[2] Never be alone

197 48 43
                                    

Saat ini Sheila bersama Miko di balkon rumah mereka masing masing. Berdua? Tidak, Sheila dan miko ditemani ribuan bahkan jutaan bintang bintang yang menghiasi gelapnya malam. Pertanda musim hujan akan berakhir,pikirnya

"Indah bukan?" Sheila mengangguk

Sheila menatap Miko dari keberadaannya saat ini. Tampan..Aku pasti akan merindukan wajahnya,tidak hanya wajahnya sikapnya candanya! No! I need your soul raganya yang paling penting,batin Sheila.

Sheila menyadari kondisi wajahnya yang sudah memerah karena Miko menengok kearahnya ketika Sheila menatap. Dengan secepat kilat Sheila membuang muka kearah lain dan menutup pipinya yang terasa panas karena Ia menyadari Miko menatapnya balik.

Manisnya, batin Miko menggigit bibir bawahnya.

"La.."

"Hemh.."

"Besok jalan jalan yuk.. ada 3 hari loh sebelum aku pergi" Sheila berpikir sesaat

"Mukanya jangan ditutupin dong.."

"Aku nutupin pipi bukan muka" Sheila melihat lawan bicaraanya menunjukan ia menutupi pipi nya bukan wajahnya

"Ya jangan ditutup..."

"Orang aku mau bersin.."

"Kalau mau bersin yang di tutupin hidung sama mulut bukan pipinya"

"Bersin itu gak boleh ditutup! Biarkan virusnya keluar tau?"

"Ok! Aku tau kamu lebih pintar dari aku..."

"Aku nutupin pipi karna dingin tau.. Emmh.. Aku mau masuk ah" Sheila memasuki kamarnya meninggalkan Miko sendiri.

"Laaaa!"

Sheila memunculkan kepalanya "Oh iya tadi apa? Jalan jalan? Iya aku mau tapi kalau gak hujan.." dan menutup pintu balkonnya

Sheila menyenderkan tubuhnya pada dinding kamarnya sambil menggigit jarinya, yang ia dengar hanya suara degupan jantungnya yang berdetak tidak normal.

Aaaaaaaaaaaaaa, Teriaknya dalam hati. Disatu sisi ia senang dan disatu sisi ia sedih. "Bagaimana ini? Kenapa aku harus menyadarinya sekarang?"  Tanpa ia sadari air matanya jatuh ke pipinya.

***

"Kamu masih sakit?"

"Enggak kok udah mendingan" Sheila meyakinkan Miko. Ia ingin sekali membuat kenangan sebelum Miko pergi. Namun tubuhnya berkata lain, kesehatanya memburuk.

"Beneran?" Miko sedikit khawatir

"Iya.. nih aku udah sehat kan?" Sheila bangun dari tempat ia duduk dan berputar di satu titik. Sedari tadi ia menunggu Miko dibalkon rumah bersama boneka di pangkuannya.

"Tapi masih sedikit pusing" Sheila kembali duduk dan berpangku pada bonekanya karena Ia merasa tubuhnya lemas

"yaudah gak usah dipaksa.." ucap Miko lembut

Memang Sheila masih merasa pusing, sepertinya niat nya sirna karna ia pikir kenangan nya akan jelek jika ia pingsan dijalan dan menyusahkan Miko.

"Sheilaaa"

"Emmh?" Sheila sedikit menanggakan wajahnya

"Darah..." Sheila merasa sedikit gatal dibagian hidungnya, ia kira itu ingus ternyata darah. Ia melihat Miko pergi dari tempat ia berada. Bagaimana tidak? Miko kan takut darah.

Sheila langsung menanggakan wajahnya ke atas agar darahnya tidak menetes. Lalu ia berjalan mengambil tissue yang hanya tersisa beberapa lembar. Ah sial habis, gumamnya.

Irreplaceable [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang