[4] Last time to go school

151 36 26
                                    

Sheila memasuki koridor, menyapa teman, memasuki kelas, dan belajar. Begitulah kegiatan kesehariannya di pagi hari jika tidak ada orang yang mengusiknya di sekolah. 3 tahun sudah ia bersekolah di tempat iblis ini. jika iblis mempunyai dua tanduk diatas kepalanya, anak sekolah ini mempunyai dua lensa kacamata kanan dan kiri di atas hidungnya. Tetapi tidak semuanya berkaca mata.

Yang dapat bersekolah di sekolah ini hanya ada dua kemungkinan, kutu buku yang berjuang untuk menjadi pintar dan orang yang telah dilahirkan menjadi pintar atauuu.. orang yang dengan keberuntungan bisa menjadi pintar. Membosankan bagi Sheila, apa lagi sekarang ini hari hari yang disetiap bulannya sibuk dengan ulangan ulangan dan ulangan.

"Hei..." seseorang menyapanya dan mengahalangi jalan Sheila

"Apa?" jawab Sheila ketus

"Asssh.. bisa gak sih jawabnya yang sedikit sopan gitu? Hai juga Jeje ganteng... begitu misalnya.."

"Apaan sih ah.. awas.." Sheila meninggal kan laki laki itu.

"Ssshii.." laki laki itu menarik ikatan rambut Sheila yang sebelumnya sudah terlihat sangat rapih dengan pita di atasnya.

"Apa?" Sheila terlihat sangat kesal membuat laki laki itu sedikit berlari meninggalkan Sheila. Laki laki itu tidak takut, tetapi hanya tidak suka melihat perempuan marah. Jahil? Memang.

"Issshh.... Julian Januar Josephine" panggil Sheila yang langsung mendapat respon dari orang yang ia panggil.

"Shut up!" laki laki itu langsung membalikan badan, Sheila hanya tersenyum jahil senang melihat ekspresi teman sewaktu SDnya ini. Lucu menurutnya. Jeje memang tidak suka jika nama panjangnya di sebut, kenapa? Karena ia sangat kesal dengan ayahnya yang sudah menduakan ibunya. Josephine adalah nama ayahnya.

Sheila menghampiri laki laki itu dan mengambil ikatan rambutnya.

"Jangan sebut nama panjang ku lagi okay?" laki laki itu menggenggam tangan Sheila.

"Balikin dulu!" Sheila mencoba melepas genggamannya

"Gak mau!" Laki laki itu memperkuat genggamannya

"Balikin gak?"

"Gak ma.." Ucapannya tepotong oleh seorang perempuan paruhbaya yang mengenakan baju dinas dihadapannya. Membuat Jeje melepas genggamannya dan tersenyum jahil.

"Kalian ini ya! Ck ck ck ck ck pagi pagi udah pacaran!!"

"Misss.. saya gak pacaran.. Jeje nih jah.."

"Kalian berdua keliling lapangan sepuluh putaran.. Se..ka..rang!!"

"Siap!!" Jeje berdiri tegap sambil berlagak hormat di hadapan guru killer ini.

"Ayo Shel.." Jeje menggandeng Sheila menuju lapangan. Membuat guru itu menggelengkan kepalanya, ia sudah terbiasa dengan sikap jahil jeje yang notebene laki laki pintar dengan wajah tampan keturunan jerman ini.

***

Baru empat putaran Sheila berlari memutari lapangan yang cukup luas ini, nafasnya sudah terengah engah. Jeje juga masih empat putaran walaupun ia bisa menyelesaikannya dalam waktu singkat, Ia tidak mau mendahului Sheila.

"Aku cape Je.."

"Segitu aja udah cape.. aku aja se.."

"Setiap hari pulang sekolah lari kan?"

"Hemmh.. iya"

"Ayo Semangat Shel.. nanti aku beliin ice cream deh" ucap Jeje sambil berjalan mundur

Sheila memutar bola matanya dan berhenti berjalan.

"Aku udah cape.. aku gak peduli nanti mau di bunuh sama Mrs. Ana , lagi pula ini kan gara gara kamu"

Irreplaceable [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang