9.

2.6K 139 7
                                    

*Disarankan baca episode 2, jika tidak paham.

Dia tersenyum, dia sangat menginginkannya. " Apa benar ?," tanya nya dengan nada menggoda sambil memegang pipi gue, gue kegelian manja dan hanya menjawab dengan anggukan manja. Dia tersenyum nakal, gue tersenyum manis dan dibaliknya menyeringai.

" Ya, " jawab gue dengan malu. Dia menarik tubuh gue dan sekarang gue diatas tubuhnya. Gue tersenyum nakal. Dia menarik tengkuk gue dan gue berusaha mengambil pistol yang ada dipaha.

Saat dia lengah sembari mencium aroma gue gue langsung beranjak dan memasukkan ujung pistol ke mulutnya. " Apa lo suka? Sebelum lo mati, dimana bos lo!?, " tatap gue tajam dan yang gue tatap hanya keringat dingin, tentu, nyawa dia ada di tangan gue.

" Albert?, " tanyanya, siapa Albert? Apa itu bosnya?. " Dimana dia?, " tanya gue dengan cukup sabar.

" LA,.... "

DORR!!!

" LA?!,"

Gue tersenyum lalu pergi begitu saja menyisakan darah yang muncrat kemana mana.

°°°°°
Read chapter 3
Cesen

Sekarang gue udah duduk dengan kesel karna pagi gue menjadi pagi yang buruk. Grr.. What? Gue belum bayar...

Gue berdiri hendak pergi dan suara bel apart gue bunyi. Siapa? Gak pernah ada yang datang kesini.

Gue berjalan mendekati pintu dan membukanya, dengan waktu yang sama sebuah pistol menodong kearah wajah gue. Siapa? Gue memiringkan kepala dan melihat pria yang tadi bikin gue kesel. "Lo? "

Dia menyeringai dan menarik pelatuk pistol itu, " ikut dengan ku atau kau mati!, " ancamnya dan gue hanya mendengus geli. " fuck you!, " ucap gue dan menendang serta mengambil pistolnya. Gue menodong balik kearahnya. " jangan macam macam, boy!!, " gue hendak menembaknya tapi apa daya, sesuatu telah menancap dilengan kiri gue dan gue jatuh seketika.

" bi. .. bius?, " gue melihat bius menancap dilengan kiri gue dan gue menatap pria itu sedikit buram dan badan gue serasa diangkat.

•••••
Casen
Tuuuuttt....

Sambungan telfon putus, gue dengan perasaan racau. Mood gue tiba tiba ngedown. " Apa lagi ?" ucap gue lirih dan sesaat amarah gue meluap.

" Ini enggak bisa dibiarin.. Gue harus cari informasi "

Kebetulan hari ini gue ke LA jd gue gak perlu lama lama menunggu. Gue bergegas pergi ke bandara sembari menghubungi orang yang mencari informasi. Gue berlari memasuki jet pribadi gue dan berangkat.

" apa yang terjadi?, " tanya gue ke orang yang ada disbrang telfon.

" Cesen .... Bla bla bla... "

" Baiklah, pantau terus "

" Oke.. Bla bla.. "

-skip-

Gue mempersiapkan peralatan dan ghe turun dari taxi yang berhenti di sebrang gedung yang tertarget.

Gue melangkahkan kaki dan gue berhenti saat melihat seseorang yang tak asing lagi. " Louis?, " gumam gue dan tersenyum melihatnya keluar dari gedung da gue bergegas menuju gedung itu.

Louis? Dia adalah mantan kekasih gue saat beberapa tahun lalu. Sebenarnya gue sangat mencintainya, tapi hubungan itu harus pupus saat mengetahui Louis menduakannya. Hubungan itu tak akan ada baiknya jika diteruskan.

Gue berjalan penuh yakin memasuki gedung pencakar langit itu.

•••••

Gue terdiam seketika melihat Cesen tersenyum kearah gue. Bagaimana ia bisa tersenyum? Darah yang banyak mengalir keluar dari perutnya, dari dadanya dan kurasa itu banyak sekali tembakan yang lepas kearahnya. Gue melemah melihatnya.

" Ayo kesini, kak!?, " mata gue membulat saat kata ajakan itu keluar dari mulutnya. Mama menangis sesegukan disamping Cesen sedangkan john tak sadarkan diri. Semua orang tidak mau membantu adik gue.

Dimana Albert? Gue ingin mencabik cabiknya lalu mengeluarkan semua organ nya lalu gue akan memakannya dengan lahap.

Gue berdiri dan mendekatinya dengan sedikit ragu. " Dek?, " menyebutnya saja seperti menelan paku paku yang tajam dan sesaat itu buliran mengalir dari mata ini. Melihat bibir yang terangkat pucat, bukan, semuanya tampak pucat.

Gue dengan ragu ingin menggapai wajahnya dan gue menatap kedokter da suster yang menggeleng seakan mereka bilang 'tak ada harapan' . Gue kembali menatap Cesen dan menghapus air mata gue dan menangkup wajahnya yang sangat dingin.

" Apa.. yang.. lo rasain, dek?, " rasa sesak didada ini menjolak ingin keluar dan air mata gue menderas. " Gak ada rasa..... apapun, " ucapnya sedikit tak kedengaran. Gue duduk dikursi disamping bangkar dan menggenggam tangannya yang pucat dan dingin, gue mencium nya.

" Lelah, sa... ngat lelah, " ujarnya dengan lemah. Gue enggak bisa bicara karna rasa sesak ini begitu menghimpit. Gue cuma ngegeleng gelengkan kan kepala bersamaan air mata yang jatuh denga deras.

" Ma... af kak, maaf... Ma? Maaf se.. mua..... ," gue tertegun melihat adik gue yang telah menghembuskan nafas terakhirnya dengan aliran darah yang keluar dari sela sela bibirnya. Gue menangis dalam diam mengeluarkan semua sesak didada ini.

" gu.. gue gak.... Ak.. an maafin... semua... ," gue meletakkan kedua tangan Cesen diatas perutnya yang sudah sedikit hancur dan dadanya. Gue menatap mama yang hampir kehilangan kesadarannya dan memeluknya dengan penuh kerinduan.

" Semuanya akan gue bongkar, " gumam gue dipelukkan mama yang terasa tubuhnya tergoncang.

•••••
Cesen POV

Semuanya berakhir saat semua peluru yang menembus organ organ yang ada ditubuh gue dengan bertubi tubi sedangkan mama terlihat pucat dan berteriak histeris dan john langsung tumbang kelantai. Suara tembakan pun terhenti terganti dengan seringai yang tampak pada pria itu dan ia pun lari keluar.

Gue menutup mata merasakan apa yang dirasa, gue enggak bisa merasakan apa apa, hancur kurasa. Tapi gue masih sadar, apa sang pencipta mempertahankan gue sampai gue ngeliat kak Casen?. Samar samar suara pun berdatangan dan ada yang histeris. Gue merasa berat membuka mata ini.

" Gue akan jaga lo kak "










Huhuhuhuh kuota abis jdi lama deh huhu im sorry yak.

Senin 6 juni 2016

Casen And CesenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang