang tahun pernikahan yang ke 10 tahun "

" selamat, atas permainan yang mulus ini " senyuman penuh makna dibaliknya. Casen tersenyum layaknya orang bahagia.


Wew wew wew finally atas jasa Casen dan Cesen yang gaje dan absurd. Dan welcome to cerita Casen yang akan membalaskan dendam atas kematian Cesen dan wew wew mamanya.

Oke tunggu chapter selanjutnya...

TOLONG SARAN DAN KRITIKNYA YAH, ITU AKAN MEMBANTU CERITA INI. BACA *

Jum'at 17 juni 2016

Casen And CesenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang