7.

2.5K 145 4
                                    

Cesen POV

Mama palsu? Siapa?

Apa kami ada mama? Tapi mama palsu? Arggh ini membingungkan.

"Ces? Lo gak apa apa kan?" gue menatap kak John dengan senyuman aneh mungkin. "Enggak kok, hhe" gue berdiri dari sofa berjalan ke arah kamar.
"Kak, lo tidur disofa aja ya!" gue menoleh lagi kek kak John, ia hanya mengangguk paham.
Gue kembali berjalan kearah kamar.

Nging.....

Bruk.

Gue terduduk dan rasanya dunia ini memiliki tarikan gravitasi yang kuat. "Ces lo gak apa apa kan?," tanya kak John panic sembari memegang badan gue. Kenapa? Gue kenapa? Kok gue kek gini, rasanya kepala gue sakit dan berdengung. Gue lemah, rasanya lemah dan letih.

Samar samar semuanya tampak buram dan suara suara krasak krusuk. Ada apa? Gue kenapa?
Suara panggilan, kak Casen? Mama? Apa mungkin.

Mata gue terasa berat, tapi gue sadar akan pendengaran gue. Gue kek orang setenga sadar aja. Badan gue terangkat, isakan isakan terdengar samar samar. Mata gue terpejam sempurna, gue lemah, gue letih.

°°°°°
Casen POV

Gue udah nyampe dibandara, gue keluar dari mobil dan menunggu di bagian ruang tunggu.

"Lama banget sih!," gue berdecak dan masih melihat lihat sekitar. "Nak? Ini kamu? yaampun senang banget" seseorang memeluk gue tiba tiba. Mama?

"Eh mama, apa kabar?," tanya gue basa basi. "Baik nak, mama mau cepet cepet lihat Cesen. Oh yah papa juga kirim salam nak," mama tersenyum sembari mengelus rambut gue dan gue mengangguk membawanya ke mobil. Bandara sama apart nya Cesen enggak begitu jauh.

"Nak, mama labil yah, tadi pengen Cesen pulang. Trus keinget dia kan trauma naik pesawat, jadi mama kesini deh" gue hanya tersenyum secukupnya lebih fokus pada mengendarai mobil. Mobil? Yah gue orang kaya, ya beli dong masak minjam? Gak banget. Aduh lebay.

"Umur kamu udah 18tahun, kamu enggak lanjutin sekolah nak?." lanjutin sekolah? Apa maksudnya coba? Gue lulus Sma aja umur 15tahun karna saking pintarnya trus wisuda aja pas umur 17tahun. Gue kelebihan pintar makanya lompat lompat. Untuk kemaren sekolah aja buat jalanin misi.

"Enggak ma, hehe," gue nyengir merasa aneh. Ck! Mama palsu.

Tak terasa, gedung apart Cesen udah terlihat. Gue dan mama turun, sedangkan mobil diparkirin sama orang khusus. Gue memasuki lift bersama mama. Kebetulan Cesen takut ketinggian, dan apart udah rame, jadinya apartnya ada dilantai 4.
Sesampainya dilantai empat, mama gak sabar banget mau ketemu Cesen yah gue bisa apa. Gue membuka pintu apart dan masuk.

Darah gue berdesir saat melihat John berusaha nyadarin Cesen yang terdududuk dilantai. "Ces Ces bangun dong!!" gue tanpa instrupsi langsung berusaha menyadari Cesen tak perduli si John kaget. "Cesen, bangun lo kenapa," gue panic sumpah, dia kek orang sekarat.

Mama tiba tiba menghampiri dan panic hingga hingga ia terisak. Gue gak perduli, yang terpenting si Cesen. "John! Angkat Cesen, kita keruma sakit sekarang!" John lebih panic dan langsung menggendong Cesen, sedangkan mama membuka pintu dengan lebar.

Gue berlari ke lift dan memencet tombol. Yaampun cepet deh, lama banget. Mama sedari tadi menempel pada John, ia terlihat sangat khawatir pada Cesen. Lo kenapa sih Ces?

Ting..

Gue dan mereka-mama, Cesen, John masuk kelift dan gue dengan cepat memencet lantai dasar.

"Cesen kenapa?," tanya gue akhirnya kepada John. Gue panic dan kami semua. "Gue mana tahu, setela lo pergi tadi dia ngelamun terus, gue tanya katanya gak apa apa dan dia katanya mau kekamar, eh beberapa langkah dia terduduk. Gue udah manggil manggil, dia kek orang gak sadar tapi sadar, dia kek orang ngelindur Cas" jelas John panjang lebar dan gue hanya terdiam. Jangan sampe ini efek waktu kemarennya Cesen hampir mati karna ketakutannya.

"kak? Kok diem aja," tanya seorang gadis berumur sekitar 10 tahun kepada kakaknya. "Enggak kok dek" jawab Casen sekenanya. Mereka sekarang ada di sebuah taman yang sepi, bagaimana bisa sepi karena hari sudah diselimuti kegelapan.

"Kak? Pulang yuk, " tanya Cesen lagi. "Ces, dengerin kakak yah,kalo kita pulang nanti kamu dimarahin loh trus kamu disuruh pergi gimana? Kaka gak mau berpisah," jelas Casen bersungguh sungguh.

"Yauda kak, Cesen disini aja sedangkan kakak pulang aja kerumah, yah?" Casen menggeleng cepat dan menatap Cesen lekat. "Kita tukaran aja yah, biar kamu enggak kena marah" Cesen mengangguk polos tanpa tahu efek yang akan didapat mereka.

"Nih, kita tukeran baju terus tukaran cara rapiin rambut yah!," usul Casen dengan cengiran dan dijawab anggukan.

Mereka bertukaran pakaian, Casen sekarang memakai celana pendek dan kaos oblong dengan rambut dikuncir satu. Sedangkan Cesen berpakain dress selutut dengan rambut digerai cantik.

Terlihat sama tapi beda, jika dilihat dengan teliti mereka sangatlah berbeda. Dari segi wajah, Casen memiliki ukiran lembut yang membuat wajahnya anggun. Sedangkan Cesen, ia memiliki ukiran jutek dan telihat sombong.

"Nah, sekarang Cesen jadi Casen dan Casen jadi Cesen oke. Trus, Cesen harus tersenyum dan gak boleh diem yah?," Casen memastikan dan hanya dijawab anggukan dan senyuman yang sedikit canggung.

Sesampainya dirumah, mereka pun menjalankan permainannya. Pintu pun terbuka menandakan ada yang menyambut mereka berdua.

"Kamu ini yah, dibilangin jangan pulang malem, " jeweran ditelinga Casen membuat Cesen merasa kasihan kakaknya itu, ia hendak membantu tapi si Casen mengkode nya untuk masuk kedalam rumah, ia menuruti.

"Aduh ma sakit," erang Casen kepada Clara yang tidak tahu bahwa yang sedang dijewernya adalah anak kesayangannya.

Sedangkan didalam kamar, Cesen menangis merasa bersalah melihat kakaknya yang rela mengorbankan dirinya. "Maafkan Cesen kak."

Permainan itu terus berlangsung hingga umur mereka menginjak 15tahun. Casen sebagai Cesen dan sebaliknya.

Hidup mereka kacau, karna sebuah rahasia yang ingin dibongkar tetapi ditutup lebih rapat. Casen tinggal bersama kedua orangtuanya sebagai Cesen sedangkan Cesen tinggal bersama Demian yang memberi kasih sayang lebih sebagai Casen.

Tetapi, jika mereka sekolah tetap bertukar kembali sebagai diri masing masing.

"Dek, besok kakak pergi ke LA sebagai kamu," Casen memulai perbincangan saat di kamar mandi perempuan untuk bwrganti pakaian. "Udah, aku yah aku yang pergi," senyuman tulus Cesen membuat Casen sedikit risih.

"Tapi aku gak mau pisah, " Casen menatap Cesen iba. "Kita harus membongkar rahasia itu kan kak?," Cesen tersenyum lembut dan memeluk kakaknya.

Mulai besok semua akan kembali kejalannya, mulai besok senyuman tak akan mungkin terukir di wajah Cesen lagi, mulai besok senyuman perlahan lahan muncul diwajah Casen yang selalu tersiksa, mulai besok peranan akan kembali ke masing masing cerita.

Mulai besok perjalanan akan berjalan di atas jalan yang sudah ditentukan dari awal. Sosok Cesen yang ceria yang humoris akan kembali ke sosok semula, dingin, pendiam dan tidak akur. Sosok yang tersiksa, penuh tangis da sakit akan kembali ke sosok yang anggun dan penuh senyum.









Hai update atuh, chapter ini menutupi hari kamis yah yaampun maaf banget kemaren gak sempet. Dibaca divote and beri saran yah. Ide ku sempet buntu.

20 Mei 2016

Casen And CesenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang