Edisi Revisi
Esoknya Alan benar-benar menjemput Fani. Dia menjemput menggunakan motor ninja merahnya. Fani segera naik ke atas motor Alan. "Pegangan ya." kata Alan sambil memberikan helmnya kepada Fani. "Eeh, i ... iya." sebenarnya Fanu agak malu untuk berpegangan. "Gak usah malu-malu." kata Alan geli. Fani dapat melihat Alan tertawa dari spion. "Udah ah, nanti telat." kata Fani sambil mengalihkan pembicaraan. Fani memeluk Alan dari belakang, hangat, bahkan dapat mengalahkan udara dingin di pagi hari.
Alan pun memacu motornya ke arah sekolah. Fani melihat jalanan kota yang masih sepi. Tak terasa mereka sudah sampai di sekolah. "Yuk turun." kata Alan sambil tersenyum manis. Tapi entah kenapa, senyumnya terasa berbeda. Matanya sayu, terlihat sedih. Wajahnya datar, terlihat letih. "Kakak sakit ya? Kok mukanya keliatan capek gitu?" tanyaku sambil memegang dahinya. "Ah, gak, gapapa. Kamu masuk kelas dulu aja. Nanti aku juga masuk kelasku kok.". Sebenarnya Fani menolak, tapi Alan tetap saja memaksaku. "Yaudah, kalo gitu aku duluan ya, kak.". Alan hanya mengangguk.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Fani memikirkan sikap Alan tadi. "Pagi Fan! Gimana? Habis dianter sama your prince." seseorang menyapa Fani dan menepuk pundaknya cukup keras. Fani menoleh, "Pagi Kath. Hari ini Alan kayanya lagi sakit deh. Mukanya keliatan capek gitu." "Ahh ... paling cuma perasaan kamu aja.". Fani pun akhirnya memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi.
Bel masuk berbunyi, semua orang segera duduk di tempat masing-masing. Setelah memeras otak selama lebih dari 1 jam, kami istirahat. Hampir semua murid bersorak gembira. "Fan, ke kantin yuk." ajak Kath. "Sebentar ya Kath, aku beresin buku dulu." "Buruan, aku tunggu di luar, ya!". Fani pun segera menyusul Kath lalu kami berdua berbarengan ke kantin.
Di kantin, Fani melihat ada ramai-ramai di salah satu meja. Kath yang penasaran bertanya pada salah satu anak kelas X yang berdiri di dekatnya. "Itu ada apaan sih? Kok rame banget?" "Itu lho, kak Alan, anak basket, sama pacar barunya, kak Verine, anak cheerleader.". Perasaan Fani langsung campur aduk ketika mendengar kabar itu. "Kath, aku gak nafsu makan, aku balik ke kelas aja, ya" "Eh, lho? Trus aku gimana?" "Kamu beli sendiri ya? Aku tunggu di kelas." kata Fani sambil berlalu dari kantin.
Sesampainya di kelas, Fani mendengarkan musik lewat earphone. 5 menit kemudian, Kath datang sambil membawa makanannya. "Kamu kenapa sih? Tiba-tiba balik ke kelas? Cemburu?" tanyanya sambil makan. "Toh, kalau aku cemburu, aku juga bukan siapa-siapanya dia. Kita baru kenal 2 hari yang lalu." jelasku. "I ... ya juga sih. Mending kamu move on ke yang lain. Daripada kamu stuck terus sama dia." "Kayanya ga bakal semudah itu deh." "Well, siapa yang tahu. Kalau ada niat pasti bisa kok." jawab Kath menyemangati sahabatnya.
♠♥♣♦
"Wey! Nglamun aja. Udah sampe sekolah nih. Masih mikirin Alan ya? Masa belum move on juga.". Fani tersadar dari lamunannya tentang Alan dan tersenyum pada Kath. "Udah move on kok. Cuma belum sepenuhnya aja." "Yaudah ayo turun.". Mereka pun berjalan beriringan ke kelas. "Fan, mulai sekarang kalo ngomong pake lo gue aja deh. Lebih enak aja." "Boleh-boleh aja." jawab Fani sambil melanjutkan jalan. "By the way, hari ini lo ada ekstra dance kan Fan?" "Iya, kenapa emang?" tanya Fani sambil menoleh ke arah Kath. "Pulang bareng yuk! Lagipula supir lo kan besok baru masuk." "Yaudah iya."
Sesampainya di kelas banyak anak sedang menulis di buku. "Rajin banget. Pagi-pagi udah buka buku." kata Fani sambil duduk di bangkunya. "PR biologi nih, lo udah ngerjain belom Fan? Kalo udah gue pinjem dong." "Udah, nih. O ya, lo udah ngerjain, Kath?" "Udah dong, masa seorang Kath belum ngerjain PR." jawab Kath sambil menyombongkan dirinya. "Wah, nyombong. Minggu lalu itu apa ya? Pas lo gak bikin PR fisika trus dihukum ke luar kelas." "Ah elah ... masih aja diinget. Kan cuma sekali doang. Iya iya, lo kan anak rajin yang selalu ngerjain PR, Fan." "Hahaha, apaan coba. Udah deh, bentar lagi bel masuk. Mending kita duduk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Little Things [ Hiatus ]
Ficção Adolescente"Aku gak tau kenapa, tapi tatapan matanya saat pertama kali aku melihatnya begitu dalam, benar-benar membuatku terpaku padanya" Kita dipertemukan tak sesuai kehendak kita. Tapi pertemuan itulah yang menjadi awal dari kisah kita berdua.