Joy POV
Aku berlari kearah oppa yang sudah terjatuh ditanah. Apa yang baru saja aku lakukan? Mengapa aku menyiksa oppa? Bisa-bisanya aku membiarkan dia menungguku sampai pingsan begini.
Saat aku berlari kearahnya, oppa tersenyum padaku. Aah dia belum pingsan. Aku harus segera membopongnya. Tentu saja aku meminta bantuan ahjumma dan juga ahjussi yang mengurus bagian kebun rumahku untuk membopong oppa masuk kerumahku.
Kami membaringkan oppa dikasurku. Oppa basah kuyup. Aku semakin merasa bersalah. Ku perintah kan ahjussi untuk mengganti baju oppa dengan baju ayah. Sudahlah itu tidak penting untuk dibahas saat ini. Yang terpenting adalah aku harus menurunkan panas badan oppa. Sepertinya ia demam.
Oppa terus menggigil. Aku terus mengganti kompres air hangat yang tadi disediakan ahjumma. Kini hanya kami berdua dikamarku. Wajah oppa pucat sekali, aku semakin khawatir dan sangat merasa bersalah. Melihat kelakuanku hari ini, aku jadi berpikir ternyata seung hwa lebih baik dalam mengurus oppa dibanding aku. Aah aku ingat seung hwa lagi, hati ku semakin sakit.
Oppa belum juga membuka matanya, sudah kurang lebih 1 jam aku menunggunya terbangun. Aku tidak yakin, apakah dia tertidur atau malah pingsan. Aku kembali memeriksa dahi oppa, ah syukurlah aku rasa panasnya sudah turun.
Aku berhenti mengompres oppa dan memilih berbaring disebelahnya. Memandang wajah oppa dari dekat, dia benar-benar sangat tampan. Tidak heran jika banyak gadis disekolah yang mengejar-ngejarnya. Aku merasa beruntung sekali hihi!
Aah kenapa aku malah memikirkan hal itu, oppa belum bangun! Bagaimana ini? Ku coba mengelus pipinya, tidak ada respon. Ku coba memencet hidungnya, masih tidak ada respon. Huaaaaaaaaa aku takuuuut. Aku langung memeluk oppa dengan eratnya sambil menangis "aneh".
"Aaaah oppa banguuuun. Maafkan akuuuuuu"
"Oppaaaaaaaa"
Tidak, oppa tidak mati. Hanya aku saja yang berlebihan.
"Uhukk hhukk" oppa terbatuk, itu artinya dia bangun? Atau tersadar.
Aku langsung melakukan aksi setengah bangkit untuk memastikan. Perlahan oppa membuka matanya, aku rasa ia silau karena cahaya lampu. Aku mencoba menghalanginya dengan badanku.
"Oppa? Kau tidak apa-apa?"
Oppa mengangguk lemah, kini matanya telah terbuka mesti sangat sayup. Aku bahagia sekali! Aku langsung memeluk oppa dan kembali menangis sesegukan.
"Maafkan aku oppaaaa. Harusnya aku tak membiarkanmu menungguku selama itu. Maafkan aku oppaaaaaaaaa"
"Hmm, joiyah. Oppa tidak bisa bernapas" ujarnya lirih.
Hah? Apa aku terlalu erat memeluknya? Oh aku rasa tidak, inin pasti karena sebagian tubuhku menindih tubuh oppa. Apa yang aku lakukan?! Lagi-lagi aku menyakiti oppa.
Aku langsung bangkit masih dengan duduk dikasur.
"Sini" perintah oppa sambil mengkomandoiku untuk berbaring disebelahnya.
Tanpa berpikir panjang aku langsung saja berbaring. Eh tunggu dulu, oppa memberikan lengannya untukku. Aaah jantungku hampir copot, oppa memberikan arm pillow yang biasa aku lihat didalam drama.
"Maafkan oppa joiyah, oppa tau oppa salah" ujarnya lirih.
"Tidak oppa, tidak apa-apa. Aku sudah tidak ingin membahasnya lagi. Aku senang oppa ada disini" ucapku sambil menoleh kearahnya. Wajahnya masih pucat dan tubuhnya masih terasa panas. Tapi setidaknya dia sudah bisa tersenyum sekarang. Manis sekali.
"Baiklah, oppa tidak akan membahasnya lagi"
"Oppa"
"Hm?"
YOU ARE READING
Hi! Mr. Yook [COMPLETED]
FanfictionSungjae merupakan cowok terpopuler disekolah mereka. Sungjae sangat menyukai musik dan wanita cantik yang lebih dewasa darinya. Tapi entah mengapa, saat menyadari keberadaannya sungjae malah menyukainya dari 1 tahun yang lalu. Joy, menyukai cowok it...