Jeju #3

1.3K 117 3
                                    

"Dia....mantan kekasihku saat aku kelas 11 B" Jelas Junkai.
"Cinta pertamaku juga, sayangnya aku mengakhiri hubungan dengannya dan dua hari setelah itu dia pindah ke Amerika" Jelas Junkai sambil tersenyum getir.

Aku agak sedikit terkejut mendengar pengakuannya. Entah kenapa setelah mendengar pernyataan itu aku merasa tidak enak badan.

"Kau tidak apa-apa?" Junkai yang sedari tadi fokus melirikku yang seperti patung. Aku memandangnya dan tersenyum kecut.
"Karena apa? Tidak ada gunanya" Tukasku berbohong. Aku kembali dengan wajah dingin dan mengalihkan pandangan dari Junkai.

Aku memandang jalanan yang dipenuhi oleh kendaraan yang lalu lalang. Entah kenapa hatiku merasa tidak nyaman. Yah, aku tahu ini hanyalah sebuah 'perjodohan tanpa rasa suka', Tapi, entah kenapa aku tidak suka jika dia berkata begitu.
.
.
.
.
.

"Ada 4 tempat yang sangat saya sarankan, pertama; Sanya dengan lautan birunya. Kalian cocok mengunjunginya saat musim panas tiba.
kedua; Kyoto yang terkenal akan sejarah kekaisaran Jepang" Jelas Ny.Wu sambil tersenyum kearah kami.
"Lalu, yang ketiga; Hokkaido diJepang. Kota yang selalu dipenuhi salju setiap harinya. bahkan sampai suhu minus.
yang keempat; Jeju. Pulau romantis yang terletak di Korea Selatan. Sama seperti Sanya. Tapi, pulau ini banyak yang ditumbuhi bunga-bunga yang cantik, air terjun dan lembah, dan pantai." Jelas Ny.Wu panjang lebar. "Pilih yang mana?"
"Um...bagaimana dengan Hokkaido?" Jawabku.
"Kau gila? Kau mau mati kedinginan disana?" Junkai menatapku tidak percaya. Ya, dia tidak suka dengan suhu dingin.
"Kyoto saja" Ucap Junkai menyuruh Ny. Wu menulisnya disebuah kertas. Aku dan Junkai saling berpandangan.
"Itu membosankan. Hanya melihat sejarah yang susah diterima akal sehat" Ujarku. Ya, aku malas mendengarkan atau melihat tentang sejarah tetapi Junkai? dia sangat MENYUKAINYA!
"Daripada mati kedinginan" Ucap Junkai santai. Aku berdecak kesal. Iapun juga.
"Ah, sudahlah" Ibu --Ny.Wang-- menghentikan perdebatan kami.
"Jeju saja. Pilihkan jeju, ok?" Ibu mengedipkan matanya kearah Ny Wu.
"Baiklah, Nyonya. Itu pilihan yang tepat" Ny Wu tersenyum dan kemudian menulisnya.
"Apa?!" Aku dan Junkai terkejut.
"Ah, ibu, bagaimana jika disana terjadi tsunami atau semacamnya? Lagian, orang-orang jarang kesana kan?" Ya, kalau boleh jujur, Aku sangat takut dengan namanya laut.
"Itu sangat membosankan" Ucap Junkai malas.
"Akal macam apa itu?" Ibu tertawa.
"Tidak akan terjadi tsunami. Dan...darimana letak membosankannya? Dikelilingi bunga-bunga, lembah lembah nan hijau, Jika aku seperti kalian, aku pasti akan pergi kesana" Ibu berandai-andai membayangkannya.
"Kalian akan ke Jeju, ok?" Ibu berhenti berandai-andai dan berubah menjadi tegas.
"EH?!"

--SKIP THREE DAYS AGO--

Aku berjalan memasuki lobi hotel bersama Junkai. Ya, kurasa liburan kali ini adalah liburan terburuk yang pernah kurasakan.

"Eoseo oseyo! Mau pesan ruang?" Tawar salah satu receptionist sopan dengan bahasa Korea. Aku bingung dan melirik Junkai. Siapa tau dia mengerti.
"Um..Can i take two rooms?" Ucapku terpaksa menggunakan bahasa Inggris. Receptionist itupun sepertinya mengerti.
"Um..sorry. We just has 1 room again. All room is already full" Ucap Receptionist itu. Oh, tidak. Ini bukan buruk lagi, Tapi SANGAT BURUK. Aku berharap tidak sekamar lagi dengannya.
"Oh.." Ucapku kecewa.
"I'll take it" Ucap Junkai tiba-tiba. Aku sontak menatapnya tidak percaya.
"Nah, this your key, Sir" Ucap receptionist itu memberikan Junkai sebuah kunci. Junkai melihat nomor yang tertera dikunci.
"45" Ia menggumam dan menggandeng tanganku. Aku kaget.
"Lets go, Baby" Ucapnya mengerlingkan matanya kepadaku dan meninggalkan receptionist. Aku memandangjya tidak percaya.
"A-apa?!"
.
.
.
.
.

Aku memandangi seisi ruangan kamar. Tak cukup buruk. Satu ranjang berukuran big size dan kaca besar yang membuatku dapat melihat lautan secara langsung. Ya, hotel ini berada didekat pantai Jeju.
"Aku tak yakin" Aku bergumam pelan. Junkai yang tadi meletakkan koper pun melirik.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Ini terlalu dekat dengan pantai"
"Kau takut?" Tanya nya sekali lagi. Aku melihatnya kemudian menggelengkan kepalaku. "Mana mungkin aku takut, huh" Ujarku. Junkai melihat sekeliling ruangan.
"Mau berkeliling?" Tawar Junkai "Aku bosan di ruangan ini" Lanjutnya.
"Eh?" Aku melihatnya. "Aku tidak mau" Bayangkan saja berkeliling dipantai sambil disambut bau laut yang menyengat.
"Kenapa? Kau ingin bersenang senang dulu denganku, huh?" Ucap Junkai sambil tersenyum genit. Aku menghembuskan nafas panjang menahan malu dari apa yang diucapkan Junkai.
"Kata siapa?" Ucapku ketus. "Aku akan ikut. Tapi hanya sebentar" Aku berjalan melewatinya dan berdiri dibilik pintu
"Sebelum itu, aku akan membeli kopi dulu" Ujarku dingin dan kemudian berjalan kearah cafe hotel.

Teacher & Doctor [TFBOYSWJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang