awal dekat?

184 9 0
                                    

Ara's POV

Rangkaian proses LDK satu persatu sudah dilewati bareng - bareng dengan kelompok jingga gue ini, mereka kompak banget gampang diajak kerjasama tanpa ngeluh.

Sampai disuatu hari sebelum menuju LDK Puncak, gue pun lagi packing dikamar untuk memilih barang - barang yang akan dibawa besok camping di Puncak. Ya sesuai namanya, LDK Puncak.

Tiba - tiba Rayi ngeLINE gue,

Rayi f. Brahmantya: Ra, kerumah gue sekarang bisa gak? Gue jemput deh dirumah lu, sekalian bantuin gue nyiapin barang - barang buat besok. Lu kan tau sendiri gue pikun.

Asal kalian tau, Rayi emang bener - bener pikun. Pernah berapa kali kelompok gue dihukum cuma karna dia lupa bawa atributnya dia, bener - bener ngerepotin tuh anak. Tapi dibanding kelompok gue dihukum pas di Puncak yakan mending gue turutin aja.

Ara Kusuma: yaudah, otw aja.

Gue pun langsung bergegas ganti baju, gue sih lebih suka pake baju santai aja yakan apalagi cuma kerumah Rayi ngapain rapih - rapih. Btw, ini baru pertama kalinya gue kerumah Rayi.

"Eh, tunggu. Kerumah Rayi? Kerumah salah satu anak bernama belakang Brahmantya? Mungkin aja gue bisa dapet suatu info tentang apa hubungan Rayi dengan Bima." Batin gue.

Galama setelah 15 menitan suara kak Prama kedengeran dari bawah dan lagi manggil - manggil gue.

"Araaa! Ada Rayi cepetaaann!"

"Iya bawel bentar."

Gue pun langsung menuruni tangga sambil mencepol rambut gue, dan gue langsung pamit sama kak Prama setelah itu gue langsung cabut sama Rayi.

---

"Bukannya mau kerumah lo?" Tanya gue yang heran sama arah mobil Rayi yang justru mengarah ke sebuah Mall.

"Kan beli perlengkapannya dulu, Ra."

"Bilang kek kalo lo belom beli dan mau ke Mall dulu, kan gue bisa pake baju yang lebih rapih." Gerutu gue sambil menunjuk pakaian yang sedang gue pake, gimana ga kesel? Gue cuma pake jaket baseball sama celana jeans diatas lutut.

"Yaelah gitu juga udah cantik kok, lagian ke Mall nya cuma bentar."

---

Setelah dapet semua barang - barang yang diperluin buat LDK besok. Gue sama Rayi pun langsung menuju kerumah Rayi, gue udah gasabar banget dengan apa yang bakal gue dapet dari rumah Rayi.

Rumahnya bernuansa emas krem gitu, sangat amat luas menurut gue, apalagi tamannya. Gue pun mengikuti langkah Rayi yang mulai memasuki rumahnya.

"Ray, lo tinggal sama siapa aja disini?"

"Bertiga."

"Sama siapa aja?"

"Niko sama Dimas."

"Mereka siapa?"

"Niko itu adek gue, Dimas itu sepupu jauh gue. Sama satu lagi bi Imas yang bantu - bantu dirumah."

"Ortu lo?"

"Oh mereka di Singapura, nyokap gue mau nemenin saudara kembarnya yang lagi sedih banget karna anak nya sakit keras. Jadi bokap gue ikut kesana, mereka kadang kesini sebulan sekali buat jengukin gue sama Niko."

"Ohhhh" gue hanya ber ooh riaa mendengar penjelasan dari Rayi.

"Gue ambil tas buat naro barang - barang buat besok bentar ya?"

"Heeh" gue hanya menganggukan kepala.

Gue melihat ada seseorang yang lagi masak, seorang wanita yang sudah cukup tua. Yang gue rasa adalah bi Imas, gue pun menghampirinya.

"Siang, bi."

"Eh masyaAllah, kaget bibi kirain siapa. Kamu teh temennya den Rayi?"

"Iya bii aku temennya Rayi."

"Kirain bibi siapa, soalnya biasanya den Rayi selalu bawa temen cowo kerumah. Gapernah temen cewe."

"Hehehehe gitu ya bi."

"Yang bibi tau sih den Rayi sebenernya kesepian setelah Ibu nya mutusin buat nemenin saudara kembarnya di Singapura yang lagi terpukul soal anaknya yang lagi sakit. Dia jadi kehilangan sosok wanita yang jadi curahan dia."

"Oalah emang sepupunya Rayi itu sakit apa bi? Kok sampe segitunya?"

"Sakit kanker non,  kalo saudara kembarnya sedih ya secara ga langsung mamanya den Rayi juga ikut sedih, ya maklum naluri kembaran mungkin."

Gue hanya mendengarkan penjelasan bi Imas dengan tidak fokus karna pikiran gue kemana - mana mikirin besok LDK bakal gimana.

"Ra, udahan ngobrol sama bi Imas nya? Si bibi nih mentang - mentang gapunya temen ngobrol sekalinya aku bawa temen cewe langsung diajak ngobrol." Suara Rayi pun terdengar dari luar dapur.

Bi Imas hanya terkekeh mendengar ucapan Rayi yang bernada sok ngambek. Gue pun langsung berpamitan sama bi Imas untuk nyamperin si Rayi yang udah bawa tas ala - ala pendaki gunung.

Gue pun langsung memasukan apa saja keperluan buat besok, dan Rayi hanya memainkan iphonenya dengan santai.

---

"Dah selesai, kelar. Gue balik ya? Udah mau jam 5 nih." Ucap gue setelah semua barang yang diperlukan sudah masuk ke tas Rayi.

"Yaudah gue anter."

Selama diperjalanan, gue hanya mematung. Entah apa yang lagi gue pikirkn, seolah - olah ini hanya tertuju pada satu hal, Bima. Padahal seharian ini gaada apapun yang berhubungan tentang Bima yang gue dapet dari rumah Rayi.

Tiba - tiba suara Rayi menghamburkan lamunan gue.

"Ra, udah sampe."

"Eh iyaa, makasih."

"Yang ada gue yang makasih, Ra."

"Hehe, my pleasure."

Dan gue langsung membuka pintu mobil Rayi untuk segera turun, sampai tangan gue di tahan oleh Rayi...

"Kenapa Ray?"

"He's better without you, and im better with you."

---

Next!

Beautiful ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang