Pertama #1

1.5K 124 3
                                    

Aku menggeliat kecil. Aku merasakan sebuah lengan tengah memeluk pinggangku. Aku membuka mataku perlahan dan melihat Junkai yang tengah tertidur pulas disampingku. Aku kaget dan refleks menjerit. Aku menjauhinya dan menggengam erat selimutku.

"Berisik sekali" Junkai terbangun. Ia kesal. Ia melirik kearahku yang tengah memandangnya ketakutan.
"Apa-apaan kau ini?" Tanya Junkai. Ia melihat tingkahku yang aneh dan kemudian menyeringai. Ia bangkit dan mendekatiku.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya ku gugup.
"Menurutmu?" Ucapnya dengan nada....kalian taulah.
Aku menatapnya tajam.
"Jika kau mendekat lagi, aku akan mengadu kepada ibu!" Ancamku. Junkai tak menghiraukannya dan malah mendekatiku lagi. Ia tersenyum jahil. Ia mengangkat tangannya. Aku memejamkan mataku. Tiba-tiba, sebuah jentikan mengenai didahiku. Aku mengaduh.
"Apa yang kau lakukan?" Aku marah. Untuk pertama kalinya aku mendapat jentikan keras seperti itu.
"Lagian, siapa yang ingin menyentuhmu?" Ucap Junkai malas. Ia menjauhiku dan kembali berbaring. Ia menutupi matanya dengan lengannya.
"Lebih baik kau buatkan aku sarapan" Ucap Junkai.
"Apa?" Aku tak percaya. Memasakkan makanan untuk sainganku?!
"Aku kini suamimu, kan?" Ucap Junkai sambil tersenyum entah senyuman apa. Aku menghela nafas kesal. Aku melirik jam yang melekat di dinding bercatkan krem itu.
"Cepat keluar! Aku ingin ganti baju!" Aku menarik tangannya agar dia bangkit.
"Memangnya kenapa? Tak usah malu" Junkai melirikku. Ia tersenyum jahil. Wajahku memerah dan memukul nya dengan bantal.
"Hentikan candaanmu!" Aku berusaha menyembunyikan rasa maluku.
.
.
.
.
.
.

Aku merapikan blazer putihku. Aku mengoleskan selai strawberry pada roti dan memberikannya pada Junkai.

"Kemana?" Tanya Junkai melihatku. Aku mengoleskan satu lagi selai pada roti dan kemudian duduk didepan mejanya.
"Aku sedang ada acara disekolah" Jelas ku. Aku mulai memakan roti selai milikku.
"Heh? Kau tak bisa mengambil cuti?" Tanya Junkai heran.
"Ini diluar jam sekolah. Aku tak bisa mengambil cuti" Ucapku sambil menghentikan memakan roti selai. Aku melirik jam dinding.
"Oh tidak" Aku menggumam tak percaya. Aku meraih tasku dan berpamitan.
"Mau aku antar?" Tawar Junkai melihat kearahku.
"Tak usah" Aku mengambil kunci yang senantiasa aku letakkan ditasku.
"Meskipun kau bilang begitu aku tetap akan mengantarmu, Nona Wang" Ujar Junkai. Aku menidakkan perkataannya tapi ia malah menarik tanganku masuk kedalam mobilnya.
.
.
.
.
.
.
.

Aku menutup pintu mobil dan melihat Junkai dari kaca jendela.
"Terimakasih" Kataku.
"Aku akan menjemputmu nanti" Ucap Junkai.
"Tida--" Ucapanku terputus karena Laoshi Shengri memanggilku.
"Hey! Minzi!" Panggil Laoshi Shengri dari gerbang sekolah. Junkai hanya mengedipkan matanya genit kepadaku.
"Sampai jumpa nanti siang, Nona Wang" Ucap Junkai menggodaku. Aku menutup mukaku dan cepat-cepat meninggalkannya.
"Eh? Laoshi Shengri? Apa aku terlambat?" Tanyaku melihat kearah Laoshi Shengri.
"Terlambat 1jam" Ucap Laoshi Shengri. Ia melipat tangannya kesal. Aku membungkuk sedikit memberikan maaf. Kemudian Laoshi Shengri tersenyum.
"Tenanglah, Aku tahu kenapa kau terlambat" Laoshi Shengri menepuk pundakku sambil tersenyum.
"Apa?" Tanya ku tak mengerti
" 'itu' kan?" Laoshi Shengri tersenyum menggodaku. Wajahku memerah.
"Ah, itu tidak benar" Aku menyembunyikan kegugupanku. Tiba-tiba salah seorang murid perempuan datang menghampiri aku dan Laoshi Shengri.
"Congratulation, Ms. Minzi" Ucap murid perempuan itu, Alanna. Seorang murid kelas 7-1 yang berasal dari Canada. Yah, ini adalah SMP Internasional.
Alanna memberikan sekotak hadiah kepadaku.
"Eh? Thankyou, Alanna" Ucapku berterimakasih kepadanya. Aku tersenyum dan menerima kotak hadiah itu. Alanna membungkuk dan berpamitan. Yah, dia memang begitu. Sosok yang pemalu dan cerdas.
"Oh ya, Lupakan perkataanku tadi. Ayo ke ruang mading english. Aku ingin melihat apa mereka sudah selesai membuatnya" Ajak Laoshi Shengri. Aku mengangguk dan kemudian mengikutinya.
.
.
.
.
.
.
.

Pukul 03.00 pm. Acara sudah usai. Aku berpamitan kepada guru-guru senior maupun guru lainnya. Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Aku melihat mobil berwarna abu-abu tengah terparkir didepan gerbang.
"Setia sekali" Aku berdecak kesal. Aku berjalan menghampiri mobil itu dan masuk kedalamnua.
"Sudah kubilang jangan menjemputku" Ucapku melihat Junkai dikursi pengemudi. Ia mulai menjalankan mobilnya.
"Kapan kau bilang seperti itu?" Tanya Junkai datar. Ia melirikku sekilas.
"Sejelas itu aku bilang kau tidak mendengarnya?" Aku kesal. Tapi kemudian terdiam mengingat kejadian tadi pagi. Ucapanku kan terputus oleh Laoshi Shengri.
"Bodoh" Junkai menggumam. Ia hanya tertawa pelan seperti meremehkanku.
"Apa?" Aku menatapnya tajam.
"Bodoh. Kau sangat bodoh. Ucapan apa yang kau katakan jelas? Ucapanmu saja tadi tidak selesai" Ejek Junkai. Ia menahan tertawa nya. Aku menggembungkan pipiku kesal dan berusaha bersikap sok cool. Kalau aku melawannya dia pasti akan mengejekku terus. Aku melihat jalan yang dilalui.
"Eh? Kenapa jalan ini?" Tanya ku aneh. "Bukankah lewat sana?"
"Kau banyak tanya, Nona. Lihat saja nanti" Junkai menjawab datar. Ia tetap fokus menyetir.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mobil terparkir disebuah halaman parkir restoran. Junkai membukakan pintu mobil untukku. Wajahnya tetap datar.
"Ck, kenapa kesini?" Aku kesal. Bukan karena dia mengajak aku ke restoran ini. Tapi, wajahnya itu dingin sekali. Seperti tidka niat!
"Kita akan makan siang sebentar" Ujar Junkai.
"Heh? Bukankah kau sudah makan siang dirumah sakit?" Tanya ku melihat kearah Junkai. Aku menutup pintu mobil dan berjalan bersamanya memasuki restoran.
"Aku sengaja mempersingkat waktu praktekku dan meninggalkan jam makan siang dirumah sakit hanya untuk menjemputmu" Jelas Junkai. Jantungku serasa berhenti berdetak mendengar perkataannya. H-hanya untuk menjemputku?
"Kau ingin pesan apa?" Tanya Junkai. Ia duduk didepanku.
"Aku?" Aku berpikir sambil melihat buku menu yang disediakan seorang waitress.
"Caramel Milkshake" Kataku kepada waitress.
"Aku juga sama" Ucap Junkai.
"Baiklah, Caramel Milkshake 2, ya? Mohon bersabar tuan dan nyonya" Waitress itu berkata sopan dan kemudian berlalu dihadapan kami.
"Aku sebenarnya sudah makan siang" Ucapku memandang Junkai.
"Kau tak punya hati sekali" Ucap Junkai kesal. "Hanya aku yang belum makan siang"
Aku hanya terkekeh. Sang waitress kembali sambil membawa 2 pesanan kami. Aku berterima kasih kepadanya.
"Ada yang ingin kubicarakan.." Ucap Junkai dengan nada serius. Aku melihat kearah Junkai.
"Apa?" Tanya ku penasaran.
"Ibu akan kesini besok" Ucap Junkai. Aku tersedak.
"A-apa?"
"Dia akan kemari dari Chongqing"
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai semuanya! Terimakasih sudah membaca cerita abal-abal ini :3 kalau bisa vote dan comment ya! (?)
Oh, ya. Disini tokoh Minzi anggap aja itu kalian yaa~ ;-;
Thankyou!❤

Teacher & Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang