the truth - end

108 3 0
                                    

"Takkan pernah habis air mataku
Bila ku ingat tentang dirimu
Mungkin hanya kau yang tahu
Mengapa sampai saat ini ku masih sendiri

Adakah disana kau rindu padaku
Meski kita kini ada di dunia berbeda
Bila masih mungkin waktu berputar
Kan kutunggu dirimu

Biarlah ku simpan sampai nanti aku kan ada di sana
Tenanglah diriku dalam kedamaian
Ingatlah cintaku kau tak terlihat lagi
Namun cintamu abadi."

Mengenangmu - Kerispatih

-----

Author's POV

keesokan paginya Ara terbangun dengan lemas, dan perlahan beranjak duduk. kepalanya terasa sakit, dia pun kembali menerka kejadian hari kemarin.

"apakah yang kemarin cuma mimpi?" batin Ara.

Ara pun mengamati ruangan tempat ia bangun, nyatanya ia tidak bermimpi. meninggalnya Bima, sang sosok masalalunya ternyata sungguhan. Ara sekarang terbangun disalah satu kamar milik keluarganya Bima yang memang ayahnya keturunan singapura dan memang keluarga Bima kadang menetap di singapura.

tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu.

"Ra, ini Rayi. udah bangun?" Tanya suara dari luar kamar.

"iya, udah. masuk aja, Ray." jawab Ara lemas.

Rayi pun melangkah masuk kekamar Ara, sembari membawa makanan dan Rayi mengenakan kemeja hitam - hitam. Rayi melihat Ara nampak pucat, berantakan, mata yang membengkak karna menangis terus, dan pada faktanya sedari sore kemarin sampai pagi ini Ara tidur atau lebih tepatnya pingsan.

"Gue tidur dari kapan, Ray? siapa yang gantiin baju gue?" tanya Ara heran.

"kemarin galama setelah lu tenang, lu pingsan dipelukan gue, Ra. akhirnya gue mutusin lu buat diperiksa dokter juga, kata dokter lu syok, kecapean juga jadi drop dan butuh istirahat. yaudah lu gue bawa pulang dulu kerumah keluarganya bang Bima. tenang, si bibi yang kerja disini kok yang gantiin baju lu." jelas Rayi sambil mulai menyuapi Ara.

"bisa dijelaskan kan, kenapa ini semua bisa terjadi?" tanya Ara.

"iya bisa, lu makan dulu ya tapi abis itu mandi bajunya udah disiapin sama si bibi. nanti gue ajak lu ke makam bang Bima, dia udah dimakamin tadi pagi, gue gamau bangunin lu bukan karna apa - apa tapi emang anjuran dokter biar lu gamakin parah." jelas Rayi.

"yaudah iya gapapa, gue bisa makan sendiri kok. lu keluar dulu aja, gue mau mandi dulu nanti kalo gue udah kelar gue samperin." ucap Ara dengan nada tegar walaupun sedikit kecewa, karna ia tidak dapat menemani Bima ketempat peristirahatan terakhirnya.

"okay." jawab Rayi sambil berlalu.

-------

setelah selesai siap - siap, Ara pun langsung menghampiri Rayi yang sudah berada didalam mobil menunggu Ara. Ara mengenakan kemeja hitam serta celana hitam, dan selendang hitam. 

selama perjalanan, Ara hanya dapat termenung memandangi jalan, semua tentang Bima kembali tereka ulang dibenaknya. semua kekacauan ini terlalu rumit dan terlalu sulit untuk dipercaya.

ini seperti mimpi terburuk yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, dan mimpi buruk ini akhirnya menjadi sebuah kenyataan yang benar - benar tak terduga.

setelah beberapa menit diperjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah pemakaman yang cukup luas. Rayi pun mengajak Ara turun dan segera menuju makam Bima. 

dari kejauhan nampak sebuah makam yang masih segar, dan benar itu makam Bima karna dinisannya bertuliskan, "Bima Syah Brahmantya". akhirnya Ara dan Rayi sampai dimakam tersebut dan keduanya duduk disebelah makam itu.

Beautiful ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang